Rabu, 13 Oktober 2010

biologi pembuatan pakan

BIOLOGI PEMBUATAN PAKAN
Pendahuluan
Pembuatan pakan dilakukan setelah langkah formulasi pakan yang disesuaikan dengan jenis dan tingkat perkembangan ikan.
Prinsip pembuatan pakan ikan meliputi penggilingan bahan baku, pengayakan, penimbangan, pencampuran, dan pencetakan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pembuatan pakan :
1. Ayakan, mulai 40 – 360 mikron
2. Pengilingan
3. Timbangan kasar dan analitik
4. Waskom
5. Mixer
Bahan yang digunakan :
1. Tepung kedelai
2. Tepung ikan
3. Tepung jagung
4. Minyak ikan
5. Minyak jagung
6. Vitamin mix
7. Mineral mix
8. Avisel (selulosa)
9. Bahan pengikat (terigu, kanji, alginat, dll)
Viitamin Mix Jumlah (mg/100 gr)
Vitamin B1
Riboflavin
Tiamin
Vitamin B12
Ca pantotenat
Inositol
Biotin
Piridoksin
Niasin
Vitamin K3
Asam folat
a - Tokoferol
Vitamin AD3 6.00 mg
1.00 mg
300.00 mg
0.01 mg
10.00 mg
1440.00 mg
75.00 mg
10.00 mg
5.00 mg
5.00 mg
15.00 mg
240.00 mg
40.00 g.


Mineral mix Jumlah
Mineral Makro (g/kg):
KCl
Mg SO47H2O
Na H2PO4H2O
Fe-sitrat
NaCl
Ca-laktat 8.76
7.50
26.70
1.25
1.00
11.27
Mineral mikro (mg/kg) :
Zn SO4 7H2O
Mn SO4
Cu SO45H2O
CO Cl2 6H2O
KIO3
Selulosa (g/kg) 1.50
81.00
15.50
0.30
1.50
2.95
Prosedur pembuatan pakan ikan
• Formulasi pakan telah dibuat berdasarkan bahan-bahan tersebut.
• Menghancurkan atau menggiling semua bahan kecuali minyak sehingga ukuran menjadi lebih halus.
• Mengayak bahan untuk mendapat partikel sesuai kebutuhan ikan:
- untuk stadia larva : 40 – 105 mikron
- untuk stadia pasca larva : ˃ 105 mikron
• Timbang bahan menurut komposisi yang telah ditentukan untuk membuat 10 kg pakan.
Mencampur semua bahan dalam waskom sampai rata. Dimulai dengan mencampur bahan yang paling sedikit dahulu dan seterusnya hinggga bahan terakhir yang dicampurkan adalah bahan yang paling banyak. Pada pencampuran ini ditambahkan sedikit demi sedikit air sebanyak 10 – 20% dari berat total bahan. Ketika dikepal tidak pecah, maka siap untuk dicetak
• Bahan yang telah dicampur dimasukkan ke dalam mesin pellet untuk dicetak menjadi pellet.
• Pellet yang telah jadi dikeringkan dengan panas matahari atau alat pengering sampai berkadar air kurang dari 12%.
• Apabila diinginkan dalam bentuk remah (crumbe), maka pellet yang telah kering digiling.
• Pakan disimpan pada tempat yang bersirkulasi udara yang baik. Batas waktu penyimpanan pakan kering adalah 1-2 bulan.
• Apabila yang dibutuhkan dalam bentuk emulsi, bahan-bahan yang telah dicampurkan dipanaskan sampai memperoleh cairan kental seperti lem.

Daya Cerna Pakan Ikan
Perbedaan anatomi dan fisiologis saluran pencernaan pada ikan, bertanggung jawab terhadap besarnya kemampuan ikan memanfaatkan berbagai macam tipe makanan.
Nilai nutrisi makanan diukur melalui koefisien cerna makanan. Metode yang digunakan biasanya ada dua cara, yaitu direct method dan indirect method .
Indirect Method :
1. Menggunakan chromic oxide (Cr2O3)
2. Menggunakan hydrolosis resistant organic matter (HROM)
Pengumpulan feses ikan, dapat dilakukan dengan cara:
1. Fine dip net
2. Syphoning
3. Filtration columns
4. Settling columns
5. Mechanicalling ritating filter screen
Metode syphoning
Pada metode ini, diperlukan alat husus untuk mencegak kerusakan feses. Selain itu harus mengetahui kecepatan pencernaan makanan pada ikan.
• Alat yang digunakan :
1. Penghisap feses
2. Cawan petri
3. Kertas saring
4. Jam
• Prosedur kerja
Menyiapkan ikan yang telah beradaptasi di dalam akuarium.
Memberi makan ikan secara ad libitum. Catat waktu pemberian makanan dan catat waktu pertama kali ikan mengeluarkan feses.
Timbang cawan petri yang telah dioven selama 2 jam dalam suhu 40ᵒC.
Setelah evacuation rate diketahui, maka pengambilan feses dilakukan.
Evacuation rate, yaitu waktu yang diperlukan antara saat makanan dikonsumsi oleh ikan dan saat feses dikeluarkan.
Evacuation rate dapat menekan leaching.
Daya cerna pakan
Daya cerna = 100 – 100 x


Selain faktor ukuran ikan, daya cerna dipengaruhi oleh komposisi pakan, jumlah konsumsi pakan, status fisiologi, dan tata laksana pemberian pakan.
• Metode setting column
Alat yang digunakan :
- conical rearing chamber
- erlenmayer
- kertas saring
- jam
• Prosedur kerja
Menyiapkan ikan yang telah beradaptasi di dalam akuarium.
Memberi makan ikan secara ad libitum. Catat waktu pemberian makanan dan catat waktu pertamakali ikan mengeluarkan feses.
Timbang kertas saring kering oven (40ᵒC selama 2 jam) dan bentuklah seperti kerucut.
Setelah evacuation rate diketahui, maka pengambilan feses dilakukan.
- Ambillah feses yang terkumpul di dalam tabung kecil pada chamber dengan membuka klep tabung tersebut hingga feses dan air jatuh ke atas kertas saring yang diletakkan di atas erlenmeyer. Kemudian keringkan di dalam oven (40ᵒC selama 2 jam)

Menentukan Koefisien Cerna Ikan
A. Determinasi Koefisien Cerna menggunakan Cr2O3
Determinasi koefisien cerna adalah melibatkan pengukuran jumlah nutrien spesifik yang dikonsumsi dan dikurangi dengan nutrien tersebut yang terdapat dalam feses setelah terjadi proses pencernaan.
Alat dan Bahan
Bahan yang diperlukan :
- asam nitrat pekat
- asam perklorat
- akuades
Alat yang dibutuhkan :
- tabung kjeldahl 100 ml
- mikroelektrik heater (hot plate)
- Spektrofotometer (Spectronic 20)
Prosedur Kerja :
1. Timbang sampel (pakan atau feses) seberat 50-100 mg (P) (yang kira-kira mengandung 1-3 mg Cr2O3 ) dan bungkus dengan kertas saring, kemudian masukkan ke dalam tabung kjeldhal.
2. Tambahkan asam nitrat pekat sebanyak 5 ml dengan cara sedemikian rupa agar partikel-partikel sampel yang mungkin menempel pada dinding tabung tersapu sampai ke dasar tabung kjeldhal.
3. 3. Letakkan tabung tersebut diatas heater dan ON-kan heater tersebut, kemudian biarkan sampel tercerna semuanya yang ditandai dengan endapan putih. Jika ada partikel hitam yang menempel di dinding tabung (karena dalam proses pencernaan biasanya terjadi letupan-letupan kecil) miringkan tabung sedemikian rupa agar larutan mengenai partikel tersebut dan membawanya kembali ke dasar tabung untuk dicerna lebih lanjut sampai selesai.
Off-kan heater dan biarkan tabung sampai dingin, kemudian tambahkan asam perklorat sebanyak 3 ml ke dalam larutan tersebut dan panaskan kembali sampai warna hijau berubah menjadi kuning, oranye atau merah ; lalu dinginkan, jikalau larutan berubah lagi menjadi hijau maka harus dipanaskan lagi,hal tersebut menunjukkan bahwa oksidasi belum selesai. Biasanya manakala larutan sudah berubah menjadi kuning, orenye atau merah perlu dipanaskan lagi selama 10 menit untuk meyakinkan bahwa oksidasi sudah selesai.
Dinginkan larutan tersebut, kemudian tambahkan akuades sebanyak 50ml, dan biarkan dingin sampai suhu kamar. Kemudian tambah lagi akuades sampai larutan mempunyai volume total 100 ml seperti tertera pada tanda di tabung tersebut.
6. Kalibrasikan spektrofotometer pada gelombang 350 mu dengan akuades dan batang hitam, atur dengan akuades T = 100 dan dengan batang hitam T = 0. Kemudian buatlah kurva standar (kalibrasi) dalam bentuk persamaan garis linier yang didapat dari berbagai level chromic oxide yang diketahui konsentrasinya secara pasti; buatlah Y adalah optical density pada 350 mu dan X adalah kadar chromic oxide dalam sampel (mg/100)
. Pindahkan larutan pada poin 5 ke dalam kuvet secukupnya (sampai tanda batas), dan bacalah optical density pada 350 mu dan bandingkan dengan akuades pada panjang gelombang yang sama.
8. Masukkan nilai optical density dari sampel ke dalam persamaan garis kurva standard tersebut, maka kadar chromic oxide (Q) dari sampel akan diketahui.
9. % chromic oxide dalam sampel adalah: Qx100/P
Determinasi koefisien cerna menggunakan metode hydrolysis resistant organic matter (HROM)
Prinsipnya sama dengan metode chromic oxide, tetapi metode ini tidak memerlukan marker dari luar. Metode ini memanfaatkan bahan organik yang tahan terhadap perlakuan hidrolisis dan digunakan sebagai inert material, yaitu bahan organik yang terdapat di dalam makanan itu sendiri.

Diharapkan bahan ornganik tersebut tahan terhadap hidrolisis yang dapat digunakan sebagai marker.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan:
- asam asetat 80 %
- asam nitrat pekat
- ethanol 70 %
- benzena
- petroleum ether
- ashless filter paper
Alat yang digunakan :
- tabung reaksi pyrex 50ml
- mikroelektrik heater
- muffle furnace
- neraca analitik
- cawan keramik
Prosedur Kerja :
1. Timbang sampel paling sedikit 0,3 gr dan masukkan kedalam tabung reaksi pyrex.
2. Tambahkan asam asetat 80% sebanyak 15 ml dan asam nitrat pekat sebanyak 1,5 ml.
3. Panaskan tabung tersebut di atas dengan perlahan-lahan sampai mendidih selama 20 menit.
4. Pindahkan campuran tersebut ke dalam kuvet dan pusingkan (1000 rpm selama 5 menit). Setelah itu buang larutan supernatan di bagian atas.
5. Hangatkan ethanol 70%, benzena dan ether di atas heater.
6. Timbang ashless filter paper yang sudah kering oven (60ᵒC selama 5 jam).
7. Tambahkan ethanol hangat secukupnya dan kocok. Setelah campur benar, saring larutan ini ke dalam cawan keramik yang telah diketahui berat dan bagian dasarnya telah diberi ashless filter paper yang telah diketahui beratnya.
8. Bilaslah dengan ethanol 70% hangat sekali lagi.
9. Bilaslah dengan benzena hangat secukupnya.
10. bilaslah dengan ether hangat secukupnya.
11. Masukkan ke dalam oven bersuhu 100ᵒC selama 3 jam.
12. Setelah itu masukkan cawan ke dalam desikator dan biarkan dingin. Kemudian timbanglah, berat tersebut adalah X.
13. Masukkan cawan tersebut ke dalam muffle furnace yang bersuhu 550ᵒC selama 12 jam.
14. Setelah itu masukkan ke dalam desikator dan biarkan dingin, kemudian timbanglah, berat tersebut adalah Y.
15. Hitung % HROM dengan rumus :
( (X-Y) x 100 ) / berat sampel

PENDUGAAN KONSUMSI IKAN
Pengetahuan dan pendugaan konsumsi makanan ikan diperlukan dalam mengelola populasi ikan.
Konsumsi makanan harian ikan di alam, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
- ukuran ikan
- jumlah makanan yang dimakan setiap kali
pemberian makanan
- jumlah makan dalamsehari
- laju pengosongan perut
- suhu air
- aktivitas ikan
- jenis makanan
- ketersediaan bahan makanan
Metode yang digunakan untuk menduga konsumsi makanan untuk ikan dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Pengamatan langsung terhadap aktivitas makan .
2. Keseimbangan energi atau nitrogen.
3. Metode radioisotop.
4. Metode pergerakan makanan dalam saluran pencernaan.
• Pengamatan Terhadap Aktivitas Ikan
Jumlah makanan yang dikonsumsi dihitung berdasarkan jumlah makanan yang diberikan dengan sisa makanan pada akhir periode makan.
Metode ini memberi hasil yang baik apabila menggunakan pakan alami, sebab sisa makanan dapat dihitung dengan mudah.
• Keseimbangan energi atau nitrogen
Metode ini mengasumsikan bahwa energi makanan yang dimakan sama dengan jumlah energi yang hilang dalam ekskresi dan metabolisme, dan sebagian yang tersimpan dalam bentuk pertumbuhan.
Energi yang disusun berdasarkan diagram aliran energi, yaitu :
C = F + U + AB + R
Dengan :
C = konsumsi (kandungan energi total makanan yang dikonsumsi oleh satu individu atau populasi selama selang tertentu)
F = Feses (nilai energi feses atau bagian dari konsumsi makanan total yang tidak dicerna atau tidak diabsorbsi dan keluar dari saluran pencernaan)
U = Ekskreta (urine) (nilai energi produk-produk ekskresi yang merupakan bagian dari konsumsi makanan yang diabsorbsi dan keluar dari tubuh baik dalam urine maupun melalui insang dan kulit)
AB = Pertumbuhan (perubahan total nilai energi bahan tubuh, termasuk produk-produk reproduktif)
R = Respirasi (energi total metabolisme merupakan bagian dari yang diasimilasi yang dikonversi menjadi panas atau energi mekanis dan digunakan dalam proses-proses kehidupan)
• Metode radioisotop
Konsumsi makanan di dasarkan atas perhitungan jumlah rata-rata radioisotop dalam konsumsi makanan harian.
Rumusan untuk konsumsi makanan harian, r’ :
I
r’ =
bi di ji
I = pengambilan harian 137Cs
bi = persentase absorpsi 137Cs untuk makanan ke i
di = konsentrasi 137Cs untuk maknana ke i
ji = proporsi makanan ke i dalam diet
• Metode pergerakan makanan dalam saluran pencernaan
Bahan dan Alat:
- Ikan uji, makanan ikan, air media pemeliharaan.
- Timbangan, termometer, wadah percobaan, aerasi, counter, oven
Prosedur kerja:
A 1. Sediakan wadah percobaan berukuran 90x50x40 cm yang telah dibersihkan, kemudian diisi air setinggi 30 cm dan diaerasi.
2. Timbang 10 ekor ikan uji
3. Masukkan ke dalam wadah yang telah disediakan
4. ikan dipuasakan selama 24 jam
. Ikan diberi makan (yang telah diketahui jumlah dalam berat kering) sampai kenyang yaitu sampai ikan meninggalkan makanan yang ditawarkan
6. Catat waktu ikan makan sampai kenyang
7. Pada saat yang sama dengan waktu kenyang, sisa makanan yang tidak termakan diambil
8. Sisa makanan yang tidak termakan dikeringkan dengan oven sampai bobot tidak berubah
9. Setelah kering, sisa makanan yang tidak termakan tersebut ditimbang (b1)
1. Lakukan seperti pada percobaan A (sampai no. 8)
2. Tawarkan kembali makanan setelah waktu kenyang pada setiap selang 4 jam dalam 1 hari, jadi dalam 1 hari ada 6 kali pemberian makan (a1, ……, a6)
3. Hitung jumlah sisa makanan yang tidak termakan seperti yang dilakukan pada percobaan A (no 7 s.d 9) bi, …., b6
4. Hitung jumlah makanan yang dimakan dalam waktu 1 hari (c) dengan rumus sbb. :
C= ((a1-b1)+(a2-b2)+…………+(a6-b6))
Total konsumsi per individu ikan =
C/BW x 100% BW= berat rata-rata ikan
Timbang ikan pada akhir percobaan
D.Catat suuhu air media pemeliharaan ikan perobaan pada waktu pagi hari (pk 06:00) dan siang hari (14:00)
1. Lakukan seperti pada percobaan A (sampai no. 7), bersamaan dengan ini ambil 5 ekor ikan kemudian simpan di freezer
2. Pengambilan contoh berikutnya dilakukan secara teratur setiap 4 jam sekali selama 24 jam
3. Untuk memudahkan pemeriksaan selanjutnya sebelum contoh ikan disimpan di dalam lemari pembeku terlebih dahulu dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberi kode.
4. Lakukan pembedahan ikan-ikan contoh, isi perut dikeluarkan dan ditimbang dengan ketelitian 0,1 mg

5. Laju pencernaan dapat dihitung dengan rumus :
Y = Ao.e-kt

dengan :
Y = Jumlah makanan dalam perut pada waktu t
A0= Jumlah makanan yang dikonsumsi pada waktu nol (t=0)
e = 2,7183
k = Laju pencernaan
t = waktu
6. Waktu pengosongan lambung dapat dicari yaitu pada waktu Y = 0