Jumat, 06 Agustus 2010

teknologi pemulia biakan

TEKNOLOGI PEMULIABIAKAN IKAN

I. PEMULIABIAKAN IKAN DAN RUANGLINGKUPNYA
A. DAHULUAN
Pengadaan benih ikan berasal dari dua sumber yaitu dari unit usaha pembenihan seperti BBI, UPR, UPS, dan penangkapan/pengumpulan dari alam.
Benih ikan dari hasil pembenihan terutama ikan mas, Tawes, Gurami, Lele, Nila, dan Mujair. Benih dari alam yang potensial a.l. Jelawat, Betutu. Kakap, beronang, Kerapu, Bandeng dan Nener yang dilakukan oleh nelayan penangkap, pdgng pengumpul, dan pedgng perantara. Ketergantungan pada benih dari alam akan tetap berlangsung, jika usaha pembenihan secara terkontrol dan massal masih sangat terbatas

Budidaya ikan air tawar dewasa ini didominasi oleh ikan mas, terdiri dari banyak varietas , namun pengadaan benihnya sulit diperoleh varietas unggul dan murni, karena sudah banyak terjadi campuran.
Dari segi produksi, tahun 2004 produksi ikan Indonesia baru mencapai 6 juta ton atau 9 % dari potensi produksi. Hal tersebut berarti potensi produksi dan pengembangan usaha perikanan masih sangar besar.
Dari 6 juta ton itu, 0,5 juta ton diekspor dgn nilai devisa 2 miliar dolar AS, dan sisanya 5,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dengan memberi smbngn sekitar 65 % dari total knsmsi protein hewani setiap orng Indonesia.
Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus meningkat dari 17 kg/org/thn pd thn 1998 menjdi 23 kg/org/thn pada tahun 2003, tetapi masih sangat jauh dibawah dari negara –negara tetangga a.l. Hongkong 80, Singapura 70, Taiwan 65, Korea Selatan, 60, AS 35 dan Malaysia 30 , sementara Jepang 110 dan Maladewa 153,4 kg/org/thn.

Dalam rangka peningkatan produksi perikanan, pengediaan benih menjadi salah satu faktor yang cukup menentukan keberhasilan di bidang budidaya. Oleh karena itu, BBI menjadi sarana pemerintah untuk menghasilkan benih ikan dan untuk membina usaha pembenihan ikan rakyat yang tersebar di hampir seluruh Indonesia.
Penyediaan BBI, dengan maksud untuk memantapkan:
1. Penerapan teknologi pembenihan ikan yang lebih maju
2. Menekan mortalitas terutama pada stadia kritis ( tetasan larva dan dederan muda )
3. Sistem ppendederan benih yang mapu menampung hasil pemijahan ikan pada frekuensi tinggi dan dapat menghasilkan benih ikan sesuai dengan jumlah dan ukuran yang diperlukan
4. Penyediaan benih ikan yang sehat dan bebas hama
5. Penyebaran jenis ikan yang produktivitasnya tinggi.
6. Peningkatan produktivitas melalui metode pemupukan dan pemberian pakan yang lebih menguntungkan.

B. DEFINISI PEMULIABIAKAN IKAN
Pemuliabiakan ikan adalah campur tangan manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan baik secara alami maupun secara buatan berdasarkan golongan /jenis dan sifat-sifat ikan dengan cara yang lebih sempurna dalam rangka mempercepat dan mempertinggi produktivitas serta menekan mortalitas sekecil mungkin, guna pemenuhan kebutuhan konsumen secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas/berkesinambungan
c. PEMIJAJAHN ALAMI /TRADISIONAL
1. Pengertian Pemijahan
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan.
Pemijahan sebagai salah satu aspek dari reproduksi merupakan mata rantai dari siklus hidup yang menentukan kelangsungan hidup species.
Penambahan populasi ikan tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan yang kelak akan berkembang.
Oleh karena itu pemijahan menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup larva/benih ikan, tempat yang cocok, waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.

Pemijahan setiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda , tergantung pada habitat dari pemijahan itu untuk melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu siKlus hidupnya
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMIJAHAN
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi curah hujan, cahaya mathari, suhu ,tumbuh-tumbuhan, ikan jantan, kualitas air, waktu menijah, dsb.
Pada prinsipnya, pemijahan ikan dalam kolam dengan cara meniru pemijahan ikan di perairan alami.
Umumnya ikan-ikan diperairan alami akan memijah pada awal atau akhir musim hujan, karena pada waktu tersebut akan terjadi suatu perubahan kondisi perairan yang dapat merangsang ikan berpijah.


Pemijahan ikan di kolam, harus disediakan sarana dan prasrana pendukukung yang memadai untuk membentuk kondisi lingkungan yang selalu merangsang ikan untuk berpijah agar pemijahan dapat dilakukan dgn tidak tergantung pada musim
b. Faktor Internal
Faktor yang berperan : kematangan gonad, ketersediaan hormon kelamin, dan hormon gonadotopin.
Pemijahan terjadi ketika adanya stimuli (rangsangan lingkungan) yang ditangkap oleh alat indera ( kulit, mata, dan alat olfactory), lalu diteruskan ke hipothalmus malalui sarabut saraf. Hipothalmus memporoduksi releasing hormon gonadotropin yang dapat mmerangsang kelenjar hipofisa untuk memproduksi hormon gonadotropin melalui serabut saraf lalu melalui aliran darah akan menuju ke testis dan ovarium dan merangsang gonad untuk memproduksi Hormon Steroid yang menjadi mediator langsung untuk pemijahan.

c. Habitat Pemijahan
Habitat pemijahan harus dipenuhi sesuai dengan yang dikehendaki oleh ikan, jika tidak maka ikan tak akan melakukan pemijahan.
Secara garis besar, habitat/subsrat yang dibutuhan oleh setiap jenis ikan dalam berpijah, dibedakan atas 5 kelompok sbb;
1. Phytophils
Yaitu ikan ikan yang membutuhkan vegetasi ( tumbuhan ) untuk menempelkan telurnya (Adhesive ). Contoh : Ikan mas, Lele, dll.
2. Lithophils
yaitu ikan-ikan yang cara pmijahannya membutuhkan dasar perairan yang berbatu –batu. Contoh : Ikan Trout ( Salvelinus )
3. Psamophils
yaitu ikan-ikan yang pemijahannya memerlukan dasar perairan berpasir atau kadang-kadang pada akar tumbuh-tumbuhan. Contoh : Ikan Tawes ( Puntius javanicus )
4. Pelagophils
Yaitu ikan-ikan yang pemijahannya di perairan terbuka atau dikolam dan telur hasil pemijahannya akan melayang-layang. Contoh : Ikan Bandeng.
5. Ostracophils
Yaitu ikan-ikan yang pemijahannya di terumbu-terumbu karang. Contoh :
Ikan ekor kuning.

2.. Biologi Reproduksi
a. Umur Kematangan Gonad( Kelamin ).
Umur kematangan kelamin pada ikan berbeda – beda tergantung jenis ikannya. Umur kematangan pertama pada ikan jantan lebih awal dpd ikan betina. Pada ikan mas, jelawat, mola, koan, dan jambal siam, perbedaan kematangan pertama dapat mencapai 6 bulan.
Cepat lambatnya kematangan kelamin dipengaruhi oleh faktor genetis, jumlah dan kualitas pakan, oksigen, dan padat tebar.. Induk betina ikan mas , siap dipijahkan pada umur 1,5 – 2 thn dgn berat kl. 2kg, dgn ciri perutnya lunak dan membesar ke arah
Anus serta urogenital berwarna kemerahan. Sedangkan induk jantan, sudah siap dipijahkan pd umur kl. 8 bulan, dgn ciri keluarnya sperma apabila bagian perut diurut ke arah anus.
3. Kebutuhan pakan buatan
Selain pakan alami, perlu pula disediakan pakan buatan untuk lebih memacu pertumbuhan dgn catatan jenis, bentuk dan ukuran harus dapat diterima oleh larva. Bahannya harus digiling sehalus mungkin (lebih kecil dari 20 mikron). Penyiapan pakan khususnya untuk larva /benih ikan mas, nila, tawes,dan ikan gurami sbb :
a. Umur 3 – 7 hari
Pada hari ke 3 setelah menetas , larva diberi makan kuning telur dalam bentuk suspensi yang dilarutkan dalam air 2,5 liter dan 1 % premix /25 cc larutan. Cara mmemberikannya adalah disemprot dengan suprayer pada ppermukaan air sebanyak 5 x dalam sehari s/d hari ke 7. Untuk 100.000 larva, membutuhkan 1 butir telur/hari.
b. Umur 8 – 30 hari
Untuk keperluan pakan alami, 10 hari sebelum hari ke 8, kolam disiapkan dgn cara dikeringkan, dipupuk dan diberi air., agar makanan alami dapat dgn subur. Padat ppenebaran 250 – 500 ekor/mbs. Aselain pakan alami, juga diberikan pakan tambahan. Pada umur 8 – 15 hari, benih diberi pakan tambahan dlm bentuk tepung dan remah, Umur 16 – 30 hari diberi pakan berupa pellet berdiameter kl. 1 mm, dgn frekuensi 3 – 5 x sehari.
D. PERKEMBANGAN SEKSUAL PADA IKAN.
Perkembangan seksual pada ikan dibbedakan menjadi 3 macam yaitu Ovipharous, Ovovivipharous dan Vivipharous.
Ovipharous adalah perkembangbiakan seksual yang ditandai dgn pelepasan sel telur oleh betina dan sprematozoa oleh jantan secara bersamaan dan fertilisasinya terjadi diluar tubuh. Contoh : Pisces dan Amphibia.
Ovovivipharous adalah perkembangbiakan seksual yang ditandai dgn pelepasan sel telur oleh betina dari ovarium ke dalam saluran reproduksi dan jantan memasukan spermatozoa ke dalam alat kelamin betina dgn cara kopulasi. Fertilisasi terjadi di dalam alat kelamin betina dan individu yang terbentuk berkmbang selama kl.24 jam di dlm alat kelamin betina, pertumbuhan embrio selanjutnya, terjadi di luar tubuh. Contoh : Unggas dan Reptilia.
Vivipharous, adalah perkembanganbiakan seksual yang ditandai sama dengan ovovivipharous, tetapi individu yang terbentuk berkembang terus di dalam saluran reproduksi betina sampai dilahirkan . Conto : Mamalia.
Gonad ika (kelenjar biak) ikan jantan disebut testis dan gonad ikan betina disebut Ovarium, yang masing-masing terdapat pada individu yang terpisah, kecuali pd bbp jenis ikan terdpt pd satu individu dan disebut berkelamin hermaprodit.


1. Testis
Kedua testis tergantung pada meserchium , yg terletak di dlm rongga perut di depan gelembung renang. Struktur testis terdiri dari tubulus longitudinalis yang tidak teratur dan sangat banyak. Pada didnding tubulus terdapat cyste seminiferus . Pada dinding syste terdapat sel – sel penghasil sprematogonium yang disbt tak lebih ke arah lumen cyste dibndngkan dgn primodial germ cell.
Disekeliling sel-sel spermatozoa terdapat sel-sel sertoli, dgn fungsi memberi makan (nutrisi) sel bakal spermatzoa, pemakan spermatozoa yang mati, memberi cairan tubulus dan diduga berfungsi sebagai kelenjar endokrin
Di luar tubulus terdapat sel leydig sebagai penghasil hormon androgen. Hormon androgen yang paling kuat pengaruhnya adalah hormon testosteron yang berfungsi mennentukan : tanda-tanda kelamin jantan, tingkah laku kelamin jantan ( seksualbehavior jantan) dan merangsang spermatogenesis.
Spermatogonia (jamak = Spermatogonium) selanjutnya berkembang menjadi spermatozoa dan proses perkembangannya disebut Spermatogenesis. Spermatogenesis ini terjadi dalam dua fase sbb :
a. Spermatocytogenesis
Spermatogonia (2n) membelah secara mitosis menjadi spermatosit primer lalu membelah lagi dgn cara yang sama menjadi sprematosit sekunder, dan selqnjutnya spermatosit membelah secara meiosis menjadi sprematid (n). Dalam perkembangannya, sebuah spermatogonium akan menghasilkan 4 buah spermatid . Spermatogenesis terjadi ketika adanya rangsangan oleh Follicle Stimulating Hormon ( FSH ) yang dihasilkan dari hipofisa bagian anterior.
Kelenjar hipofisa anterior juga menghasilkan Luteinizing Hormon ( LH ) sama dengan Inter Stitiee Stimulating Hormon ( ICSH ) yang berfungsi merangsang sel leydig untuk menghasilkan testosteron. Testosteron inilah yang merangsang proses spermatogenesis. Spermatozoa dikeluarkan dari testis melalui vas deferens dan saluran ini muncul dari bagian dorsal testis. Pada spermatozoa saluran ini muncul dari tubuh yang sebelumnya memperoleh cairan Seminal Plasma. Seminal plasma dihasilkan oleh kelenjar kelamin tambahan ( Accesory sex organ = ASO). Campuran antara spermatozoa dgn seminal plasma disebut Milt dan setiap tetes milt, terdapat jutaan spermatozoa.
b. Spermiogenesis ( Transformasi )
Spermatid bermetamorfose menjadi gamet yang bergerak aktif disebut spermatozoa. Sppermmatozoa yang terbentuk, mempunyai bagian kepala, leher, dan ekor ( flagella). Flagella ini berfungsi sebagai alat penggerak. Inti spermatozoa terdapat pada pd bagian kepala dan bagian penghubung antara leher dgn ekor disebut Midle Plese .
Fase perkembangan kematanmgan testis secara mikroskopis menurut Kesteven:
1. Remaja, testis sangat kecil berwarna transparan sampai kelabu.
2. Remaja berkembang, testis trlhat jernih, abu-abu sampai kemerahan.
3. Perkembangan I, testis berbentuk bulat telur , warna kemerahan, dgn ukuran hampir mengisi setengah rongga perut bagian bawah.
4. Perkembangan II, testis berwarna kemerahan sampai putih, tidak keluar tetesan milt bila perutnya diurut.
5. Dewasa , testis berwarna putih dan keluar milt bila perutnya diurut.
6. Mijah , Milt keluar ( menetes) bila pperutnya sedikit ditekan.
7. Salin, Testis sudah kosong sama sekali
8. Salin, testis sudah kosong dan berwarna kemerahan
9. Pulih Salin, testis nampak jernih dan berwarna abu-abu sampai kemerahan

2. Ovarium
Ovarium terdapat pd ikan berkelamin betina, terletak memanjang di dlm rongga perut yang tergantung di bagian atas rongga perut oleh jaringan pengikat disebut Mesovarium. Ovarium umumnya sepasang yang masing-masing berada di kiri dan kanan antara gelembung renang dan usus.
Umumnya, bentuk ovarium pd ikan sidat (Anguilla sp) memanjang dan agak bulat atau pipih dgn model ovariumnya seperti pipa berliku-liku. Ikan mas (Cyprinus carpio ) tidak mempunyai mesovarium, sehingga ovarium langsung melekat pada dinding dorsal rongga perut.
Struktur ovarium ikan banyak mengandung bentukan semacam kantong yang disebut foliclle, yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin berupa sel-sel granulosa dan sel-sel theca. Sel-sel granulosa berfungsi menghasilkan hormon progestron dan sel-sel theca berfungsi menghasilkan hormon estrogen. Kedua hormon tersebut sangat berperan dalam menentukan tingkah laku ikan betina.

Perlu diketahui terlenih dulu bahwa sel telur ikan banyak mengadung kuning telur ( egg yolk) dan butiran minyak ( oil globule ) yang berfungsi sebagai makanan bagi embrio. Menurut Welsen, telur ikan terdiri dari golongan Polytelecithal yaitu sel telur yang banyak mengandung kuning telur dan golongan Climolessithal yaitu sel telur yang hanya sedikit mengandung kuning telur.
Bersamaan dgn proses terjadinya pemasakkan telur, pada sitoplasma akan terbentuk lapisan pembungkus telur yg disbt Chorion, yg diduga tumbuh dari sitoplasma. Di dlm chorion terdapat macrophyle , yaitu lubang tempat masuknya sperma ke dlm sel telur. Di dlm proses pembuahan spermatozoa masuk ke dlm sel telur melalui mikrophyle. Oleh karena ruang tempat bertemunya sperma dgn telur sangat kecil, maka sprema yang dikeluarkan sangat banyak dibandingkan dengan telur yang dibuahi.
Ov ulasi terjadi karena adanya rangsang LH dan telur yang diovulasikan itu dikeluarkan melalui oviduct. Perjalanan telur melalui oviduct dpt terjadi karena adanya ppengaruh kontraksi jaringan oviduct. Kontraksi tesbut terjadi karena rangsangan hormon oxytocin. Oxytocin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa posterior.

2.
2. Ruang Lingkup Pemijahan Buatan
a. Tujuan pemijahan hypofisasi
1. Untuk memijahkan ikan-ikan yang tidak dapat memeijah secara alami di kolam.
2. Untuk mempercepat tingkat kedewasaan kelamin ikan atau mempercepat tingkat kematangan gonad serta mempercepat terjadinya ovulasi
3. Untuk intensifikasi pembenihan ikan dalam rangka meningkatkan Survival Rate yang bermutu, karena dengan cara htypofisasi akan lebihtercontrol.
b. Letak kelenjar hypofisa
Kelenjar hipofisa terletak di bawah otak sebeelah depan pd lekukan tulang yang disebut sella tursica. Kelenjar hipofisa terdiri dari 3 bagia yaitu pars anterior( asenchipofisa) intermedia dan pars porterior ( pars nervosa). Hormon penting yang dihasilan oleh kelenjar hipofisa adalah pars anterior yang terdiri atas Growth Hormon atau somatropin Hormon Gonadotropin, Adreno Corticotropic Hormon atau korticotropin dan Thyroid Stimulating Hormon, atau Terotropin. Pars intermedia menghasilkn hormon intermedin, sedangkan pars nervosa menghasilkan oxitocin.


Fungsi dari Growth Hormon adalah merangsang pertumbuhan badan melalui proses sintesis protein. Hormon Gonadptropin berfungsi untu pematangan gonad, mengatur sekresi hormon kemanin, dan mengatur ppemijahan
Thyroid Stimulating Hormon, mengatur sekresi hormon tiroid , sedangkan MSH mmpengaruhi pigmentasi kulit. Oxitocin menyebabkan kontraksi otot polos misalnya oviduct dan duktus deferens, sehingga ovum dan spermatzoa dapat dikeluarkan dari tubuh.
C, Teknik Hipofisasi
Metode hipofisasi mmerlukan peralatan, ketrampilan, ketekunan, dan pengetahuan praktis.
a. Pengambilan Kelenjar Hypofisa
* Alat : talenan, jarum pentul /ppensit, kapas atau tisu, pisau dan gunting.
* Bahan : Ikan donor, yang memenuhi syarat sbb :
- Minimal satu famili, mislnya ikan tawes dgn ikan nilem.
- Telah mencapai tingkat kematangan gonad yang maksimal
- Bila ikan donor sudah mati, tidak boleh melebihi dari 2 jam
- Ikan yang dijadikan donor tidak boleh dari ikan yang baru selesai memijah

Lanjutan……….
* Urutan Kerja Pengambilan Kelenjar Hypofisa sbb :
- Ikan donor diptng pd bgn blkng overklon/operkulum/sperkulum (tutup insang)
- Pada bagian yang dipotong tersebut kemudian dipotong lagi di bagian atas kepala/otak.
- Kemudian otak diangkat dan jaringan-jaringan serta darah yang ada disekitarnya dibersihkan.
- Setelah dibersihkan, akan tampak butiran berwarna putih – susu pada bagian lekukan tulang, tepatnya di bawah otak tersebut.
- Ambillah butiran/kelenjar hypofisa itu dengan pinset atau jarum pentol, dan bersihkan
b. Pembuatan Ekstrak Kelenjar Hypofisa
• Alat – alat yang diperlukan
Terdiri dari : penggerus jaringan (tissio gandu), spuit 2 ml, jarum no. 17 dan 22, serta sentrifugasi dan tabung reaksi.
• Bahan – bahan yang diperlukan
Terdiri dari : kelenjar hypofisa dan aquades


• Langkah Kerja Pembuatan Ekstrak Kelenjar Hypofisa
- Masukkan kelenjar hipofisa yang sudah dibersihkan ke dalam wadah, kemudian hancurkan dengan penggerus dan tambahkan aquades 1 – 2 ml.
- Setelah hancur tambahkan lagi aquades kl. 1 ml, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi.
- Masukkan dalam centrifugal dan putar selama kl’ 10 menit.
- Hentikan pemutaran, ambil cairan yang berwarna jernih pada bagian atas dengan spuit.
- Cairan hypofisa siap disuntikan pada ikan recipient.
c. Teknik Penyuntikan
Dibedakan atas cara yaitu intra muscular (melalui otot), intra peritonial ( melalui rongga perut), dan intra cranial (pada rongga otak melalui melalui tulang ocipital bagian yang tipis)
Dari ketiganya, yang paling umum dan lebih mudah digunakan adalah intra muscular, yaitu penyuntikan pada punggung, yakni di bagian otot yang paling tebal.


Pada ikan lele, penyuntikan dilakukan pada ujung depan sirip pnggung
1 cm ke samping kiri atau kanan. Dan bila pada ikan bersisik seperti tawes, ikan mas, dsb, disuntik pada 3 – 4 sisik ke bawah
Teknik penyuntikan dilakukan dengan arah jarum suntik membuat sudut 60 derajat ekor dan jarum dimasukkan sedalam kl. 1,5 cm.
Pada saat penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan karung jala, agar ikan tidak mudah terlepas. Untuk ikan yang berukuran basar, biasanya dilakukan oleh dua oramg yaitu orang pertama memegang
Kepala dan ekor sedangkan orang kedua menyuntik.
Ikan yang telah disuntik segera dimasukkan ke dalam bak berisi air yang sedang mengalir agar ikan cukup mendapat oksigen.
Dosis penyuntikan disesuaikan dengan ukuran dan species ikan, sedangkan syarat induk, jantan harus matang sperma dan betina harus matang telur.

Kamis, 05 Agustus 2010

TEHNOLOGI PEMENIHAN

Teknik Pemijahan
1. Pemijahan Alami
Pemijahan ikan yang terjadi secara alami.
2. Pemijahan Buatan
Pemijahan yang terjadi dengan bantuan rangsangan hormonal.

Perkembangan telur
1. Pertumbuhan
Pelepasan hormon gonadotropin ditandai dengan bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah nukleolus
2. Pembentukan kantung kuning telur Pembentukan vesikel, kortikal alveoli berisi, zona radiata, dan bakal korion.
3. Vitelogenesis
Bertambahnya volume sitoplasma oleh vitelogenin yang berasal dari hati. Terjadi penebalan zona radiata, sel-sel granulosa, dan theka.
4. Pematangan
Yaitu setiap tahap pergerakan germinal vesicle ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle breakdown) yang selanjutnya membentuk pronuklei dan polar body II.
Perkembangan Embrio Ikan
Tahap perkembangan embrio ikan terjadi sebagaimana berikut ini:
1. Fertilization
2. Cleavage (Blastulation)
Terdapat blastomer, yaitu kumpulan sel yang membentuk bola padat
3. Gastrulation
Peristiwa kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi.
4. Organogenesis

• Ektoderm : lapisan yang akan memberi bentuk luar hewan keseluruhan dan merupakan prekursor epidermis dan sistem saraf, dibentuk dari sebagian besar kutub animal.
• Endoderm : lapisan yang dibuat dari kutub vegetal dan merupakan prekursor usus dan organ internal, dibentuk dari sebagian besar kutub vegetal.
• Mesoderm : merupakan lapisan prekursor otot, jaringan penghubung, dan komponen lainnya yang akan menghubungkan antara ektoderm dan endoderm, dibentuk dari sebagian kutub animal dan kutub vegetal.

PEMILIHAN LOKASI DAN KUALITAS AIR

PEMILIHAN LOKASI PEMBENIHAN
Kriteria Teknis :
 Topografi : yaitu daerah yang datar untuk memudahkan dalam pembangunan konstruksi dan mengatur pembuangan.
 Tanah : jenis tanah liat untuk menjaga stabilitas bangunan
 Klimatologi : arus, musim, angin
 Sumber air : air laut bersih dan jernih sepanjang tahun, ketersediaan air tawar
 Prasarana : Tersedia sarana jalan dan listrik
 Status Tanah : status yang jelas menjamin kesinambungan usaha pembenihan dan investasi, serta perencanaan kota

Kriteria non teknis :
 Sosial ekonomi :
- Lokasi mudah dijangkau
- Bersifat padat karya
- Kemudahan transportasi
 Kebijakan pemerintah (legalitas) :
mengenai lingkungan hidup
sumber daya
pengrusakan lingkungan
pembangunan perikanan
Segi pembangunan perikanan :
- Balai penelitian
- Balai penyuluhan dan pelatihan
- Sarana dan prasaranan
- Kredit
- BUMN
- Peraturan
- Pengawasan

Tujuan pembangunan perikanan:
- Meningkatkan devisa non migas
- Meningkatkan produksi dalam negeri
- Memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja
- Meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan
- Mendukung pengembangan agroindustri
- Menunjang pembangunan daerah

Kebijakan pembangunan perikanan :
a. Tujuan pembangunan ekonomi
- meningkatkan pendapatan
- meningkatkan produktifitas
b. Masalah dalam pembangunan
- karakteristik SDI
- ketersediaan kredit
- lemahnya kelembagaan
- mudah rusak
AIR
Air harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas.
 Fungsi air :
- Fisika, tempat hidup dan menyediakan ruang gerak bagi organisme
- Kimia, pembawa unsur hara, mineral, dan gas-gas terlarut di dalamnya
- Biologi, media untuk kegiatan biologis (pembentukan dan penguraian)

 Kualitas air pembenihan
- Suhu
Kisaran (ᵒC) Ket.
25 – 32 masih aman untuk larva
30 optimal
> 32 menyebabkan stress
> 35 menyebabkan kematian
- Salinitas
Kisaran (ppt) Ket.
28 – 32 dapat ditolerir
< 28 isoosmotik udang
< 18 kematian

- pH
Kisaran Ket.
7,5 – 8,5 Normal
4,5 – 6,5 pertumbuhan terhambat
9 – 11
< 5 Mortalitas
Melampaui kisaran normal menyebabkan:
- peningkatan CO2 pH
- plankton melimpah pH
- pertumbuhan larva tidak normal
- kematian meningkat
- berpengaruh terhadap NH3

- DO
Dipengaruhi oleh suhu dan salinitas, pada suhu dan salinitas optimum (± 30ᵒC dan 35 ppt), kelarutan O2 6 ppm.
Pada siang hari 6,7 – 8,3 ppm
Pada malam hari 3,2 – 5,1 ppm
DO < 2 ppm = mortalitas
≥ 3 ppm = baik untuk larva

 Kuantitas air pembenihan
- Suplai air laut, menggunakan teknik penyedotan dari atas dasar laut dan penyediaan bak penampungan (100 ton)
- Suplai air tawar, menggunakan penyedotan pada sumur, dan penyediaan bak penampungan.

 Perbaikan kualitas air
Kualitas air yang buruk dapat diperbaiki dengan jalan menurunkan kadar amoniak, menyaring partikel-partikel organik, mengontrol penyakit, menekan sedikit mungkin perkembangan bakteri, mengontrol temperatur air dan aerasi.
Teknik yang dapat dilakukan :
- Air Stripping
- Filterisasi
- Ozonisasi
- radiasi ultraviolet

Air Stripping (teknik pembuangan gas)
- Teknik : agitasi (pergerakan air di saluran), hingga amonia yang berbentuk gas (N2) terlepas ke udara
- efisiensi : 80 – 95% amonia hilang
- reabsorbsi menggunakan CaCO3 untuk menghasilkan pH yang relatif tinggi

Pertukaran ion
- menggunakan clinoptilolit (ziolit murni) yang memiliki daya afinitas (dapat mengikat) yang cukup besar terhadap ion-ion amonia
- butiran 2,3 – 1 mm/gram mampu membuang 5,37 mg NH4 dan 0,5 -0,3 mm/gram menghilangkan 8,02 mg NH4
- efisiensi clinoptilolit dapat ditingkatkan dengan bantuan hidrolik.

Biofilter
- Teknik : menggunakan bakteri untuk menghilangkan amonia
- Prinsip : nitrifikasi oleh Nitrosomonas sp dan Nitrobakter sp
- Kendala : suhu dan pH, dapat diatasi dengan peningkatan kepadatan (bertahap) dan pengguanaan kerikil/kerang (berkalsium)
- Efisiensi dapat didukung dengan hidrolik

Radiasi ultrafiolet
- Teknik : menggunakan radiasi sinar ultraviolet (panjang gelombang 150 – 4000 A)
0,5 – 1,0 um 3620 uw/detik/cm2 800 um 1,7 – 106 uw/detik/cm2

Ozonisasi
- Fungsi : disinfeksi (patogen) dan oksidator kuat (menurunkan BOD, amonia, dan nitrit).
- faktor yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi dan waktu kontak .

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Merupakan tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah.
Kebutuhan :
- perbandingan ikan matang gonad dengan yang belum dari stok
- ukuran dan umur yang pertama matang gonad
- masa pemijahan ikan
- siklus pemijahan dalam setahun

Menentukan TKG
Dua cara menetukan TKG pada ikan, yaitu:
1. Mikroskopik
2. Morfologik


Pembeda yang digunakan untuk menentukan TKG pada ikan jantan dan betina adalah :
Betina :
- Bentuk ovarium
- Besar kecilnya ovarium
- Pengisian ovarium pada rongga tubuh
- Warna ovarium
- Halus tidaknya ovarium
- Secara umum ukuran telur dalam ovarium
- Kejelasan bentuk dan warna telur
- Diameter telur

Jantan :
- Bentuk testis
- Besar kecilnya testis
- Pengisian testis
- Warna testis
- Keluar tidaknya cairan testis




RUANG LINGKUP PERSYARATAN DAN SARANA PEMBENIHAN IKAN

PENDAHULUAN
Pembenihan merupakan manajemen yang bertujuan untuk mengoptimalkan produksi benih yang unggul kualitas dan kuantitasnya. Teknologi diharapkan dapat mendukung tujuan pembenihan.
Pembenihan memegang posisi kunci dalam usaha budidaya :
- Kurangnya ketersediaan benih di alam persaingan antar pembeli harga melonjak.
- Produksi hatchrey menurunkan lonjakan harga merangsang perkembangan usaha pembesaran yang mantap.
- Hatchrey pada suatu wilayah titik tumbuh kegiatan ekonomi pengembangan wilayah dan penyerapan tenaga kerja pembangunan berwawasan lingkungan.
- Pembenihan upaya untuk menunjang kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.
- Pembenihan dapat mengarahkan kegiatan budidaya mapan berkelanjutan
mendukung kegiatan pelestarian budidaya.

Pemerintah telah melaksanakan program sertifikasi pembenihan meliputi komiditi ikan dan udang sejak tahun 2008 yang berdasar kepada Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan. Hal ini bertujuan menjaga sustainability (produksi budidaya perikanan pada tingkat yang stabil).
Penerapan sertifikasi pembenihan berdasarkan pedoman umum Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Kedua pedoman tersebut berisi standar-standar tata laksana pembenihan yang ideal dan mengacu pada standar yang dipakai secara internasional.
Yang dimaksud dengan CPIB adalah metode pengembangbiakan ikan dengan melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol. Proses tersebut melalui penerapan teknologi sesuai dengan persyaratan biosekuriti, ketelusuran (traceability), dan keamanan pangan (food safety) yang menjadi pijakan penilaian. Berdasarkan pedoman umum CPIB, faktor penentu keberhasilan dan keberlanjutan usaha pembenihan antara lain kondisi unit pembenihan yang memenuhi kelayakan bioteknis. Tingkat kelayakan tersebut meliputi lokasi, sumber air, tenaga kerja, dan fasilitas (sarana filtrasi, pengendapan dan bak tandon), mesin dan peralatan kerja, serta sarana biosekuriti.

PERSYARATAN UMUM BAGI USAHA PEMBENIHAN IKAN
Manajemen pembenihan harus diawali dengan perencanaan, lalu dibentuk unit organisasinya dengan menentukan kapasitas dan kelengkapan. Setelah itu teknologi pada metode pembenihan dioperasikan dengan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi.

Yang perlu dipersiapkan bagi pembangunan usaha pembenihan ikan, yaitu:
1. SDM: kemampuan tenaga kerja, etos kerja, pengaturan kerja (waktu dan jumah tenaga), kesejahteraan (asuransi, dll)
2. SDL: kebijakan pemerintah (POLEKSOSBUD HANKAM), lingkungan yang dieksploitasi
3. SDA: biota yang diusahakan (biologi, siklushidup, pakan,dll) yang menyangkut reproduksi, fase pertumbuhan, makanan, dan kebutuhan lingkungan.

Persyaratan Umum yang diperlukan dalam usaha pembenihan ikan, yaitu:
1. Lokasi, terdiri dari kriteria teknis dan sosial budaya.
Kriteria teknik: ketinggian dan kemiringan tempat, tanah, sifat fisika dan kimia air, sumber air
Kriteria sosial ekonomi: daerah pengembangan yang cukup luas, persyaratan jenis ikan, pemasaran, sarana, perkembangan kota dan industri
2. Sarana dan kelengkapan, yang efektif dan efisien.
- Suplai air yang bersih : bak sedimentasi, bak filter, bak air bersih.
- Sistem perolehan air : melalui pipa; membuat sumur
- Sistem suplay air tawar : Bak sedimentasi, bak air tawar bersih
- Sistem suplai udara
- Sistem drainase
- Fasilitas produksi benih : bak/kolam
- Fasilitas penunjang : generator, pompa udara, pompa air laut, pompa air tawar, penganalisis air.
3. Metode pembenihan, berupa fase tahapan kerja dengan menggunakan aplikasi teknologi berdasarkan jenis biota.

TATA LETAK DAN KONSTRUKSI KOLAM PEMBENIHAN
Tata Letak
Tata letak kolam merupakan syarat penting di dalam usaha pembenihan dan erat hubungannya dengan rencana kapasitas produksi serta jenis teknologi yang diterapkan dalam skala usaha. Untuk kelancaran kegiatan operasional pembenihan, tata letak bangunan, perkakas, dan peralatan harus disesuaikan dengan fungsi dan urutan kerjanya.
Bangunan yang termasuk sebagai sarana pokok harus terpisah dari bangunan sarana penunjang dan pelengkap. Sebagai contoh, kolam pemijahan atau penetasan, pemeliharaan calon induk, pendederan, penampungan benih, dan kolam treatment, harus dikelompokkan dalam satu wilayah agar terhindar dari kemungkinan cemaran kegiatan lain.
Saluran air ke sarana pokok harus dibangun sedemikian rupa agar dapat menyalurkan media langsung dari sumber air yang sudah terjamin kualitasnya dan sesuai dengan persyaratan kesehatan telur, larva, benih, dan induk. Untuk saluran pembuangan dari wilayah saranan pokok harus langsung masuk ke saluran induk pembuangan.
Kolam pengendapan sebaiknya terletak paling depan dari saluran air masuk, kemudian kolam penyaringan, dan diikuti dengan saluran air yang menuju ke sarana pokok.
Letak kolam pemberokan harus terpisah dengan saranan penunjang yang lain, begitu pula dengan saluran air masuk dan keluarnya.
Bangunan gudang-gudang dalam sarana penunjang sebaiknya terletak dalamsatu kesatuan wilayah. Pengaturan letak setiap gudang disesuaikan dengan fungsi dan ururtan kerjanya, sehingga tidak saling mempengaruhi dan menimbulkan akibat buruk. Letak tempat pengepakan dan kolam penampungan hasil harus berdekatan sehingga akan memudahkan penanganan hasil sebelum didistribusikan ke luar.

Konstruksi Kolam
Konstruksi kolam pada unit pembenihan disesuaikan dengan sifat biologi ikan itu sendiri, antara lain:
1. Sifat perkembangbiakan ikan
2. Habitat induk, larva, dan benih
Keberhasilan usaha pembenihan ikan lebih banyak ditentukan oleh konstruksi sarana pokok. Konstruksi sarana pokok pada pembenihan ikan meliputi konstruksi:
1. Kolam pemijahan
2. Kolam penetasan
3. Kolam pendederan
4. Kolam pemeliharaan induk

Dalam pembuatan kolam-kolam tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Bahan yang digunakan
2. Teknik pembuatan
3. Bentuk kolam
4. Kapasitas kolam
5. Persyaratan desain, tata letak, dan segi ekonomisnya

1. KOLAM PEMIJAHAN
Kolam pemijahan harus memenuhi persyaratan fisik dan higienies. Hal yang perlu diperhatikan untuk konstruksi kolam pemijahan adalah:
1. Dasar dan dinding kolam harus kedap air dan kuat menahan air media secara permanen
2. Kolam harus mudah diisi air dan dikeringkan dalam waktu yang relatif singkat, terletak di tempat tertinggi dalam lokasi
3. Luas kolam dapat berukuran 50-1000m2 atau dapat berukuran 7 x 7 m
4. Bentukkolam sebaiknya empat persegi panjang
5. Dasar kolam dibuat miring ke arah pengurasan, berkisar antara 20-30 cm.
6. Kedalaman kolamberkisar 0,5 – 1,2 m
7. Tempat pemasukan dan pengeluaran air dapat berbentuk monik atau pipa sifon
8. Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok
9. Konstruksi kolam baru memungkinkan untuk dibersihkan secara sempurna, agar kolam tetap dalam kondisi higienis

2. KOLAM PENETASAN
Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan, bahkan seringkali kegiatan menggunakan kolam pemijahan. Pada saat digunakan untuk kolam penetasan, kolam penetasan dilengkapi dengan pipa-pipa penyalur air ke seluruh bagian kolam sehingga semua telur dapat terairi.

3. KOLAM PENDEDERAN
Kolam pendederan merupakan unit yang menerima benih dari kolam penetasan. Kolam pendederan ini ada yang disebut pendederan I, II, dan III yang pada prinsipnya sama bentuk dan ukurannya, hanya ukuran dan jumlah ikan yang dipelihara di dalam setiap kolam berbeda. Hal-hal yang peru diperhatikan dalam pembuatan konstruksi kolam pendederan, antara lain adalah :
1. Bentuk kolam disesuaikan dengan keadaan tempat. Apabila memungkinkan sebaiknya berbentuk empat persegi panjang
2. Agar mudah dalam pengelolaan kolam dan pemanenan benih, sebaiknya kolam pendederan pertama berukuran 100-500 m2, dan kolam pendederan lanjutan 500-2000m2 per petak
3. Penampang melintang pematang berbentuk trapesium dengan kemiringan 1 : 1 (tanah lempung). Lebar atas 75-100cm dan ketinggian pematang 1,00-1,30 m
4. Tempat pemasukan air perupa pipa yang dilengkapi dengan saringan dan pengatur debit air
5. Tempat pengeluaran air berbentuk monik atau bentuk lain yang memungkinkan kecepatan dan volume air yang dikeluarkan dapat diatur terutama pada saat pemanenan.
6. Dasar kolam dilengkapi dengan kubangan merupakan bagian dari saluran dasar di depan tempat pengurasan, yang bentuknya melebar dan berfungsi sebagai petak penangkapan benih. Dasar kolam dibuat miring ke arah saluran dasar dan tempat pengurasan.
7. Kedalaman kolam 1-1,5 meter dan kedalaman air 40-60cm
8. Permukaaan kolam harus mendapat sinar matahari sepanjang hari
9. Dasar kolam harus berupa tanah gembur, berlumpur subur yang cukup tebal (5-20cm) dan tidak porous
10. Selisih ketinggian tanah dasar kolam antara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran berkisar anatar 20-30 cm

4. KOLAMPENAMPUNGAN BENIH
Kolam ini harus memenuhi syarat biologis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konstrukai kolam penampungan benih, antara lain adalah:
1. Bahan yang digunakan harus tidak mencemari air kolam dan mudah dibersihkan dari zat kimia yang diberikan pada saat treatment
2. Luas kolam 500-2000m2, kedalaman air 50-70cm, dan debit air 10-15 lt/detik
3. Bentuk kolam empat persegi panjang atau bentuk lain yang dengan kondisi dan efisiensi tempat
4. Bentuk penampang pematang adalah trapesium sama kaki dengan kemiringan 1:1. Ukuran sisi atas 1-1,5 m dengan tinggi 1-1,5 meter; sedangkan dasar pematang disesuaikan dengan kemiringannya
5. Pematang yang tingginya lebih dari 1 m, sebaiknya diberi anak pematang (berm) sebagai penguat
6. Bagian pematang yang tidak terkena air ditandai rumput untuk menghindari erosi
7. Tempat pemasukan air dan pengeluaran air dapat mengaur ketinggian perkukaan air kolam
8. Pintu air masuk dan pengeluaran sebaiknya tidak berhadapan tetapi diagonal
9. Dasar kolam berupa tanah gembur, berlumpur subur yang cukup tebal, dan tidak porous.
10. Selisih antara ketinggian tanah dasar kolam pada pintu masuk dan pintu keluar antara 20-30 cm.


5. KOLAM PEMELIHARAAN
Terdiri dari kolam induk betina dan kolam indukjantan. Luas tiap petakan 500-1000m2. Lebih besar dari itu biasanya akan menyulitkan penangkapan pada saat akan menyeleksi induk.
Jumlah kolam induk atau luasan keseluruhan kolam induk ditentukan oleh banyaknya induk yang dipelihara dan intensitas pengelolaan budidaya. Jika kolam itu hanya tergantung dari hasil pemupukan dan makanan tambahan berupa dedak, maka untuk setiap 100kg induk memerlukan luas 150-200m2.
Bentuk kolam sebaiknya empat persegi panjang tetapi jika bentuk lain maka harus diusahakan agar menggunakan tanah secara efisien dan ikan-ikan mudah ditangkap. Penampang melintang kolam berbentuk trapesium dengan ukuran lebar atas 1-1,5 m, ketinggian 1-1,5 m, dan kemiringan 1:1 (tanah lempung). Aktivitas ikan ketika mencari makanan seringkali merusak pematang. Oleh karena itu, bagian dalam pematang harus dilapisi dengan bambu, papan, tembok, atau bahan lainnya yang dapat memperkuat pematang.
Dasar kolamdibuat miring ke arah pembuangan air. Tempat pemasukan air berupa pipa yang dilengkapi dengan tempat pemasangan saringan dan panen-panen pengatur debit air. Tempat pembuangan air berbentuk kotak yang terdiri dari pipa penyalur air dan bangunan berbentuk kotak tempat saringan dan panen-paenn pengatur ketinggian air. Untukkolam seluas 1000m2 memerlukan sebuah monik dengan ukuran lebar mulut 75 dan pipa penyalur berdiameter 6 inc.


PENYEDIAAN DAN SELEKSI INDUK UNTUK PEMBENIHAN
Penyediaan Induk
A. Pewarisan sifat :
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat yang diwariskan, cara sifat diwariskan, dan variasinya yang terjadi pada keturunannya.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam pewarisan sifat induk kepada turunannya,adalah:
1. Kromosom
Di dalam inti sel, terdapat jalinan benang halus yang disebut kromosom. Kromosom adalah struktur makromolekul besar yang memuat DNA yang membawa informasi genetik dalam sel.

Gambar kromosom

Tipe kromosom terbagi dua, yaitu kromosom tubuh (autosom) dan kromosom kelamin (gonosom).
2. Gen adalah ruas-ruas DNA yang menentukan sifat. Terdiri atas asam-asam deoksiribonukleat yang menjadi cetakan untuk mensintesis enzime (protein). Selama pembentukan sel gamet,bahan genetik ini mengalami replikasi sebelum memisah ke sel-sel anaknya. Dalam hal ini, sel anak hanya memiliki bahan genetik setengah dari sel induknya melalui proses meiosis.
3. Jumlah kromosom yang diturunkan
Pada ikan, jumlah kromosom pada umumnya adalah 48, seperti yang terdapat pada ciprinid.
4. Sel diploid dan haploid
Sel diploid yaitu sel yang memiliki kromosom dalam keadaan berpasangan atau sel yang memiliki dua set atau dua perangkat kromosom (diploid= 2n).
Sel haploid yaitu sel yang memiliki satu perangkat kromosom.
5. Sifat genotip homozigot dan heterozigot
Genotip yang memiliki alel yang sama disebut homozigot.
Genotif yang memilki alel yang berbeda disebut heterozigot.
6. Sifat fenotip adalah sifat spesies yang tampak oleh panca indra. Dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan.
1. Fenotif kualitatif meliputi sifat sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan
- Warna, pola sisik, type sisik
2. Kuantitatif fenotif adalah suatu yang terukur bukan sesuatu yang bersifat deskriptif - pertumbuhan, panjang sirip dorsal, fekunditas, dll
Fenotip jenis ikan yang sama dapat tampak berbeda pada lingkungan yang berbeda.
7. Dominan adalah suatu alel yang berpengaruh besar terhadap alel lain ketika bersama dengan alel lain.
8. Resesif
Resesif adalah ketika bersama alel lain, sifatnya tidak muncul kecuali pada saat bersama alel sejenisnya.
9. Kodominan
Adalah perpaduan alel dominan dan resesif yang muncul sama kuat.
B. Pengadaan induk :
1. Penangkapan, berasal dari perairan umum atau dari tambak.
(1) Seleksi induk di perairan umum
(a) Ukuran induk
(b) Telah matang telur
(2) Seleksi induk di tambak
(a) Usia pemeliharaan dan ukuran morfologi
(b) Secara fenotip mempunyai pertumbuhan yang baik
(c) Bukan dari inbreeding
(d) Matang gonad
(e) Fekunditas
(3) Teknik penggunaan alat tangkap yang pasif (trap)
2. Pengangkutan
(1) Peralatan angkut, seperti kantong plastik, bak fiber, tandu, dll
(2) Suhu, oksigen, dan salinitas media air
(3) Waktu angkut
(4) Teknik pengangkutan
(a) Pengangkutan sistem terbuka
(b) Pengangkutan dengan obat penenang
3. Aklimatisasi
(1) Suhu dan salinitas yang sesuai dengan induk
(2) Treatment anti jamur
C. Seleksi dan Persilangan induk (hibridisasi)
Seleksi adalah program breding yang dilakukan secara individu atau famili induk diseleksi berdasarkan keunggulannya untuk memperoleh perubahan rata-rata fenotif kuantitatif suatu populasi pada generasi berikutnya (berat, panjang, warna).
Hibridisasi bertujuan untuk memperbaiki laju pertumbuhan, meningkatkan pertahanan terhadap penyakit demi memperoleh benih unggul.
1. Penentuan galur murni
2. Persilangan monohibrid, yaitu persilangan individu yang memiliki satu sifat beda.
3. Persilangan dihibrid, yaitu persilangan dua sifat beda.


Pemilihan dan perbaikan mutu beberapa jenis induk

Rabu, 04 Agustus 2010

ikan kerapu

KERAPU
1. KERAPU BEBEK
kerapu bebek ini ketika masih berukuran kecil merupakan ikan hias dengan nama Panther fish. Setelah ikan ini menjadi besar, ikan ini menjadi ikan konsumsi yang bergengsi sehingga mahal harganya.

Beberapa negera yang mengembangkan budidaya ikan kerapu bebek sebagai pesaing Indonesia antara lain :
- Australia
- Thailand
- Filifina
- Vietnam
- Dan Taiwan
-
Di Thailand penggunaan benih sebagian besar dari hasil tangkapan di alam. Produksi budi daya kerapu bebek umumnya di ekspor ke malaysia, Singapura, Taiwan dan Hongkong
Sistimatika
Family : Serranidae
Spesies : Chromileptes altivelis
Nama dagang : Humpback Grouper, Mero jorobado, Mero Bassu,
Baramundi cod, Sarasa hata, Polka dot grouper, Lo su pan
Nama Lokal : Kerapu Tikus

Ciri-Ciri Umum
1. Badan kerapu bebek pipih,
2. dengan bentuk kepala bagian atas cekung,
3. Tubuh agak pucat berwarna coklat kehijauan
4. Terdapat bintik-bintik hitam disekujur tubuhnya
5. Ujung semua sirip berbentuk bundar/busur
6. Pertumbuhan kerapu bebek sangat lambat dibanding dengan jenis kerapu yang lainnya. Kedewasaan pertama terjadi setelah mencapai ukuran 1,5 kg.
7. Ikan ini memiliki sifat protogony hermaphrodite. Perubahan ini terjadi pada ikan berukuran 2,5-3,0 kg

KERAPU MACAN
Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar diberbagai perairan berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia daerah penyebaran kerapu macan meliputi : perairan di wilayah INDO-PASIFIK.
Sistimatika
Family : Serranidae
Spesies : Epinephelus fuscoguttatus
Nama dagang : Brown Marble Grouper, Flowery cod, Blotchy Rock cod, Carpet
Cod, Aka Madaharata, Lo Fu Pan
Nama Lokal : Garopa

Ciri-Ciri Umum
1. Bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur berupa busur
2. Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecoklatan
3. Badan dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap
4. Di alam dapat mencapaipanjang total 95 cm dgn bobot 11 kg

KERAPU LUMPUR

Jenis ikan ini telah dibudidayakan didaerah kepulauan Riau dan Sumatra Utara, khususnya kabupaten/ kota Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga Langkat, Deliserdam dan Medan.
Sistimatika
Family : Serranidae
Spesies : Epinephelus coioides
Nama dagang : Estuary Grouper, Fah Paan, Chairomaruhata, Chi hou
Nama Lokal : Kerapu Minyak
Ciri-Ciri Umum
1. Bagian kepala dan punggung berwarna gelap kehitaman
2. Sedangkan perut berwarna keputihan
3. Seluruh tubuhnya dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecoklatan atau kemerahan
4. Bersifat protogony hermaphrodite, ketika berumur 3 thn berkelamin betina dan setelah berumur 4 thn berkelamin jantan tanpa mengalami perubahan morfologi yg jelas.
5. Kedewasaan terjadi ketika berumur 25-30 cm atau 2-3 tahun

KERAPU SUNU
Merupakan komoditas ekspor yang harganya cukup tinggi. Dua jenis kerapu sunu yang memiliki harga tinggi dan terdapat di Indinesia yaitu
1. P. leopardus (Leopard corral trout )
2. P. maculatus (Barred cheek corral trout)

Harga jenis leopardus hidup diketahui sebesar US S30/kg pd thn 2006
Kerapu sunu merupakan ikan konsumsi laut yang memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah karena teknologi pembenihan massalnya telah dikuasai . Permintaan pasarnya dalam keaadan hidup sangat tinggi baik di dalam maupun di luar negeri.

Sistimatika
Famili : Serranidae
Spesies : Plectropomus leopardus, P. maculatus
Nama dagang : Spotted Coral grouper, Spotted coral trout, Viele saintsilac,
mero con pintas, Mero de coral, Coral cod, Jin hou, Sai sing
Nama Lokal : Kerapu Bara

Ciri-ciri Umum
1. Badan ikan memanjang tegak
2. Kepala, badan, dan bagian tengah dari sirip berwarna abu-abu kehijau-hijauan, coklat, merah, atau jingga kemerahan dengan bintik2 biru yang berwarna gelap pada pinggirnya .
3. Bintik-bintik pada kepala dan bagian depan badan sebesar diameter bolamatanya atau lebih besar.
4. Bentuk ujung sirip ekor adalah rata
5. Ujung sirip caudal terdapat garis putih
6. Laju pertumbuhan kerapu sunu berlangsung cepat yaitu 0,81 mm/hari dlm waktu 6 bln sudah mencapai 14 cm
7. Perubahan kelamin terjadi pd saat panjang total antara 23-62 cm atau panjang total rata-rata 42 cm

KERAPU BATIK
Sebagaimana halnya dengan kerapu lainnya kerapu batik merupakan ikan karang yang bernilai ekonoms tinggi, banyak terdapat didaerah kepulauan khususnya diwilayah perairan atol. Karena harganya yg tinggi maka minat untuk membudidayakan sangat besar.
Sistimatika
Famili : Serrinidae
Spesies : Epinephelus microdon
Nama Dagang : Small tooth rock-cod, camouflage grouper, marble
grouper
Nama lokal ; -
Ciri-ciri Umum
1. kepala badan dan sirip berwarna coklat pucat dan tertutup bintik-bintik berwarna coklat gelap
2. Pada kepala dan badan trdapat bercak berwarna hitam tumpang tindih dengan bintik hitam tersebut
3. Pada bagian pangkal tampak jelas sebuah bercak hitam
4. Terdapat banyak bintik2 putih pd sirip dan beberapa dibagian kepala dan badan
5. Ujung sirip ekor membulat berbentuk busur
Ukuran terbesar yang pernah dilaporkan sebesar 61 cm panjang standar dan bobotnya 4 kg, ikan kerapu batik betina mencapai matang kelamin dengan ukuran bobot antara 0,5-1,8 kg dan panjang total antara 32,0-43 cm.
Jantan mengalami matang gonad pada ukuran bobot lebih dari 1,9 kg dan panjang total 44 cm.
Pemilihan Lokasi Budidaya
1. lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt,
2. dan bersuhu 27-32 0C
3. adapun syarat lainnya kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m
4. Dapat dibudidayakan pada KJA

Wadah Budidaya
Pada umumnya KJA terdiri atas rangka yang terbuat dari kayuan . Kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5mx5m dengan ukuran jaring 2mx2m sehingga dalam 1 unit rakit terdapat 4 unit jaring. Mata jaring disesuaikan dengan besar ukuran ikan yang ditebar. Semakin besar ukuran benih maka semakin besar ukuran mata jaring yang digunakan. Selain itu harus disediakan jaring pengganti dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Pelampung dan jaring berbentuk kelabu terbalik yg diikatkan pada kerangka kayu, pelampung tersebut dapat berupa Plastic foam maupun drum bekas (drum plastik atau drum besi)
Pengelolaan Budidaya
1.Penyediaan benih
Benih berukuran panjang 4 – 10 cm dari hatchery tersedia hampir sepanjang tahun, benih yang diperlukan dapat diperlukan dapat di peroleh dari alam atau dari HSRT atau HL di gondol, Sitobondo atau Lampung.
2.Penebaran Benih
benih yang ditebar adalah benih yang sehat. Penebaran benih yang terlalu padat dapat menyebabkan pertumbuhan lambat dan terjadi kematian yang tinggi selama pemeliharaan. Kepadatan benih diusahakan kurang dari 2kg/m3 sebelum berat mencapai 10 gr. Selanjutnya kepadatan benih dipertahankan 7 kg/m3
3. Pendederan
pendederan dapat dilakukan di dalam bak beton, semen, fiber glass ataupun dalam KJA. Bak beton/fiber glass yang digunakan berbentuk selinder ataupun empat segi panjang. Volume beragam antara 4 – 20 m3 dengan ketinggian air 80-100cm. Bak ini dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pembuangan air serta pipa udara (aerator).
usaha pendederan yg menggunakan KJA harus memiliki 2 jenis keramba yang berbeda ukuran dan mata jaringnya. Jenis pertama berukuran kecil 1mx1mx1,5m terbuat dari waring bermata jaring 4 mm. sebulan kemudian ukuran karamba yg digunakan lebih besar yaitu 2x2x2m dgn jaring terbuat dari polietilen bermata jaring 0,5 inci.
Padat tebar dalam bak dan KJA pendederan disesuaikan dengan ukuran benih yang ditebar. Benih yang ditebar sedapat mungkin harus seragam ukurannya. Apabila digunakan benih berukuran 3-4 cm, padat tebar yang digunakan sekitar 300-500 ekor /m3 air.
4. Pembesaran
Usaha pembesaran adalah usaha membesarkan ikan dari benih berukuran sekitar 8 cm menjadi ikan konsumsi berukuran 250-500 g/ekor. Usaha ini dilakukan di dalam KJA di laut
5.Pemberian pakan
Ikan kerapu bebek merupakan ikan karnivora dan tanggap terhadap pakan buatan asalkan dilatih terlebih dahulu. Untuk pembesaran jenis ikan kerapu bebek , diperlukan pelet terapung dengan kadar protein 47,5 %.

Tabel 1. Metode Pemberian Pakan Ikan Kerapu Bebek Dengan Ikan
Rucah Dalam KJA di Laut

Ukuran Ikan
(g/ekor) Dosis Pakan
(% Bobot Tubuh) Frekuensi Pemberian Pakan (Kali/hari)
5 – 10 12-20 3-4
10 – 50 10-15 2-3
50-150 8-10 1-2
150-300 6-8 1
300-600 4-6 1
Ukuran Ikan
(g/ekor) Bentuk atau Ukuran Diameter Pakan
(mm) Dosis Pakan
(% Bobot Tubuh) Frekuensi Pemberian Pakan
(Kali/Hari)
5-20 Pelet-3 2,0-4,0 2-3
20-100 Pelet-5 1,5-2,0 2
100-200 Pelet-7 1,2-1,5 1-2
200-300 Pelet-10 1,0-1,2 1
>300 Pelet-12 0,8-1,0 1









Pengendalian Hama dan Penyakit
Di dalam tempat pemeliharaan seperti KJA, tangki atau bak jenis ikan ini sering menjadi sasaran menjadi parasit, baktri dan virus. Parasit yang paling sering dijumpai adalah benedenia dan neobedenia yang hidup di kulit maupun di insang. Serangan parasit ini dapat di atasi dengan cara ikan direndam dalam air tawar selama beberapa menit. Sementara itu jenis bakteri yang suka menyerang sirip dan kulit kerapu adalah flexibacter dan vibrio. Penyakit bakteri tersebut dapat diatasi dengan pemberian antibiotik oxytetracycline (50 mg) atau Oxolinic acid (10-30 mg) per kg bobot badan ikan secara oral. Penyakit lain yang hingga sekarang yang belum dapat diatasi adalah penyakit yang disebabkan oleh virus VNN dan Iridovirus. Golongan penyakit ini sangat merugikan oleh karena itu pemilihan benih yang sehat sebelum ditebar dalam karamba sangat penting untuk dilakukan.
Panen
Ikan kerapu bebek dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi yaitu 500-600 g/ekor. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran tersebut sekitar 16-20 bulan untuk kerapu bebek dengan sintasan rata-rata 80 %. Pemanenan ikan kerapu bebek di dalam KJA mudah di lakukan seperti panen ikan di KJA pada umumnya.
Sistem pemanenan dapat dilakukan secara total atau selektif tergantung kebutuhan.



PROBIOTIK
Definisi prebiotik
Menurut Fuller (1987), Probiotik merupakan makanan tambahan (suplemen) dari sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya.
Defenisi ini ditujukan pada hewan terestrial dan manusia dengan menekankan bahwa probiotik merupakan mikroba hidup yang diberikan melalui makanan
Gatesoupe (2000), probiotik sebagai sel-sel mikroba yang diberikan dengan cara tertentu agar masuk kedalam saluran gastrointestinal dan tetap hidup dengan tujuan memperbaiki kesehatan.
Gram et al (1999), Probiotik adalah segala bentuk pakan tambahan berupa sel mikroba hidup yang menguntungkan bagi hewan inangnya dengan cara menyeimbangkan kondisi mikrobiologis inang.
Penggunaan probiotik dapat dikategorikan sebagai pengendalian biologis (biological control, biocontrol) karena peranannya dalam membatasi atau membunuh penyakit.
Probiotik bukan hanya berfungsi sebagai egen pengendali penyakit akan tetapi juga berfungsi untuk :
1. Mekanisme pertahan tubuh atau imunitas
2. Dan memperbaiki kualitas air
Pada akuakultur, probiotik telah berhasil digunakan sebagai agensia pengendali flora mikroba tangki-tangki pemeliharaan udang melalui penebaran mikroba hidup pada tangki-tangki . Perbaikan kualitas perairan dan menekan vibrio luminesens melalui penebaran mikroba ke tambak
Penelitian penggunaan probiotik dalam akuakultur difokuskan pada hewan-hewan akuatik pada stadia larva, juvenil dan dewasa, serta pakan hidup .
Hewan darat mengalami kolonisasi awal oleh mikroba melalui induknya. Sedangkan hewan akuatik umumnya menetaskan telurnya di air tanpa kontak lanjut dengan induknya, sehingga kolonisasi awal dilakukan oleh mikroba perairan. Begitu telur dibebaskan dari tubuh induk dan dibuahi, mikroba lingkungan air akan segera mengkoloni permukaan telur.
Hewan yang baru menetas saluran pencernaannya belum berkembang penuh dan tanpa komunitas mikroba, begitu pula pada insang dan pada bagian eksternalnya, begitu kontak dengan lingkungan, hewan akan segera akan mengalami kolonisasi mikroba. Dengan demikian mikroba primer pada stadium awal hewan larva akuatik tergantung pada komposisi mikroba perairan.
Interaksi antara mikroba dengan inang tidak terbatas pada saluran pencernaan saja, bakteri probiotik juga dapat aktif pada insang, kulit tubuh inang atau lingkungan disekelilingnya.
interaksi yang intensif antara mikroba dan inang dalam akuakultur menjadikan sejumlah probion berasal dari lingkungan bukan dari pakan atau saluran pencernaan. Sebagaimana penggunaan hewan terestrial atau manusia (Fuller, 1987)
Syarat-syarat untuk probiotik :
1. Mengntungkan inangnya
2. Mampu hidup (tidak harus tumbuh) di intestinum,
3. Dapat disiapkan sebagai produk sel hidup pada skala rumah industri
4. Dapat terjaga stabilitas dan sintasan untuk waktu yang lama pada penyimpanan maupun di lapangan

Hewan akuatik dapat diasumsikan sama dengan hewan darat dan manusia, yaitu mikroba intestinal tidak eksis dengan sendirinya tetapi merupakan hasil interaksi konstan dengan lingkungannya dan fungsi-fungsi inangnya.
5. Ada bukti-bukti bahwa bakteri yang ada pada lingkungan perairan mempengaruhi komposisi mikroba pada intestinum dan sebaliknya (Cahill, 1990; Ring et al., 1995).
6. Genera yang dijumpai pada saluran pencernaan ikan mirip dengan genera yang dijumpai pada lingkungan akuatik dan pakannya. Sebagian dari mikroba tersebut dapat hidup dan berkembang didalam saluran pencernaan inang (Chill, 1990)

Pengendalian penyakit pada manusia dan ternak (hewan terestrial) menggunakan probiotik telah dilakukan sejak lama dan terekomendasi dengan baik (Fuller, 1987).
Pada dasarnya ada 3 model kerja probiotik :
1. Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa anti mikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum
2. Merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan aktivitas enzim
3. Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas makrofag

Probiotik dianggap menguntungkan karena mampu menghambat kolonisasi intestinum oleh mikroba yang merugikan, produksi senyawa-senyawa antimikroba, serta kompetisi terhadap nutrien dan ruang.
Probiotik menguntungkan inangnya antara lain karena memperbaiki nutrisi seperti produksi vitamin-vitamin, detoksikasi pangan, serta melalui aktivitas enzim.
Seleksi probiotik cenderung didsarkan pada kemampuan melekat pada epitel intestinum, melalui kolonisasi , memperbaiki aktivitas metabolik dan menstimulasi imunitas inang.
Probiotik digunakan pula untuk menjaga keseimbangan mikroba dan pengendalian patogen dalam saluran pencernaan, air serta perbaikan kualitas lingkungan perairan melalui biodegradasi

Sejumlah bakteri akuatik mampu memproduksi senyawa antimikroba. Kemampuan ini sebagai salah satu bentuk kompetisi untuk memperoleh nutrien atau energi. Mekanisme tersebut dipercaya mampu menghambat pertumbuhan patogen dalam intestinum dan pada permukaan tubuh inang atau lingkungan.
senyawa-senyawa penghambat tersebut sangat beragam diantaranya berupa :
1. Siderofor
2. Bakteriosin
3. Lisozim
4. Protease
5. Hidrogen perioksidase
6. Dan asam-asam organik (Nair et al; 1985., Lemos et al; 1991)

Tetapi aktivitas penghambatan seperti itu umumnya hanya dipelajari secara in-vitro. Dalam hal lizosim telah terbukti bahwa dengan pemberian probiotik A3-51 (A. Sobria) untuk suplemen pakan rainbow trout selama 3 minggu terbukti meningkatkan aktivitas lizosim menjadi 1,7 x 103 unit per menit adapun kontrol hanya 0,2x103 unit per menit (Irianto, 2002)
Banyak senyawa-senyawa kimiawi yang berasal dari mikroba memiliki aktivitas imunostimulan pada hewan akuatik misalnya:
LPS
Peptidoglikan dan
Glukan
Penggunaan probiotik sebagai suplemen pakan hewan akuatik jug menunjukkan aktifitas imunostimulasi. Penelanan bakteri dan dilanjutkan dengan endositosisnya dalam tubuh larva ikan dapat menstimulasi sistem imun.
Pengaruh imunostimulan dapat ditunjukkan oleh meningkatnya imunoglobulin (IgA), meningkatnya aktifitas fagositosis, meningkatnya jumlah sel T dan meningkatnya aktifitas makrofag (Foller, 1987).
Stimulasi sistem imun tidak selalu harus ditunjukkan dengan meningkatnya IgA. Meski dilakukan suplementasi probiotik pada pakan tetapi antibodi pada serum dan mukus tidak terdeteksi, suplementasi tersebut menguntungkan inang dengan meningkatkan jumlah leukosit dan persentase limposit darah, meningkatkan jumlah dan aktifitas makrofag ginjal, dan aktifitas lisosim serum (Irianto, 2002).
Keuntungan dengan penggunaan Probiotik
1. Menghambat kolonisasi intestinum oleh mikroba yang merugikan
2. Memproduksi senyawa-senyawa antimikroba
3. Kompetisi terhadap nutrien dan ruang
4. Memproduksi vitamin-vitamin
5. Beragam mikroba mampu mensintesa biotin

Seleksi bakteri Probiotik antara lain :
1. Kemampun melekat pada epitel intestinum
2. Mampu berkolonisasi
3. Memperbaiki aktivitas metabolik
4. Dan menstimulasi imunitas inang
5. Memproduksi senyawa antimikroba

Sejumlah bakteri mampu menghasilkan senyawa-senyawa antimikroba antara lain :
1. Siderofor
2. Bakteriosin
3. Lisozim
4. Protease
5. Hidrogen peroksidase
6. Asam-asam organik

Pengaruh probiotik terhadap imunitas ikan

1. Meningkatnya Imunoglobulin (IgA)
2. Meningkatkan aktivitas Fagositosis
3. Meningkatkan jumlah sel T
4. Meningkatkan aktivitas magrofag






PERSYARATAN LOKASI
Dalam budidaya ikan patin baik sistem karamba maupun fence terdapat 3 sub sistem pemeliharaan, yaitu pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pembenihan adalah kegiatan pemeliharaan induk untuk menghasilkan telur sampai dengan larva. Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil pembenihan sebagai transito sebelum dipelihara di tempat pembesaran. Pembesaran adalah pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil pendederan sampai menghasilkan ikan ukuran konsumsi.
Dalam usaha budidaya ikan patin persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk mencapai produksi yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan tanah serta kuantitas air. Kriteria persyaratan tersebut berbeda tergantung daripada sistem budidaya yang digunakan. Sebelum menetapkan lokasi usaha, selain harus memenuhi persyaratan tersebut perlu pula dipastikan kelayakan lokasi budidaya ditinjau dari segi gangguan alam, gangguan pencemaran, gangguan predator, gangguan keamanan dan gangguan lalu lintas angkutan air. Uraian berikut adalah persyaratan lokasi yang perlu diperhatikan menurut Khairuman, Amd dan Ir. Dodi Sudenda (Budidaya Patin Secara Intensif, 2002)
a. Persyaratan lokasi budidaya di kolam
Sumber air :
Sumber air dapat berasal dari saluran irigasi teknis, sungai atau air tanah yang berasal dari sumur biasa atau pompa. Pembesaran ikan patin tidak memerlukan sumber air yang senantiasa mengalir sepanjang waktu, namun untuk pembenihan kondisi airnya harus bersih.
Kualitas air :
Kualitas air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Kualitas air meliputi sifat kimia air dan sifat fisika air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O2), karbondioksida (CO2), pH, zat-zat beracun dan kekeruhan air. Sedangkan sifat fisika air adalah suhu, kekeruhan dan warna. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen di dalam air dan apabila air kekurangan oksigen ikan patin dapat mengambil oksigen dari udara. Pada usaha budidaya intensif kandungan oksigen yang diperlukan adalah minimal 4 mg/liter air, sedangkan kandungan karbondioksida kurang dari 5 mg/liter air. Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan oksigen dan karbondioksida adalah water quality test kit atau alat pengukur kualitas air. Nilai pH (puisanche of the H) yang normal bagi kehidupan ikan patin adalah 7 (skala pH 1-14), namun karena pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari akibat berlangsungnya fotosintesa maka derajat keasaman yang baik untuk ikan patin adalah antara 5-9.
Alat yang digunakan untuk mengukur keasaman air adalah kertas lakmus. Zat beracun yang berbahaya bagi kehidupan ikan patin adalah amoniak, yaitu amoniak bukan ion (NH3) dan amonium (NH4) yang biasanya muncul apabila fitoplankton banyak yang mati yang diikuti dengan penurunan pH karena kandungan karbondioksida meningkat. Batas konsentrasi kandungan amoniak yang dapat mematikan kehidupan ikan patin adalah antara 0,1-0,3 mg/liter air. Kekeruhan dapat mempengaruhi cahaya matahari yang masuk ke dalam air. Kekeruhan disebabkan karena berbagai partikel seperti lumpur, bahan organik, sampah atau plankton. Kekeruhan yang baik adalah disebabkan oleh plankton. Alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan air adalah sechi disk. Kategori kekeruhan air adalah sebagai berikut :
Kedalaman air (cm) Kesimpulan
1. 1 – 25 Air keruh, dapat disebabkan oleh plankton dan partikel tanah
>
2. 25 – 50 Optimal (plankton cukup)
3. 50 Jernih (plankton sedikit)
Kuantitas air :
Debit air yang dibutuhkan untuk pemeliharaan ikan patin berbeda-beda untuk budidaya pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pengetahuan tentang debit air akan memberikan keuntungan karena dapat mengoptimalkan penggunaan air. Ada 2 cara pengukuran debit air, yaitu secara langsung dengan meletakkan ember di pintu air yang masuk dan secara tidak langsung pada saluran air yang masuk ke kompleks perkolaman. Rumus pengukuran debit air secara langsung adalah volume air dibagi waktu (menit/detik), sedangkan secara tidak langsung adalah (lebar saluran x kedalaman air x panjang saluran) dibagi waktu.
Tanah
Tanah yang cocok untuk budidaya ikan patin adalah tanah liat atau lempung berpasir dan tidak poreus. Jenis tanah ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat dinding kolam atau pematang. Jenis tanah lain yang juga cocok untuk pemeliharaan ikan patin adalah tanah terapan, tanah berfraksi kasar dan tanah berpasir.
b. Persyaratan lokasi budidaya karamba dan fence
Budidaya ikan patin sistem karamba dapat dilakukan di danau, situ, atau sungai dengan mempertimbangkan faktor teknis dan sosial ekonomi. Penempatan karamba di perairan umum dianjurkan di jalur arus horizontal, di daerah muara, karena pasokan air cukup dan kandungan oksigen terlarut juga tinggi. Selain itu pergerakan air dapat membantu menghanyutkan sisa-sisa kotoran dan bahan organik. Penempatan fence sebaiknya di rawa-rawa atau pinggir sungai. Penempatan karamba dan fence di perairan luas dan terbuka sebaiknya dihindari, karena pengaruh gelombang dan tiupan angin kencang dapat mengancam keamanannya. Kedalaman karamba atau fence pada air yang mengalir minimal 3 meter dan pada air yang tidak mengalir minimal 5 meter. Kriteria kualitas air budidaya ikan patin di jaring apung adalah sebagai berikut :
Kriteria Nilai Batas
a. Fisika
- Suhu 20-30oC
- Total padatan terlarut Maksimum 2000 mg/l
- Kecerahan Lebih dari 45 cm
b. Kimia
- PH 6-9
- Oksigen terlarut Maksimum 8 jam/hari, minimal 3 mg/l
- Karbondioksida bebas Maksimum 15 mg/l
- Amoniak Maksimum 0,016 mg/l
- Nitrit Maksimum 0,2 mg/l
- Tembaga(Cu) Maksimum 0,02 mg/l
- Seng (Zn) Maksimum 0,02 mg/l
- Mercuri (Hg) Maksimum 0,002 mg/l
- Timbal (Pb) Maksimum 0,3 mg/l
- Klorin bebas (Cl2) Maksimum 0,003 mg/l
- Fenol Maksimum 0,001 mg/l
- Sulfida Maksimum 0,002 mg/l
- Kadmium (Cd) Maksimum 0,01 mg/l
- Fluorida Maksimum 1,5 mg/l
- Arsenikum (As) Maksimum 1 mg/l
- Selenium (Se) Maksimum 0,05 mg/l
- Krom heksavalen (Cr + 6) Maksimum 0,05 mg/l
- Sianida (Cn) Maksimum 0,02 mg/l
- Minyak dan lemak Maksimum 1 mg/l
c. Gangguan alam
Masalah yang mengancam budidaya ikan patin di karamba jaring apung dan fence adalah terjadinya umbalan air, berupa naiknya massa air dari dasar ke permukaan secara tiba-tiba. Hal ini terjadi pada awal musim hujan saat terjadi penurunan suhu secara mendadak pada lapisan permukaan akibat hujan deras yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini tidak berpengaruh terlalu buruk pada air yang jernih, sedangkan pada perairan yang dasarnya kotor tercemar limbah (termasuk limbah pakan ikan) dapat mengancam kehidupan ikan. Massa air yang naik ke permukaan akan membawa senyawa-senyawa beracun yang membahayakan kehidupan ikan, misalnya yang terjadi di waduk Cirata dan Saguling beberapa tahun yang lalu. Gangguan alam lainnya adalah berkurangnya debit air pada musim kemarau yang biasanya terjadi setiap tahun pada bulan Juli sampai dengan Oktober. Penyimpangan musim kemarau biasanya terjadi setiap 5 tahun sekali.
d. Gangguan pencemaran
Lokasi budidaya ikan patin di sungai dan rawa sangat rawan terhadap pencemaran air yang terutama muncul pada puncak musim kemarau dan awal musim penghujan. Pencemaran dapat terjadi karena :
• Proses pembusukan akar-akar/tumbuhan yang menyebabkan air cenderung bersifat asam dan biasanya terjadi di daerah rawa pada awal musim hujan.
• Pencemaran bahan-bahan kimia dan energi dari limbah pabrik serta lahan pertanian.
• Pencemaran oleh limbah domestik/rumah tangga.
e. Gangguan predator
Oleh karena pembesaran ikan patin dilakukan di alam terbuka maka kemungkinan besar terjadi serangan hama atau predator. Hama atau predator yang sering menyerang ikan patin adalah linsang (sero), biawak, ular air, kura-kura dan burung. Cara pemberantasan yang efektif adalah dengan membunuh, memasang perangkap, memasang umpan beracun dan membersihkan areal pemeliharaan dari rumput atau semak yang menjadi sarang predator.
f. Gangguan keamanan
Gangguan keamanan pada lokasi perlu di perhitungkan dengan menempatkan penjaga, terutama pada malam hari. Untuk itu maka di lokasi budidaya sistem fence perlu dibuat pondok-pondok untuk tempat berlindung bagi penjaga, sedangkan pada budidaya sistem karamba perlu dibuat pintu-pintu penutup dengan gembok pada bagian atas sekaligus juga berfungsi sebagai lobang tempat pemberian pakan.
g. Gangguan lalu lintas angkutan air
Jika lokasi karamba dan fence adalah di sungai yang merupakan jalur angkutan air maka karamba atau fence harus ditempatkan di pinggir sungai, sehingga tidak mengganggu jalur transportasi. Konstruksi karamba atau fence harus dibuat cukup kuat agar tidak terganggu oleh ombak dan arus yang ditimbulkan oleh lalu lintas transportasi air.
KONSTRUKSI KERAMBA
Karamba yang siap digunakan belum tersedia di pasaran, namun bahan-bahan pembuatan karamba cukup banyak tersedia di sekitar lokasi. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan karamba terdiri dari balok kayu dan bambu. Balok kayu berfungsi sebagai rangka dan bambu sebagai dinding dan penutup yang diikatkan dengan tali nilon pada rangka kayu. Bentuk karamba adalah kotak segi empat yang pada bagian bawahnya terbuka dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,5 meter. Penempatan karamba adalah 2/3 di dalam air dan 1/3 diatas permukaan air. Pada bagian tengah penutup karamba dibuat lubang terbuka berukuran 0,5 x 0,5 meter yang berfungsi sebagai tempat pemberian pakan dan pengontrolan ikan.
Di bagian dalam karamba dimasukkan jaring yang diikat pada dinding karamba, sebagai wadah penampung ikan patin yang dipelihara. Ukuran mata jaringnya lebih kecil dari ukuran benih ikan patin yang ditebar. Jaring ukuran tersebut sudah tersedia dan mudah dibeli di pasaran.
Karamba ditempatkan di pinggir sungai secara berkelompok dan setiap kelompok terdapat 20 – 40 karamba. Penempatannya secara berpasangan dan diantara pasangan karamba ditempatkan bambu bulat yang berfungsi sebagai tempat pengikat, sekaligus sebagai pelampung karamba. Di antara tiap karamba dibuat jalan penghubung dari papan kayu. Kedua ujung bambu tersebut di ikat pada tiang yang ditancapkan kedasar sungai sebagai penahan agar karamba tidak terbawa arus air sungai. Untuk setiap kelompok, diatas bambu pelampung dibuat pondok ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 meter sebagai tempat berteduh bagi petugas yang jaga di malam hari. Rangka pondok terbuat dari bambu dan kayu, lantai dari bambu dan atap dari daun rumbia atau nipah.

Foto 1. Karamba di tepi sungai Komering desa Tanjung Lubuk, kecamatan Kayu Agung, kabupaten OKI
Sumber : Solider, Bank Indonesia
KONSTRUKSI FENCE
Fence dalam bahasa Inggris berarti pagar; jadi sistem fence adalah budidaya ikan patin dalam suatu tempat yang sekelilingnya di batasi dengan pagar. Ukuran luas satu unit adalah lebar 5 meter, panjang 10 – 12 meter dan tinggi 5 meter. Konstruksi fence terdiri dari pagar keliling, pondok (rumah jaga) dan perahu. Sistem fence yang telah siap pakai belum tersedia di pasaran, sehingga harus dirancang dan dibuat sendiri, kecuali anyaman bambu untuk pagar dan perahu.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pagar biasanya tersedia di sekitar lokasi, yaitu bambu bulat ukuran panjang 11 meter; bambu anyaman yang terdiri dari 2 macam ukuran yaitu ukuran panjang 5 meter dan tinggi 3 – 4 meter dan ukuran panjang 5 meter dan tinggi 1,5 – 2 meter; kayu pelawan ukuran panjang 6 – 7 meter dan tali nilon ukuran 4 mm atau tali plastik (trapping band). Kayu pelawan berfungsi sebagai tiang yang ditancapkan ke dalam dasar sungai dengan jarak antara 30 – 50 cm, bambu anyaman ukuran 5 x 3 meter berfungsi sebagai pagar bagian bawah (dalam air) dan bambu ukuran 5 x 2 meter berfungsi sebagai pagar bagian atas yang diikat dengan nilon atau tali plastik pada masing-masing tiang pancang. Rancangan tinggi pagar harus memperhitungkan tinggi air pada musim hujan, untuk menghindari kemungkinan air di dalam fence melebihi tinggi pagar. Apabila banjir, bambu anyaman bagian atas dapat ditambah lagi.
Untuk setiap unit fence, di atasnya dibuat pondok (rumah jaga) berukuran 1,5 x 1,5 meter, tempat berlindung orang atau petugas pada waktu jaga di malam hari. Rangka pondok terbuat dari bambu dan kayu, lantai dan dindingnya terbuat dari bambu atau papan dan atap dari rumbia atau daun nipah. Selain pondok, dibuatkan jembatan dari bambu sebagai jalan penghubung untuk mengontrol atau memberi makan ikan. Setiap unit fence dilengkapi perahu terbuat dari kayu sebagai alat transportasi orang dan pakan.

Foto 2. Fence di desa Tanjung Dayung, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OKI Foto 3. Perahu, alat transportasi pada budidaya sistem fence, kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OKI
Sumber: Solider, Bank Indonesia
PENYEDIAAN BENIH
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit dipijahkan secara alami, karena sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang sesuai dengan habitat aslinya. Karena itu untuk produksi benih dilakukan pemijahan buatan atau induce breeding (kawin suntik) dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan mas atau hormon gonadotropin yang di impor dengan nama dagang Ovaprim. Jenis ikan patin yang dipijahkan secara kawin suntik adalah Pangasius hypopthalmus, dan ikan patin lokal (Pangasius djambal) baru dimulai pada tahun 2000. Menurut informasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Sumsel, direncanakan pada tahun 2004 benih ikan patin lokal mulai dikembangkan di unit-unit percontohan, dan untuk selanjutnya disebarkan kepada Unit Pembenihan Rakyat untuk diproduksi secara massal.
Masalah utama dalam pasokan benih ikan patin di kabupaten OKI adalah kurangnya unit pembenihan (hatchery) ikan patin. Berdasarkan data DPKP kabupaten OKI tahun 2002, hanya ada 1 unit pembenihan ikan patin di kabupaten ini, yaitu di desa Lubuk Seberuk, kecamatan Lempuing seluas 40 m2 yang belum mampu memenuhi kebutuhan lokal. Pembudidaya ikan patin di daerah OKI memperoleh benih dari Palembang dan daerah lain yaitu Bogor (Darmaga, Jasinga dan Leuwiliang). Pengadaan benih dilakukan oleh para distributor benih yang tersebar di 4 kecamatan di kabupaten OKI sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.
Distributor Benih Ikan Patin di Kabupaten OKI
No Kecamatan Luas (m2) Kapasitas produksi (ekor/thn)
1 Inderalaya 198 230.000
2 Tanjung Batu 250 400.000
3 Sirah Pulau Padang 100 470.000
4 Tanjung Lubuk 150 60.000
Jumlah 698 1.160.000
Sumber: DPKP Kabupaten OKI, 2003
Para distributor benih, rata-rata 3 – 5 kali sebulan membeli benih dari Bogor dan setiap pembelian sekitar 50.000 – 60.000 ekor. Mortalitas atau tingkat kematian benih yang berasal dari Bogor relatif rendah, yaitu sekitar 10 ekor per 50.000 ekor benih atau kurang dari 0,02%. Ukuran benih yang dibeli adalah 1,5 – 2 inci, namun apabila benih yang diperlukan lebih banyak maka ukuran benih yang dibeli adalah 1 – 2 inci. Pembudidaya ikan patin pola karamba membeli benih dari distributor, sedangkan pembudidaya sistem fence membeli langsung dari tempat pembenihan
PEMELIHARAAN
Sebagaimana telah dijelaskan pada awal Bab ini, tahapan kegiatan dalam budidaya ikan patin meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pada sistem karamba lazimnya hanya dilakukan pembesaran, sementara pada sistem fence pembudidaya juga melakukan pendederan.
Sistem Fence.
(1). Pendederan
Pendederan dilakukan di dalam fence dengan menggunakan jaring hapa yang berukuran halus atau yang biasa digunakan sebagai tempat penetasan telur pada pembenihan ikan mas. Keuntungan yang diperoleh jika penebaran benih dilakukan dalam jaring antara lain dapat menghindari serangan hama sehingga mortalitasnya rendah; mudah mengontrol dan memberi pakan; dan mudah memanen hasilnya. Ukuran mata jaring harus disesuaikan dengan ukuran benih patin yang ditebarkan untuk menghindari lolosnya benih patin dari dalam jaring. Ukuran mata jaring yang umum digunakan adalah 3 x 3,5 x 0,75 cm.
Jaring harus bersih dan tidak sobek. Jaring dipasang di pinggir fence dan setiap sudut jaring diikatkan ke bambu atau kayu sebagai penahan sehingga posisi jaring tetap. Ketinggian air didalam jaring berkisar antara 50 – 75 cm. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Agar benih yang ditebar tidak mengalami stres, penebaran dilakukan dengan aklimatisasi, yaitu melakukan penyesuaian suhu air di wadah pengangkutan terhadap suhu air di dalam jaring dengan cara menambahkan atau mencampur air di dalam wadah pengangkutan dengan air dalam jaring sedikit demi sedikit. Benih-benih patin yang ditebar dibiarkan keluar dengan sendirinya. Padat penebaran adalah antara 75 – 100 ekor/m3 air.
Selama pendederan benih diberi pakan tambahan karena benih patin berada dalam wadah yang terbatas sehingga tidak mungkin mendapat makanan alami. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk tepung sebanyak 3 – 5% dari berat total patin yang didederkan. Pemberian pakan diberikan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Lama pendederan sekitar satu bulan atau disesuaikan dengan kebutuhan atau ukuran untuk pembesaran. Mortalitas selama pendederan adalah sekitar 15%- 20% dari total benih yang didederkan.
Benih sudah dapat dilepaskan ke tempat pembesaran setelah mencapai ukuran untuk pembesaran atau berumur satu bulan. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat ketiga sudut bagian bawah jaring secara perlahan-lahan. Benih akan terkumpul di sudut yang lain, kemudian benih di tangkap dengan menggunakan alat tangkap halus berupa scop net dan selanjutnya ditampung sementara di tempat penampungan atau langsung ditebar ke tempat pembesaran.
(2). Penebaran benih untuk pembesaran
Padat penebaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan pada saat menebarkan benih. Jika padat penebaran tinggi, dikhawatirkan terjadi kanibalisme terhadap ikan-ikan yang lebih lemah. Selain itu, ikan menjadi rentan terhadap penyakit akibat luka yang disebabkan oleh senggolan antar ikan atau senggolan dengan dinding karamba. Padat penebaran juga harus memperhatikan keterkaitan antara jumlah ikan yang ditebar dengan daya tampung optimal dari tempat pembesaran. Sebagai pedoman, jumlah ikan yang akan ditebar dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
PPI = (BTP) : (BRP x BRT), dimana
PPI = Padat penebaran ikan (kg/m3)
BTP = Berat total panen (kg/m3)
BRP = Berat rata-rata produksi akhir (kg/ekor)
BRT = Berat rata-rata penebaran (kg/ekor)
Penebaran benih ikan patin di sistem fence dapat dilakukan secara langsung dengan membiarkan benih keluar dari jaring apung dengan sendirinya, tanpa aklimatisasi karena jaring pendederan di tempatkan dalam fence. Padat penebaran benih menggunakan rumus sebagaimana dijelaskan di atas.
Sistem Karamba
Pada budidaya sistem karamba hanya dilakukan pembesaran, tanpa pendederan. Oleh karena itu pada buku ini tidak dijelaskan mengenai cara pendederan pada sistem karamba.
Pada tahap pembesaran, ukuran benih yang ditebar di karamba minimal telah mencapai berat 50 gr per ekor atau panjang 2,5 – 3,5 inci. Benih yang ditebar sebaiknya memiliki ukuran yang sama dan seumur. Jika ada yang lebih besar atau lebih tua umurnya dikhawatirkan akan mendominasi benih lainnya, baik dalam persaingan hidup maupun persaingan mendapat makanan. Padat penebaran benih yang disarankan adalah sekitar 5 kg/m2. Padat penebaran sebanyak itu akan menghasilkan panen sekitar 30 – 40 kg/m2.
Agar ikan patin yang ditebar di karamba jaring apung tidak mengalami stress, penebaran benih patin sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Penebaran dilakukan dengan aklimatisasi yaitu benih patin yang berada dalam kantong plastik pengangkutan di biarkan mengapung diatas air selama 5 – 10 menit. Selanjutnya kantong plastik dibuka dan ditambahkan air dari karamba jaring apung sedikit demi sedikit kedalam kantong sampai kondisi air di dalam kantong sama dengan kondisi air di dalam karamba jaring apung. Proses aklimatisasi ini selesai jika ikan patin di dalam kantong plastik keluar dengan sendirinya ke karamba.
PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN
Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian para ahli perikanan, untuk mempercepat pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan tambahan berupa pelet sebanyak 3 – 5% dari berat total tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari. Porsi pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak daripada pagi, siang dan sore hari, karena ikan patin lebih aktif pada malam hari.
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya ikan patin di kabupaten OKI, terdapat perbedaan antara hasil penelitian tersebut dengan pemberian pakan yang dilakukan baik dalam hal jenis, jumlah dan saat pemberian pakan selama pembesaran. Pemberian pakan pada sistem karamba dan fence yang dilakukan di kabupaten OKI adalah sebagai berikut :
- Sistem Karamba :
Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem karamba dilakukan sejak benih ditebar sampai saat ikan dipanen dengan jumlah pakan disesuaikan dengan umur ikan. Pemberian pakan dilakukan hanya satu kali pada sore hari. Dengan padat penebaran 1.250 ekor per karamba, pakan yang diberikan pada benih berumur 1-2 bulan adalah sebanyak 30 kg per bulan dan pada umur 3-6 bulan sebanyak 300 kg per bulan.
- Sistem fence :
Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem fence dilakukan sejak benih ditebar di transito sampai benih berumur 2 bulan. Pada umur ikan 3 bulan pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik ditambah dengan pakan ramuan sendiri. Dosis pakan per 12.500 ekor penebaran pada bulan pertama adalah 50 kg, pada bulan kedua 150 kg dan pada bulan ketiga 300 kg. Setelah umur ikan lebih dari 3 bulan pakan yang diberikan hanya pakan ramuan sendiri. Bahan baku untuk pembuatan pakan ramuan sendiri mudah diperoleh dan banyak terdapat di sekitar lokasi pembesaran ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri dilakukan setiap pagi dan pemberian pakan dilakukan sekali sehari pada sore hari. Ada dua cara pembuatan pakan ramuan sendiri, yaitu :
(a). Pakan rebus :
Bahan baku pembuatan pakan rebus terdiri atas ikan asin kualitas rendah (below standard = BS), tepung katul dan dedak halus dengan komposisi sebagaimana terdapat pada Tabel 3. Jumlah bahan baku yang disediakan adalah untuk pemberian pakan bagi 10 ribu ekor ikan.
Tabel 3.
Komposisi Bahan Baku Pakan Rebus Buatan Sendiri
Bahan Baku Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)
4 bulan 5 bulan 6-7 bulan 8-10 bulan
a. Ikan asin BS 14 21 42 49
b. Tepung katul 30 45 90 105
c. Dedak halus 40 60 120 140
Jumlah 84 126 252 294
Sumber : Data primer
Adapun peralatan yang digunakan untuk pembuatan pakan adalah wadah dari tong (ukuran setengah drum), kompor pompa minyak tanah dan tungku masak. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Campuran bahan diramu di dalam tong dan ditambah air bersih, diaduk sampai rata dan direbus selama 2 jam, kemudian didinginkan. Setelah dingin, pakan yang masih diwadahi dalam tong atau dimasukkan kedalam karung plastik diangkut dengan perahu ke lokasi fence. Pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari pada sore hari dengan cara pakan dikepalkan dalam genggaman kemudian disebarkan di seluruh permukaan air. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini, hanya 75% pakan yang dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya 25% tidak termakan dan terbuang oleh arus air sungai yang mengalir.


Foto 4 : Pembuatan pakan rebus Foto 5 : Hasil olahan pakan rebus
Sumber: Solider, Bank Indonesia
(b). Pakan tidak dimasak :
Bahan baku untuk pembuatan pakan tidak dimasak terdiri dari dedak, ikan asin BS, ampas singkong, bekatul dan ampas tahu. Komposisi dan jenis bahan baku pembuatan pakan tidak dimasak buatan sendiri adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Jumlah bahan baku pada tabel dipergunakan untuk memberikan pakan bagi 12,5 ribu ekor ikan.
Tabel 4.
Komposisi Bahan Baku Pakan Tidak Dimasak Buatan Sendiri
Bahan Baku Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)
3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7-10 bulan
a. Ikan asin BS 12 24 30 40 60
b. Tepung katul 12 24 30 40 60
c. Dedak halus 5 10 30 40 60
d. Ampas ubi kayu 10 20 30 40 60
e. Ampas tahu 11 22 30 40 60
Jumlah 50 100 150 200 300
Sumber : Data primer


Foto 6. Pengolahan pakan menggunakan mesin Foto 7. Hasil pakan menggunakan mesin
Sumber: Solider, Bank Indonesia
Pengolahan pakan menggunakan seperangkat alat-alat mekanis yang dirancang sendiri. Peralatannya terdiri dari generator diesel berkekuatan 15.000 watt, mesin cincang daging (molen) ukuran besar 4 buah dan dinamo sebagai tenaga penggerak. Cara pembuatan pakan adalah sebagai berikut: Masing-masing bahan baku pakan ditimbang sesuai kebutuhan dan dicampur di dalam wadah ukuran persegi empat yang terbuat dari papan serta diaduk sampai rata, kemudian dimasukkan kedalam molen untuk diproses menjadi pelet. Kemudian pelet di tampung dalam wadah plastik, dijemur beberapa jam di sinar matahari dan siap untuk diberikan kepada ikan. Hasil pakan olahan hampir sama dengan pakan buatan pabrik yaitu pelet berbentuk silindris ukuran diameter 5 mm dan panjang 4 – 5 cm. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini lebih efektif karena sebanyak 99% pakan dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya sebanyak 1% terbuang bersama arus air sungai yang mengalir.
PENGENDALIAN HAMA
Serangan hama pada umumnya lebih banyak terjadi pada pendederan dan pembesaran karena kegiatan tersebut dilakukan di alam terbuka, sedangkan pembenihan dilakukan di ruangan tertutup. Hama ikan patin berukuran lebih besar dari pada ikan patin dan bersifat memangsa (predator), sehingga secara fisik mudah dikenali. Jenis-jenis hama tersebut dan cara pemberantasannya telah dijelaskan dimuka.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.
Penyakit akibat infeksi :
• Parasit adalah penyakit bintik putih (white spot), yang terjadi akibat infeksi Ichtyophthirius multifiliis yang biasanya menyerang benih berumur 1 – 6 minggu. Gejala serangan dicirikan dengan adanya bintik-bintik putih di lapisan lendir kulit, sirip dan lapisan insang dan berenangnya tidak normal. Penanggulangannya dengan menggunakan formalin yang mengandung Malachite Green Oxalate (FMGO) sebanyak 4 gram/liter air. Pencegahan pada ikan yang berukuran lebih besar adalah dengan perendaman selama 24 jam dalam FMGO dengan dosis 10 ml/m3 air seminggu sekali.
• Bakteri yang menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Serangan terjadi pada bagian perut, dada dan pangkal sirip disertai perdarahan. Gejalanya lendir di tubuh ikan berkurang dan tubuhnya terasa kasar saat diraba. Pencegahannya adalah dengan memusnahkan ikan yang mendapat serangan cukup parah agar tidak menulari ikan yang lain. Jika serangan belum parah dapat dilakukan pengobatan dengan cara perendaman menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK) sebanyak 10-20 ppm selama 30-60 menit. Cara pengobatan lain adalah perendaman dalam larutan Nitrofuran sebanyak 5-10 ppm selama 12-24 jam atau dalam larutan Oksitetrasiklin sebanyak 5 ppm selama 24 jam. Selain perendaman, pengobatan dapat dilakukan dengan mencampurkan obat-obatan ke dalam makanan seperti Chloromycetin sebanyak 1-2 gram per kg makanan.
• Jamur dapat menyerang ikan patin karena adanya luka-luka di badan ikan. Jamur yang sering menyerang adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Ciri-ciri ikan patin yang terserang jamur adalah adanya luka di bagian tubuh terutama di tutup insang, sirip dan bagian punggung. Bagian-bagian tersebut ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan. Pencegahannya adalah dengan menjaga kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan menjaga agar tubuh ikan tidak terluka. Cara pengobatannya adalah dengan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate dengan dosis 2-3 gram/m3 air selama 30 menit, diulang sampai tiga hari berturut-turut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya di kabupaten OKI, serangan hama dan penyakit terhadap ikan patin yang dipelihara relatif sedikit. Gejala penyakit yang sering timbul adalah kurangnya nafsu makan ikan, terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya digunakan multivitamin Previta Fish P yang dicampur dalam makanan buatan sendiri atau pemberian makanan berupa pelet buatan pabrik yang sudah mengandung vitamin. Untuk serangan penyakit tertentu yang mengakibatkan kematian ikan digunakan obat Khemy dengan dosis pengobatan 1,5 sendok teh yang dicampur dalam pakan buatan sendiri.
PANEN
Pada umumnya panen pada pembesaran ikan patin dapat dilakukan setelah 6 – 12 bulan pada saat ikan mencapai ukuran berat satu kilogram. Ikan patin yang dipelihara di karamba jaring apung dengan ukuran awal 5 inci membutuhkan waktu selama 6 – 8 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Sedangkan ikan patin yang dipelihara dengan sistem fence dengan ukuran awal 1,5 – 2 inci membutuhkan waktu selama 8 – 12 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Pemanenan dilakukan secara selektif karena pertumbuhan ikan tidak seragam.
Cara panen ikan patin adalah dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan. Penangkapan langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan. Untuk menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap hidup dan tidak stress.
KENDALA PRODUKSI
Pada saat ini di daerah OKI belum ada UPR ikan patin dan produksi benih oleh UPR di Palembang belum mencukupi permintaan masyarakat Sumsel. Oleh karena itu benih ikan patin didatangkan dari Bogor dan daerah lain di Pulau Jawa. Walaupun keadaan transportasi cukup baik, namun keadaan ini dapat menjadi kendala di masa yang akan datang, yaitu harga benih menjadi lebih mahal dan jumlah pasokan benih sulit diprediksi, sehingga akan mempengaruhi usaha budidaya pembesaran ikan patin di daerah ini. Kendala lain yang dihadapi adalah usaha pembenihan ikan patin memerlukan biaya cukup tinggi karena usaha pembenihan memerlukan persyaratan teknologi budidaya tertentu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah Pemerintah Daerah setempat bekerjasama dengan Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di kecamatan Mariana dan dinas terkait, membantu pengadaan unit-unit pembenihan ikan patin.
Dalam budidaya ikan air tawar, pakan merupakan kebutuhan primer untuk mempercepat pertumbuhaan ikan. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang lahap dalam konsumsi pakan. Pakan buatan pabrik relatif mahal, sehingga masyarakat berusaha mengganti pakan pabrik dengan pakan buatan sendiri yang bahan bakunya diperoleh dari daerah sekitarnya. Masalahnya adalah dosis pakan buatan sendiri belum dapat dipastikan sesuai dengan kebutuhan ikan, sehingga efisiensi penggunaannya belum diketahui. Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dilakukannya penelitian, penyuluhan dan pelatihan oleh pihak yang berkepentingan kepada para pembudidaya dalam pembuatan pakan buatan yang memenuhi syarat teknis budidaya dan secara ekonomis menguntungkan.
Oleh karena sistem fence baru berkembang dalam tiga tahun terakhir, maka kendala utama yang dihadapi oleh calon pembudidaya ikan patin yang akan memakai sistem ini adalah dalam hal : penguasaan teknik konstruksi fence; penguasaan manajemen pemeliharaan ikan patin; dan belum adanya informasi mengenai rencana lokasi lahan budidaya. Kendala teknik konstruksi dan manajemen pemeliharaan dapat diatasi apabila lembaga terkait aktif memberikan penyuluhan dan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat calon pembudidaya. Lembaga terkait saat ini telah memberikan penyuluhan dan pelatihan, namun masih perlu ditingkatkan. Sedangkan kendala informasi dapat diatasi dengan keaktifan dua belah pihak yaitu Pemerintah dan calon pembudidaya untuk saling mencari dan menyebarluaskan informasi mengenai rencana peruntukan lokasi budidaya ikan patin. Ketepatan lokasi penting agar tidak merugikan seluruh pihak baik pembudidaya, pemerintah daerah maupun bank apabila proyek dibiayai oleh bank. Kerugian perlu dicegah karena budidaya ikan patin adalah usaha yang terkait erat dengan usaha pada sektor-sektor lain baik usaha-usaha disektor hulu maupun sektor hilir. Usaha ini mempunyai kaitan dengan sektor hulu karena:
• dapat menghidupkan usaha penyediaan bahan baku lokal untuk pembuatan karamba dan fence serta peralatan perikanan
• memanfaatkan limbah produk ikan olahan dan hasil sampingan industri kecil pengolahan hasil pertanian sebagai bahan baku untuk pakan ikan
• menghidupkan usaha produksi dan jasa penyediaan benih dan saprokan lainnya.
Sedangkan di sektor hilir usaha ini dapat menghidupkan kegiatan ekonomi yang mencakup usaha sektor pedagangan ikan, usaha rumah makan/restoran, usaha transportasi dan pelayanan kredit perbankan. Sektor usaha budidaya ikan patin juga memberikan sumbangan bagi pemerintah daerah berupa Pajak Bumi dan Bangunan dan retribusi usaha budidaya ikan.

http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/22/aspek-produksi-budidaya-pembesaran-ikan-patin/

PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

IDENTIFIKASI PENYAKIT
• Dalam mengidentifikasi atau diagnosis penyakit ikan, nama penyakit cukup penting. Nama penyakit sering dihubungkan dengan gejala klinis seperti penyakit bercak putih, penyakit bintik putih dsb. Tetapi, gejala-gejala tsb tidak selalu merupakan tanda-tanda khusus penyakit tertentu.
• Ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama sehingga untuk mendapatkan diagnosis yang benar, perlu dilakukan pengujian lebih luas terhadap ikan-ikan yang sakit.
• Cara lain untuk memberi nama penyakit adalah menurut agen penyebab penyakit, misalnya vibriosis untuk memberi nama penyakit yang disebabkan oleh bakteri vibrio sp.
• Agar tindakan pengobatan yang dilakukan dapat memberikan hasil sesuai harapan, maka petani ikan harus mampu mengidentifikasi terlebih dahulu penyebab penyakit yang menyerang ikan budidaya.
• Dalam identifikasi atau diagnosis suatu penyakit, satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah mengenal adanya satu penyakit khusus atau lebih yang berhubungan dengan ketidaknormalan dan mengidentifikasi penyebab- penyebabnya.
• Bila penyebab penyakit pada ikan sudah teridentifikasi, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan jenis dan cara pengobatan yang paling tepat.
• Seseorang yang hendak melakukan identifikasi, selain harus mengetahui tanda-tanda ikan terserang penyakit, nama-nama penyakit ikan dan teknik mendiagnosis, juga harus mengetahui cara berjangkit dan penularan suatu penyakit.

A. PENULARAN PENYAKIT IKAN
• Secara garis besar, cara berjangkit dan penularan penyakit antara lain sebagai berikut :
1. Melalui Air
• Penggunaan air yang berkualitas rendah atau air yang telah tercemar oleh senyawa beracun dapat menyebabkan timbulnya serangan penyakit pada ikan peliharaan baik penyakit infeksi maupun non infeksi.

2. Melalui Ikan
• Ikan yang dibudidayakan, baik ikan asli atau ikan-ikan introduksi juga dapat membawa penyakit. Mungkin saja benih yang ditebar telah diserang penyakit sebelum ditebar, sehingga penakit itu kemudian ditularkan kepada ikan-ikan lainnya di dalam wadah pembesaran.
5. Konstruksi Wadah Budidaya
• Kolam, tambak, keramba,keramba jaring apung dsb yang kurang memenuhi syarat sehingga memungkinkan sumber penyakit berupa organisme predator atau kompetitor memasuki wadah budi daya.
• Tambak yang tidak dikeringkan sampai tuntas masih menyimpan timbunan bahan organik yang mempercepat penurunan kualitas air serta menjadi sarang penyakit.

6. Melalui Peralatan
• Peralatan yang digunakan untuk menangani atau mengangkut ikan yang terserang penyakit dapat merupakan sumber penularan penyakit. Oleh karena itu, peralatan yang telah digunakan untuk penanganan atau mengangkut ikan segera disterilkan agar organisme penyebab penyakit yang menempel pada peralatan tersebut dapat terbunuh.

7. Hama
• Hama yang dapat lolos ke wadah budidaya juga dapat menjadi penularan penyakit. Penyakit yang dibawa oleh hama dapat menyerang ikan budidaya, atau hama yang melukai ikan budidaya adalah penyebab terjadinya serangan penyakit karena merupakan media subur terjadinya serangan parasit, jamur dan bakteri..

B. TANDA-TANDA IKAN TERSERANG PENYAKT
• Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit yang menyerang ikan peliharaan adalah mendeteksi tanda-tanda serangan dan mengidentifikasi secepat mungkin sumber dan penyebabnya. Secara garis besar, tanda-tanda ikan terserang penyakit dan penyebabnya adalah sebagai berikut (Afrianto dan Liviawaty, 1992) :

C. DIAGNOSIS PENYAKIT IKAN
1. Pemeriksaan tubuh bagian Eksternal
• Dapat dilakukan sebelum ikan mati atau setelah kematian (dibunuh).
• Tujuannya adalah untuk menentukan jens organisme ektopatogen yang menyerang ikan.
• Langkah pertama yang dilakukan adalah mengamati, apakah terjadi pendarahan atau luka pada tubuh ikan?Adakah bagian tubuh yang rontok atau membengkak?

• Jika tidak ada, buatlah preparat rentang hasil kerokan dari bagian luar kulit ikan untuk diamati.
• Pembuatan preparat rentang dilakukan dengan cara mengerok bagian-bagian tertentu dari kulit, terutama di sekitar sirip punggung, sirip dada, dan sirip perut.
• Masing-masing hasil kerokan ini dioleskan pada kaca preparat(deck glass) dan ditutup dengan kaca object (object glass).

• Selanjutnya diamati dengan mikroskop untuk memastikan jenis organisme yang ada.
• Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap sirip ikan dengan cara memotong bagian sirip yang diduga terserang dan membuat preparat rentang dari hasil kerokan sirip untuk diamati dengan mikroskop.
• Tahap terakhir dari pemeriksaan tubuh bagian luar dapat dilanjutkan ke bagian insang dengan cara memperhatikan warna atau bentuknya dan dilanjutkan dengan membuat preparat rentang.
• Dari hasil pengamatan ini kemungkinan dapat diketahui jenis organisme penyebab penyakit. Jika belum diketahui, pemeriksaan sebaiknya dilanjutkan ke tubuh bagian dalam.

2. Pemeriksaan Tubuh Bagian Internal
• Untuk melakukan pemeriksaan tubuh bagian internal perlu dilakukan pembedahan terlebih dahulu terhadap beberapa sampel ikan yang terserang penyakit.
• Pembedahan dilakukan dengan cermat agar tidak merusak organ bagian dalam. Setelah selesai pembedahan, amatilah organ-organ bagian dalam.

• Perhatikan dengan seksama, apakah terjadi pendarahan atau penempelan organisme penyakit?
• Untuk mengamati organisme penyakit berukuran kecil digunakan pemeriksaan preparat rentang atau pemeriksaan bakteriobiologis.

• Berbagai perubahan penting yang menunjukkan adanya kelainan pada pemeriksaan organ dalam adalah :
1. Perubahan warna organ dari warna aslinya menjadi kuning, kemerahan, pucat atau gelap.
2. Bentukan di permukaan organ berupa nodula berwarna putih atau gelap.
3. Bentukan keras di permukaan organ.
4. Terjadi pembesaran pada organ.
5. Bentukan lemak berlebihan.
6. Organ dalam membengkak.
7. Perubahan konsistensi menjadi keras atau lunak dan rapuh.
8. Permukaan organ memberi kesan mengkilat.
9. Terjadi lekatan antara organ yang satu dengan yang lainnya.

3) Pemeriksaan Bakteriologis
• Bertujuan untuk mendeteksi jenis organisme yang menyerang, terutama yang berukuran kecil.
• Langkah-langkah pemeriksaan bakteriologis meliputi pengambilan sampel, inkubasi, pewarnaan dan pengamatan dengan mikroskop.
• Pengambilan sampel harus dilakukan secara hati-hati dan steril dengan menggunakan jarum ose.
• Hasil pengambilan sampel penyakit dengan jarum ose selanjutnya ditanam dalam media agar yang telah disediakan dalam petri disk.
• Buat beberapa goresan garis yang sejajar pada permukaan media agar. Jarak antara masing-masing goresan jangan terlalu dekat agar pertumbuhan bakteri tidak berdesak-desakkan.
• Selanjutnya diinkubasi selama beberapa saat untuk mendapatkan biakan murni.
• Jika ikan terserang penyakit, maka setelah masa inkubasi berakhir, pada media agar akan tumbuh satu atau beberapa koloni bakteri penyebab penyakit ikan.
• Selanjutnya, buat preparat rentang dari koloni tersebut dan lakukan proses pewarnaan untuk memudahkan pengamatan dengan mikroskop.

Ada dua cara pewarnaan bakteri yang dapat dilakukan untuk membantu mengidentifikasi jenis bakteri, yaitu :
1. Pewarnaan Gram
 Buat preparat rentang dari sampel yang diduga mengandung bakteri.
 Kemudian di fiksasi (diikat) dengan jalan memanaskan preparat rentang di atas lampu bunsen atau lampu spirtus selama beberapa detik sampai preparat tersebut kering.
 Warnai preparat tersebut dengan larutan kristal violet 1% dan dibiarkan selama 5 menit.
 Buanglah larutan kristal violet dan tetesi preparat tersebut dengan larutan lugol (campuran 1 gr yodium dengan 2-3 gr KI). Setelah dibiarkan selama 1-2 menit, cucilah preparat tersebut dengan alkohol 96% dan dibilas dengan air bersih.
 Dengan bantuan minyak immersi, amatilah preparat tersebut di bawah mikroskop.
 Apabila bakteri tampak menjadi berwarna violet, berarti termasuk ke dalam golongan gram positif dan bila berwarna merah jambu (pink) berarti tergolong bakteri gram negatif.
 Golongan bakteri gram negatif sebagian besar bersifat patogen terhadap ikan.

2. Pewarnaan Fuchsin
 Setelah preparat rentang difiksasi, teteskan Carbol Fuchsin secukupnya dan panaskan sampai mendidih di atas lampu bunsen selama 3-5 menit.
 Cucilah preparat dengan air mendidih dan bilas dengan alkohol asam ( campuran 97 ml alkohol 95% dengan 3 ml HCl absolut).
 Rendam preparat tersebut dalam air yang mengalir untuk menghilangkan alkohol asam Lakukan pengecatan dengan Methylene Blue (campuran 0,3 gr Methylene Blue dengan 30 ml alkohol 95% ditambah 100 ml KOH 0,01%).
 Cucilah kembali preparat tersebut dengan air ledeng dan amati di bawah mikroskop. Jika kurang jelas tambahkan minyak immersi.




PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

1. Penyakit ikan
 Defenisi : segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Prinsipnya, penyakit ikan datang melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (air), kondisi inang (ikan), dan jasad patogen (jasad penyakit).
 Penyakit dapat ditimbulkan oleh satu atau berbagai macam penyakit.
2. Penyebab Penyakit/Sumber penyakit
 Lingkungan yang tidak optimal,misalnya suhu yang tinggi dapat menyebabkan ikan stres sehingga daya tahan tubuhnya menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.
 Pakan sangat berpengaruh terhadap kesehatan ikan. Kualitas pakan juga turut berperan dalam menentukan kesehatan ikan.
 Transportasi, dapat menyebabkan tekanan pada sistem kekebalan dan menghasilkan berbagai macam penyebab meningkatnya penyakit dan kematian pada ikan.
 Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan.
 Ikan mengalami memar dan luka karena saling menggigit atau penanganan yang kurang baik.
 Senyawa beracun termasuk logam-logam berat seperti seng, tembaga, merkuri atau timah.
 Polutan yang berasal dari Pestisida (insektisida, herbisida,dll) atau buangan rumah tangga.
 Cacat bawaan/turunan yang dibawa ikan sejak lahir.misalnya tulang belakang yang tidak sempurna, tulang kepala membengkok atau mata yang juling. Selain itu, cacat karena perlakuan pembenih yang tidak tepat.
 Organisme parasit/jasad patogen seperti bakteri, jamur,virus dan parasit adalah organisme yang umumnya menimbulkan kerugian yang cukup besar.
 Dalam kondisi normal di lingkungan perairan bebas, jumlah ikan yang terserang jasad patogen tidak besar, kecuali bila terjadi hal-hal tertentu sehingga menimbulkan kematian ikan yang sangat besar.
 Hama adalah organisme yang mampu menimbulkan gangguan terhadap ikan budidaya baik secara sengaja atau tidak sengaja masuk ke dalam wadah pemeliharaan.
 Dapat menyebabkan terjadinya serangan penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Sebagai predator, kompetitor dan perusak sarana budidaya.
 Hama predator yang sering dijumpai antara lain ikan, burung, ular, katak dan beberapa jenis insekta.
 Beberapa jenis insekta yang cukup berbahaya antara lain Notonecta sp, Cybister sp, Belostoma indicus dan kini-kini.
 Notonecta : merupakan insekta berbahaya karena sering merusak telur maupun benih ikan dengan cara mengisap isinya.pada malam hari selalu terbang dari satu kolam ke kolam lainnya untuk mencari mangsa.
 Larva Cybister sp,memiliki rahang yang kuat untuk menjepit tubuh ikan yang masih kecil.
 Belostoma indicus merupakan organisme buas yang memiliki tubuh relatif besar, yaitu sekitar 10-12 cm.Sering menyerang ikan-ikan kecil dan mengisap seluruh cairan tubuh mangsanya.
 Kini kini merupakan larva capung (Odonata) yang sering menyerang ikan-ikan kecil yang dipelihara di kolam atau tambak,biasanya tinggal pada tumbuh-tumbuhan air kemudian menghisap cairan tubuhnya.
 Hama kompetitor menyebabkan munculnya persaingan dengan ikan peliharaan dalam hal mendapatkan oksigen, pakan maupun ruang gerak.
 Hama perusak sarana menyebabkan kerusakan pada sarana, misalnya kepiting yang menggali pematang (tanggul) dan merobek penyaring pada pintu.
 Selain itu, hama-hama di atas juga dapat membawa organisme penyakit seperti bakteri, virus, parasit dan jamur.

3. Bagian Tubuh ikan yang diserang penykit
a. Kulit
 Kulit ikan menunjukkan warna pucat dan berlendir. Tanda ini terlihat jelas pada ikan yang berwarna gelap. Penyakit yang disebabkan oleh jamur menimbulkan bercak-bercak warna kelabu, putih atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan yang menderita penyakit kulit kadang-kadang menggosok-gosokkan badannya pada suatu benda di dalam air.
b. Insang
 Ikan terlihat sulit bernafas. Tutup insang mengembang dan lembaran-lembaran insang pucat. Pada lembaran-lembaran insang terlihat bintikmerah yang disebabkan oleh pendarahan kecil (peradangan). Jika terdapat bintik-bintik putih pada insang, hal ini disebabkan oleh parasit yang menempel pada insang tersebut.

c. Organ dalam
 Perut ikan membengkak dengan sisik-sisik ikan berdiri (penyakit eropsy), perut menjadi sangat kurus. Kotoran ikan berdarah, menandakan adanya radang usus. Penyakit pada gelembung renang, menyebabkan ikan berenang terjungkir balik karena terganggunya keseimbangan badan.


PARASIT DAN PENYAKIT IKAN
PENYAKIT PARASITER
• Jasad Patogen dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :
1. Patogen asli (true patogen) adalah organisme patogen yang selalu menimbulkan penyakit khas apabila ada kontak dengan ikan.
2. Patogen potensial (opportunistic patogen) adalah organisme patogen yang dalam keadaan normal hidup damai dengan ikan, akan tetapi jika kondisi lingkungan menunjang akan menjadi patogen yang membahayakan ikan.
• Organisme patogen yang sering menimbulkan penyakit di bagian luar tubuh ikan disebut ektopatogen sedangkan yang menyerang di bagian dalam tubuh ikan disebut endopatogen.
• Jasad patogen yang sering menyerang ikan-ikan baik ikan air tawar maupun ikan laut antara lain :
1) Parasit
• Adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau pada tubuh organisme lain (berbeda jenis), sehingga memperoleh makanan dari inangnya tanpa ada kompensasi apapun.
• Parasit yang dikenal menyerang berbagai ikan budidaya antara lain sebagai berikut :
1) Protozoa
• Merupakan hewan yang paling kecil dan banyak yang berupa parasit ikan.
• Biasanya parasit dan inangnya dapat hidup selaras,hanya protozoa dalam jumlah besar yang mampu merusak populasi ikan.
• Beberapa jenis protozoa hanya menyerang organ-organ internal (ginjal, hati dan usus).
• Pengamatan langsung pada organ-organ ini dipakai dalam mendiagnosis ikan yang terserang protozoa.
• Menurut Zonneveld dkk (1991) protozoa yang bersifat patogen termasuk dalam fila berikut :
1. Myxozoa (Myxosoma,myxobolus)
2. Sarcomastigophora (Trypanosoma,Oodinium).
3. Sporozoa (Eimeria)
4. Ciliophora (ichthyoptirius multifilis, Trichodina).

• Protozoa adalah hewan yang terbentuk dari satu sel. Pembelahannya dilakukan secara aseksual. Gerakannya bisa terlihat sebagai berikut :
1. Pasif, melekat pada inang
2. Aktif, tanpa organela tetapi dengan kontraktil fibrila
3. Aktif, dengan kaki-kaki, flagel dan silia.

2) Metazoa
• Metazoa adalah hewan bersel banyak dengan berbagai struktur internal seperti saluran pencernaan, gonad dan organ yang melekat.
• Ciri-ciri metazoa adalah adanya organ untuk melekat atau menempel (pengisap,pengait) dimana organ-organ ini merusak jaringan tubuh ikan. Jaringan yang rusak bisa menjadi “pintu masuk” bagi infeksi virus dan bakteri.

 Aschelminthes : Nematoda
 Annelida : Hirudinea
 Arthropoda : Crustacea 1. Branchiura
2. Copepoda
 Mollusca : Lamellibranchia
 Chordata : Cyclostoma

1. Monogenea
• Banyak jenis monogenea yang hidup sebagai parasit pada ikan.
• Cirinya adalah mempunyai struktur seperti jangkar pada ujung ekor, dilengkapi dengan pengikat pada tepinya dan tidak mempunyai inang perantara.
• Mayoritas adalah ektoparasit serta hidup dan berkembang biak sendiri pada ikan yang sama.

• Contoh : Dactylogyrus sp merupakan parasit pada insang dan Gyrodactylus sp parasit pada sirip dan kulit.
2. Digenea
• Kebanyakan bersifat endoparasit bila ikan merupakan inang terakhirnya. Bila ikan merupakan inang perantaranya, maka burung adalah inang terakhirnya.
• Di dalam tubuh inang perantara, tahap larva parasit sering ditemukan dalam kulit, otot atau lensa mata. Contoh Sanguinicola.

3. Cestoda
• Cestoda mempunyai satu induk perantara atau lebih. Cirinya adalah kepala (scolex) dengan organ-organ pelekat (sucker atau disc).
• Perkembangannya adalah : telur – oncosphaera (dengan 8 pengait) atau korasidium (dengan silia berenang) – proserkoid di dalam inang perantara I (terutama Crustacea) – inang perantara II – inang terakhir.

4. Nematoda
• Banyak yang hidup sebagai endoparasit di dalam tubuh ikan.
• Crustacea : yang hidup sebagai parasit pada ikan, yaitu copepoda ( Lernea sp dan Ergasilus sp), branchiura (Argulus sp) dan isopoda.
• Kebanyakan kerusakan disebabkan oleh aktivitas parasit tersebut dalam mengambil makanan.

5. Hirudinea
• Lintah adalah cacing simetris bilateral. Hidup sebagai parasit yang bersifat tidak tetap. Tubuhnya selalu bergaris melintang. Mempunyai alat pengisap anterior.
• Biasanya mengisap darah dalam jumlah yang banyak sehingga menimbulkan rasa gatal pada inangx.
• Salah satu jenis lintah yang ditemukan menyerang ikan budidaya adalah Piscicola sp.

2) Bakteri
• Adalah miroorganisme dengan struktur intraseluler yang sederhana, yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas, sehingga hampir dijumpai di mana saja.
• Mempunyai ukuran lebih besar daripada virus, yaitu antara 0,3-0,5 mikron.
• Bentuknya berbeda menurut genusnya.
• Ciri-ciri bakteri adalah sifatnya yang dapat tumbuh dan bertambah banyak dalam kelompok, berbentuk rantai atau benang, memiliki koloni yang berwarna dan berkilau atau tidak, halus atau kasar.
• Spesies bakteri mempunyai kapsul yang mengelilingi dinding sel dan ada pula yang mempunyai flagel.

• Berdasarkan reaksi sel bakteri terhadap pewarnaan warna gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi bakteri gram negatif (terlihat berwarna pink atau merah) dan bakteri gram positif (terlihat berwarna biru).
• Kebanyakan bakteri patogen ikan termasuk golongan gram negatif, seperti Aerosomonas, Vibrio, dan Flexibacter.

3) Virus
• Adalah organisme penyebab dan sumber penyakit yang sangat kecil karena memiliki ukuran tubuh antara 20-300 nanometer, sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
• Virus mempunyai struktur tubuh yang sederhana dan tidak mempunyai organ pencernaan sendiri, sehingga kebutuhan pakan untuk memperbanyak dirinya tergantung sepenuhnya pada organ pencernaan dari tubuh inangnya.

• Usaha untuk memperbanyak dirinya dimulai dengan masuknya virus ke dalam sel inang. Pada saat itu asam nukleat dari virus (RNA dan DNA) akan mengendalikan organ pencernaan dari sel inang untuk segera memproduksi asam nukleat sesuai dengan kebutuhan virus tersebut. Selain itu, virus juga akan memerintahkan pembentukan protein baru yang mempunyai sifat khas untuk membunuh organisme lain atau digunakan sebagai bungkus pelindung bagi asam nukleat virus yang disebut capsid.
• Gejala umum penyakit akibat virus adalah pendarahan pada berbagai organ (termasuk kulit), perut menggembung, dan kulit pucat gelap pada bagian-bagian tertentu.
• Infeksi virus sering diikuti dengan infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga tubuh ikan menjadi sangat lemah dan sulit diidentifikasi penyakit yang menyebabkannya.
• Infeksi virus bisa tersebar secara horizontal atau vertikal.
4) Jamur
• Thallophyta dibagi menjadi fungi/jamur (tidak mempunyai klorofil) dan alga (mempunyai klorofil).
• Pada jamur ada kelompok phycomycetes, yaitu jamur tingkat rendah yang dicirikan oleh hifa tanpa ruas dan spora aseksual di dalam sporongia.
• Pada budidaya ikan, hanya ada 4 spesies jamur yang penting. Keempatnya sangat mudah di deteksi karena mempunyai organ-organ sasaran dan morfologi khusus.
• Ichthyophonus sp menginfeksi organ-organ internal, Branchyomycetes sp menginfeksi pembuluh darah insang,serta Saprolegnia sp dan Achlya sp menginfeksi terutama kulit dengan ciri-ciri seperti kapsul dari kapas mengelilingi telur dan larva.



PENYAKIT NON PARASITER
1. Stres
• Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stres bagi ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan.
• Beberapa faktor stres, misalnya meningkatnya suhu air dan salinitas bisa menyebabkan meningkatnya metabolisme ikan.
• Ikan sering beradaptasi sendiri tanpa masalah. Tetapi, kadang-kadang ikan tidak mungkin beradaptasi jika waktu adaptasinya sempit.
• Faktor lain misalnya transportasi, dapat menyebabkan tekanan pada sistem kekebalan dan menghasilkan berbagai macam penyebab penyakit dan kematian pada ikan.
• Misalnya penanganan pada ikan baik saat pengangkutan sampai pemanenan.
• Ada juga stres makanan yang menyebabkan masalah pada ikan lele. Jika ikan muda (0,5-5,0 gram) diberi makanan lebih dari 5% berat tubuh segar/hari, usus bagian belakang atau bagian tengah pecah menimbulkan penyakit.
• Stres dapat mengakibatkan ikan menjadi shock, tidak mau makan, kanibalisme dan meningkatnya kepekaan terhadap penyakit.
2. Masalah Pakan
• Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit.
• Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit.
• Kekurangan lemak atau asam lemak akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, kesulitan reproduksi dan warna kulit yang tidak normal.
• Kekurangan karbohidrat dan mineral jarang terjadi, kecuali yodium yang dapat menyebabkan gondok.
• Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan pertumbuhan menurun, mata ikan redup, anemia, kulit pucat, dan pertumbuhan tulang belakang kurang baik (bengkok).
• Pakan yang tidak seimbang atau komponennya berlebihan dapat menimbulkan masalah.
• Kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak di hati dan ginjal sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu makan berkurang, dan bengkak di sekitar perut.
• Kelebihan karbohidrat juga dapat menyebabkan penimbunan lemak di hati dan organ dalam lainnya, rongga perut melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan, dan kualitasnya menurun.
• Semua kondisi yang membuat ikan tidak normal tersebut menyebabkan ketahanan tubuh ikan menurun sehingga dengan mudah diserang penyakit.
• Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan ikan makanan yang mengandung gizi lengkap, tidak kelebihan gizi, pemberian makanan cukup, tepat waktu dan makanan tidak mengandung bahan beracun.
3. Pemberian Pakan yang berlebihan
• Ada dua kejadian yang berbahaya bila ikan diberikan pakan yang berlebihan, yaitu ikan mengalami kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah dan penurunan kualitas air.
• Misalnya pada ikan lele muda yang diberikan pakan berlebihan.
4. Keracunan
• Beberapa penyebab penyakit hanya bisa menyerang ikan apabila faktor lingkungan melampaui nilai kritis.
• Apabila pertukaran antara gas-gas dan ion-ion efisian, maka proses keracunan sangat mudah.
• Keracunan yang banyak dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO2- dan NH3. Tetapi ini hanya terjadi pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya sisa pakan yang banyak di kolam/tambak.
• Keracunan oleh NH3 dari air juga bisa terjadi pada saat tingkat NH3 dalam air lebih tinggi daripada tingkat NH3 pada darah. Hal ini bisa terjadi pada kolam dan tambak yang mempunyai pH tinggi dan banyak bahan organik yang mengalami dekomposisi.
• Darah ikan yang mengalami keracunan berwarna abu-abu kecoklatan karena terbentuknya methaemoglobin yang tidak bisa mengikat oksigen. Pada keadaan ini ikan dapat mati.
• Gangguan kesehatan lainnya adalah trauma gelembung gas atau disebut GBT (Gas Bubble Trauma).
• Penyakit ini terjadi karena air terlalu jenuh dengan gas-gas terutama nitrogen,tetapi bisa juga terjadi karena terlalu jenuhnya oksigen.
• Terlalu jenuhnya darah dengan gas bisa terjadi misalnya karena penggunaan air yang dipanaskan, air disediakan melalui tekanan yang berlebihan, dan pengaliran air menggunakan pompa-pompa yang berlubang.
• Didalam tubuh ikan, dengan kejenuhan darah seperti tersebut di atas, akan timbul suatu gelembung udara dengan tingkat tertentu dan hal ini akan menyumbat kapiler-kapiler darah. Kemudian sirkulasi darah akan berkurang dan akhirnya menimbulkan luka pada jaringan yang kemudian diserbu oleh bakteri atau jamur.
• Keracunan juga bisa berasal dari pakan. Misalnya dari bahan baku yang digunakan, aktivitas mikroorganisme yang mencemari pakan dan penurunan/ pengrusakan komponen pakan selama penyimpanan.
• Ketengikan lemak dapat merusak fungsi hati ikan.
• Beberapa senyawa lainnya yang tidak beracun tetapi dapat menurunkan kualitas pakan antara lain enzim thiaminase yang dapat merusak thiamin (vitamin B1), trypsin inhibitor yang dapat menghambat aktivitas enzim tripsin.
• Keracunan juga bisa berasal dari limbah baik limbah rumah tangga seperti detergen, limbah pertanian seperti pestida maupun limbah industry seperti Cu, Cd, dan Hg serta berbagai bahan pencemaran lainnya. Kesemuanya ini pada konsentrasi tinggi dapat membahayakan ikan dan para pengkonsumsi ikan.
5. Memar dan Luka
• Ikan mengalami memar dan luka karena saling mengigit atau penanganan yang kurang baik. Penyakit ulcus syndrome pada ikan kerapu yang diidentifikasikan disebabkan oleh bakteri vibrio sp. (vibriosis) berawal dari memar dan luka pada ikan (Anonim, 1994).
• Luka atau memar ini terjadi akibat penangkapan atau penanganan benih yang kurang hati-hati.
• Ikan yang akan diangkut ke tempat lain hendaknya sehat. Perlakuan pemberokan pelu diberikan untuk mengosongkan isi lambung ikan, selain itu sebaiknya ikan yang diangkut juga direndam terlebih dahulu dalam larutan kalium permanganat untuk membunuh organisme penyebab penyakit yang mungkin menempel pada tubuh ikan.
• Selama pengangkutan perlu diperhatikan agar kondisi lingkungan dalam media pengangkut tetap baik, sehingga ikan tidak mengalami gangguan.
• Untuk menjaga kondisi media pengangkut tetap baik, perlu diperhatikan waktu pengangkutan, jumlah ikan yang diangkut, dan jarak yang ditempuh.
• Di dalam wadah pengangkut, ukuran ikan harus seragam, terutama ikan-ikan yang mempunyai sifat kanibal (saling memangsa) seperti ikan kerapu, kakap, dan ikan-ikan karnivor lainya.
6. Cacat
• Cacat yang dimaksud disini adalah cacat bawaan/turunan yang di bawa ikan sejak lahir.
• Ikan cacat akan kesulitan memperoleh makanan, baik karena pergerakannya lambat atau karena kecacatannya sehingga mengalami kekerdilan. Dan karena itu, sulit bersaing terutama dalam memperoleh makanan.
• Walaupun demikian ikan cacat bukan hanya merupakan penyakit (non-infeksi) bawaan, tetapi juga karena perlakuan pembenih yang tidak tepat.
• Misalnya, ikan yang mempunyai kebiasaan memakan makanan di dasar perairan, oleh pembenih diberikan makanan terapung. Perlakuan seperti ini akan menyebabkan ikan menderita mata juling. Begitu juga ikan yang mengalami pembengkokan tulang. Mungkin saja telur ikan ditetaskan terserang penyakit terlebih dahulu sebelum menetas.
7. Kualitas air
• Air yang memadai, baik kuantitas maupun kualitas sangat menentukan keberhasilan budidaya. Bila kondisi air tidak memenuhi syarat, maka di situlah merupakan sumber penyakit.
• Ikan yang shock atau stres karena tekanan peningkatan suhu yang tinggi mudah terserang organisme penyakit.
• Kosentrasi amonia yang tinggi bisa menyebabkan perubahan histologis pada jaringan insang walaupun secara lambat tetapi terus menerus.
• Kepadatan merupakan faktor lain penyebab menurunnya kesehatan ikan dan meningkatnya pengaruh penyakit ikan, terutama yang berasal dari bakteri dan parasit.
• Menjaga agar kualitas air tetap optimum bagi kebutuhan ikan yang dibudidayakan, berarti menjaga kesehatan ikan dan mencegah serangan penyakit.
• Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan dari kegiatan memilih lokasi yang ideal, menggunakan dan membuat wadah budidaya yang cocok, dan melaksanakan pengololaan usaha budidaya ikan secara benar, seperti memilih benih yang berkualitas, pemberian pakan yang cukup dan bermutu serta tepat waktu, pergantian air, pengelolaan tanah, dan sebagainya.