Rabu, 13 Oktober 2010

biologi pembuatan pakan

BIOLOGI PEMBUATAN PAKAN
Pendahuluan
Pembuatan pakan dilakukan setelah langkah formulasi pakan yang disesuaikan dengan jenis dan tingkat perkembangan ikan.
Prinsip pembuatan pakan ikan meliputi penggilingan bahan baku, pengayakan, penimbangan, pencampuran, dan pencetakan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pembuatan pakan :
1. Ayakan, mulai 40 – 360 mikron
2. Pengilingan
3. Timbangan kasar dan analitik
4. Waskom
5. Mixer
Bahan yang digunakan :
1. Tepung kedelai
2. Tepung ikan
3. Tepung jagung
4. Minyak ikan
5. Minyak jagung
6. Vitamin mix
7. Mineral mix
8. Avisel (selulosa)
9. Bahan pengikat (terigu, kanji, alginat, dll)
Viitamin Mix Jumlah (mg/100 gr)
Vitamin B1
Riboflavin
Tiamin
Vitamin B12
Ca pantotenat
Inositol
Biotin
Piridoksin
Niasin
Vitamin K3
Asam folat
a - Tokoferol
Vitamin AD3 6.00 mg
1.00 mg
300.00 mg
0.01 mg
10.00 mg
1440.00 mg
75.00 mg
10.00 mg
5.00 mg
5.00 mg
15.00 mg
240.00 mg
40.00 g.


Mineral mix Jumlah
Mineral Makro (g/kg):
KCl
Mg SO47H2O
Na H2PO4H2O
Fe-sitrat
NaCl
Ca-laktat 8.76
7.50
26.70
1.25
1.00
11.27
Mineral mikro (mg/kg) :
Zn SO4 7H2O
Mn SO4
Cu SO45H2O
CO Cl2 6H2O
KIO3
Selulosa (g/kg) 1.50
81.00
15.50
0.30
1.50
2.95
Prosedur pembuatan pakan ikan
• Formulasi pakan telah dibuat berdasarkan bahan-bahan tersebut.
• Menghancurkan atau menggiling semua bahan kecuali minyak sehingga ukuran menjadi lebih halus.
• Mengayak bahan untuk mendapat partikel sesuai kebutuhan ikan:
- untuk stadia larva : 40 – 105 mikron
- untuk stadia pasca larva : ˃ 105 mikron
• Timbang bahan menurut komposisi yang telah ditentukan untuk membuat 10 kg pakan.
Mencampur semua bahan dalam waskom sampai rata. Dimulai dengan mencampur bahan yang paling sedikit dahulu dan seterusnya hinggga bahan terakhir yang dicampurkan adalah bahan yang paling banyak. Pada pencampuran ini ditambahkan sedikit demi sedikit air sebanyak 10 – 20% dari berat total bahan. Ketika dikepal tidak pecah, maka siap untuk dicetak
• Bahan yang telah dicampur dimasukkan ke dalam mesin pellet untuk dicetak menjadi pellet.
• Pellet yang telah jadi dikeringkan dengan panas matahari atau alat pengering sampai berkadar air kurang dari 12%.
• Apabila diinginkan dalam bentuk remah (crumbe), maka pellet yang telah kering digiling.
• Pakan disimpan pada tempat yang bersirkulasi udara yang baik. Batas waktu penyimpanan pakan kering adalah 1-2 bulan.
• Apabila yang dibutuhkan dalam bentuk emulsi, bahan-bahan yang telah dicampurkan dipanaskan sampai memperoleh cairan kental seperti lem.

Daya Cerna Pakan Ikan
Perbedaan anatomi dan fisiologis saluran pencernaan pada ikan, bertanggung jawab terhadap besarnya kemampuan ikan memanfaatkan berbagai macam tipe makanan.
Nilai nutrisi makanan diukur melalui koefisien cerna makanan. Metode yang digunakan biasanya ada dua cara, yaitu direct method dan indirect method .
Indirect Method :
1. Menggunakan chromic oxide (Cr2O3)
2. Menggunakan hydrolosis resistant organic matter (HROM)
Pengumpulan feses ikan, dapat dilakukan dengan cara:
1. Fine dip net
2. Syphoning
3. Filtration columns
4. Settling columns
5. Mechanicalling ritating filter screen
Metode syphoning
Pada metode ini, diperlukan alat husus untuk mencegak kerusakan feses. Selain itu harus mengetahui kecepatan pencernaan makanan pada ikan.
• Alat yang digunakan :
1. Penghisap feses
2. Cawan petri
3. Kertas saring
4. Jam
• Prosedur kerja
Menyiapkan ikan yang telah beradaptasi di dalam akuarium.
Memberi makan ikan secara ad libitum. Catat waktu pemberian makanan dan catat waktu pertama kali ikan mengeluarkan feses.
Timbang cawan petri yang telah dioven selama 2 jam dalam suhu 40ᵒC.
Setelah evacuation rate diketahui, maka pengambilan feses dilakukan.
Evacuation rate, yaitu waktu yang diperlukan antara saat makanan dikonsumsi oleh ikan dan saat feses dikeluarkan.
Evacuation rate dapat menekan leaching.
Daya cerna pakan
Daya cerna = 100 – 100 x


Selain faktor ukuran ikan, daya cerna dipengaruhi oleh komposisi pakan, jumlah konsumsi pakan, status fisiologi, dan tata laksana pemberian pakan.
• Metode setting column
Alat yang digunakan :
- conical rearing chamber
- erlenmayer
- kertas saring
- jam
• Prosedur kerja
Menyiapkan ikan yang telah beradaptasi di dalam akuarium.
Memberi makan ikan secara ad libitum. Catat waktu pemberian makanan dan catat waktu pertamakali ikan mengeluarkan feses.
Timbang kertas saring kering oven (40ᵒC selama 2 jam) dan bentuklah seperti kerucut.
Setelah evacuation rate diketahui, maka pengambilan feses dilakukan.
- Ambillah feses yang terkumpul di dalam tabung kecil pada chamber dengan membuka klep tabung tersebut hingga feses dan air jatuh ke atas kertas saring yang diletakkan di atas erlenmeyer. Kemudian keringkan di dalam oven (40ᵒC selama 2 jam)

Menentukan Koefisien Cerna Ikan
A. Determinasi Koefisien Cerna menggunakan Cr2O3
Determinasi koefisien cerna adalah melibatkan pengukuran jumlah nutrien spesifik yang dikonsumsi dan dikurangi dengan nutrien tersebut yang terdapat dalam feses setelah terjadi proses pencernaan.
Alat dan Bahan
Bahan yang diperlukan :
- asam nitrat pekat
- asam perklorat
- akuades
Alat yang dibutuhkan :
- tabung kjeldahl 100 ml
- mikroelektrik heater (hot plate)
- Spektrofotometer (Spectronic 20)
Prosedur Kerja :
1. Timbang sampel (pakan atau feses) seberat 50-100 mg (P) (yang kira-kira mengandung 1-3 mg Cr2O3 ) dan bungkus dengan kertas saring, kemudian masukkan ke dalam tabung kjeldhal.
2. Tambahkan asam nitrat pekat sebanyak 5 ml dengan cara sedemikian rupa agar partikel-partikel sampel yang mungkin menempel pada dinding tabung tersapu sampai ke dasar tabung kjeldhal.
3. 3. Letakkan tabung tersebut diatas heater dan ON-kan heater tersebut, kemudian biarkan sampel tercerna semuanya yang ditandai dengan endapan putih. Jika ada partikel hitam yang menempel di dinding tabung (karena dalam proses pencernaan biasanya terjadi letupan-letupan kecil) miringkan tabung sedemikian rupa agar larutan mengenai partikel tersebut dan membawanya kembali ke dasar tabung untuk dicerna lebih lanjut sampai selesai.
Off-kan heater dan biarkan tabung sampai dingin, kemudian tambahkan asam perklorat sebanyak 3 ml ke dalam larutan tersebut dan panaskan kembali sampai warna hijau berubah menjadi kuning, oranye atau merah ; lalu dinginkan, jikalau larutan berubah lagi menjadi hijau maka harus dipanaskan lagi,hal tersebut menunjukkan bahwa oksidasi belum selesai. Biasanya manakala larutan sudah berubah menjadi kuning, orenye atau merah perlu dipanaskan lagi selama 10 menit untuk meyakinkan bahwa oksidasi sudah selesai.
Dinginkan larutan tersebut, kemudian tambahkan akuades sebanyak 50ml, dan biarkan dingin sampai suhu kamar. Kemudian tambah lagi akuades sampai larutan mempunyai volume total 100 ml seperti tertera pada tanda di tabung tersebut.
6. Kalibrasikan spektrofotometer pada gelombang 350 mu dengan akuades dan batang hitam, atur dengan akuades T = 100 dan dengan batang hitam T = 0. Kemudian buatlah kurva standar (kalibrasi) dalam bentuk persamaan garis linier yang didapat dari berbagai level chromic oxide yang diketahui konsentrasinya secara pasti; buatlah Y adalah optical density pada 350 mu dan X adalah kadar chromic oxide dalam sampel (mg/100)
. Pindahkan larutan pada poin 5 ke dalam kuvet secukupnya (sampai tanda batas), dan bacalah optical density pada 350 mu dan bandingkan dengan akuades pada panjang gelombang yang sama.
8. Masukkan nilai optical density dari sampel ke dalam persamaan garis kurva standard tersebut, maka kadar chromic oxide (Q) dari sampel akan diketahui.
9. % chromic oxide dalam sampel adalah: Qx100/P
Determinasi koefisien cerna menggunakan metode hydrolysis resistant organic matter (HROM)
Prinsipnya sama dengan metode chromic oxide, tetapi metode ini tidak memerlukan marker dari luar. Metode ini memanfaatkan bahan organik yang tahan terhadap perlakuan hidrolisis dan digunakan sebagai inert material, yaitu bahan organik yang terdapat di dalam makanan itu sendiri.

Diharapkan bahan ornganik tersebut tahan terhadap hidrolisis yang dapat digunakan sebagai marker.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan:
- asam asetat 80 %
- asam nitrat pekat
- ethanol 70 %
- benzena
- petroleum ether
- ashless filter paper
Alat yang digunakan :
- tabung reaksi pyrex 50ml
- mikroelektrik heater
- muffle furnace
- neraca analitik
- cawan keramik
Prosedur Kerja :
1. Timbang sampel paling sedikit 0,3 gr dan masukkan kedalam tabung reaksi pyrex.
2. Tambahkan asam asetat 80% sebanyak 15 ml dan asam nitrat pekat sebanyak 1,5 ml.
3. Panaskan tabung tersebut di atas dengan perlahan-lahan sampai mendidih selama 20 menit.
4. Pindahkan campuran tersebut ke dalam kuvet dan pusingkan (1000 rpm selama 5 menit). Setelah itu buang larutan supernatan di bagian atas.
5. Hangatkan ethanol 70%, benzena dan ether di atas heater.
6. Timbang ashless filter paper yang sudah kering oven (60ᵒC selama 5 jam).
7. Tambahkan ethanol hangat secukupnya dan kocok. Setelah campur benar, saring larutan ini ke dalam cawan keramik yang telah diketahui berat dan bagian dasarnya telah diberi ashless filter paper yang telah diketahui beratnya.
8. Bilaslah dengan ethanol 70% hangat sekali lagi.
9. Bilaslah dengan benzena hangat secukupnya.
10. bilaslah dengan ether hangat secukupnya.
11. Masukkan ke dalam oven bersuhu 100ᵒC selama 3 jam.
12. Setelah itu masukkan cawan ke dalam desikator dan biarkan dingin. Kemudian timbanglah, berat tersebut adalah X.
13. Masukkan cawan tersebut ke dalam muffle furnace yang bersuhu 550ᵒC selama 12 jam.
14. Setelah itu masukkan ke dalam desikator dan biarkan dingin, kemudian timbanglah, berat tersebut adalah Y.
15. Hitung % HROM dengan rumus :
( (X-Y) x 100 ) / berat sampel

PENDUGAAN KONSUMSI IKAN
Pengetahuan dan pendugaan konsumsi makanan ikan diperlukan dalam mengelola populasi ikan.
Konsumsi makanan harian ikan di alam, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
- ukuran ikan
- jumlah makanan yang dimakan setiap kali
pemberian makanan
- jumlah makan dalamsehari
- laju pengosongan perut
- suhu air
- aktivitas ikan
- jenis makanan
- ketersediaan bahan makanan
Metode yang digunakan untuk menduga konsumsi makanan untuk ikan dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Pengamatan langsung terhadap aktivitas makan .
2. Keseimbangan energi atau nitrogen.
3. Metode radioisotop.
4. Metode pergerakan makanan dalam saluran pencernaan.
• Pengamatan Terhadap Aktivitas Ikan
Jumlah makanan yang dikonsumsi dihitung berdasarkan jumlah makanan yang diberikan dengan sisa makanan pada akhir periode makan.
Metode ini memberi hasil yang baik apabila menggunakan pakan alami, sebab sisa makanan dapat dihitung dengan mudah.
• Keseimbangan energi atau nitrogen
Metode ini mengasumsikan bahwa energi makanan yang dimakan sama dengan jumlah energi yang hilang dalam ekskresi dan metabolisme, dan sebagian yang tersimpan dalam bentuk pertumbuhan.
Energi yang disusun berdasarkan diagram aliran energi, yaitu :
C = F + U + AB + R
Dengan :
C = konsumsi (kandungan energi total makanan yang dikonsumsi oleh satu individu atau populasi selama selang tertentu)
F = Feses (nilai energi feses atau bagian dari konsumsi makanan total yang tidak dicerna atau tidak diabsorbsi dan keluar dari saluran pencernaan)
U = Ekskreta (urine) (nilai energi produk-produk ekskresi yang merupakan bagian dari konsumsi makanan yang diabsorbsi dan keluar dari tubuh baik dalam urine maupun melalui insang dan kulit)
AB = Pertumbuhan (perubahan total nilai energi bahan tubuh, termasuk produk-produk reproduktif)
R = Respirasi (energi total metabolisme merupakan bagian dari yang diasimilasi yang dikonversi menjadi panas atau energi mekanis dan digunakan dalam proses-proses kehidupan)
• Metode radioisotop
Konsumsi makanan di dasarkan atas perhitungan jumlah rata-rata radioisotop dalam konsumsi makanan harian.
Rumusan untuk konsumsi makanan harian, r’ :
I
r’ =
bi di ji
I = pengambilan harian 137Cs
bi = persentase absorpsi 137Cs untuk makanan ke i
di = konsentrasi 137Cs untuk maknana ke i
ji = proporsi makanan ke i dalam diet
• Metode pergerakan makanan dalam saluran pencernaan
Bahan dan Alat:
- Ikan uji, makanan ikan, air media pemeliharaan.
- Timbangan, termometer, wadah percobaan, aerasi, counter, oven
Prosedur kerja:
A 1. Sediakan wadah percobaan berukuran 90x50x40 cm yang telah dibersihkan, kemudian diisi air setinggi 30 cm dan diaerasi.
2. Timbang 10 ekor ikan uji
3. Masukkan ke dalam wadah yang telah disediakan
4. ikan dipuasakan selama 24 jam
. Ikan diberi makan (yang telah diketahui jumlah dalam berat kering) sampai kenyang yaitu sampai ikan meninggalkan makanan yang ditawarkan
6. Catat waktu ikan makan sampai kenyang
7. Pada saat yang sama dengan waktu kenyang, sisa makanan yang tidak termakan diambil
8. Sisa makanan yang tidak termakan dikeringkan dengan oven sampai bobot tidak berubah
9. Setelah kering, sisa makanan yang tidak termakan tersebut ditimbang (b1)
1. Lakukan seperti pada percobaan A (sampai no. 8)
2. Tawarkan kembali makanan setelah waktu kenyang pada setiap selang 4 jam dalam 1 hari, jadi dalam 1 hari ada 6 kali pemberian makan (a1, ……, a6)
3. Hitung jumlah sisa makanan yang tidak termakan seperti yang dilakukan pada percobaan A (no 7 s.d 9) bi, …., b6
4. Hitung jumlah makanan yang dimakan dalam waktu 1 hari (c) dengan rumus sbb. :
C= ((a1-b1)+(a2-b2)+…………+(a6-b6))
Total konsumsi per individu ikan =
C/BW x 100% BW= berat rata-rata ikan
Timbang ikan pada akhir percobaan
D.Catat suuhu air media pemeliharaan ikan perobaan pada waktu pagi hari (pk 06:00) dan siang hari (14:00)
1. Lakukan seperti pada percobaan A (sampai no. 7), bersamaan dengan ini ambil 5 ekor ikan kemudian simpan di freezer
2. Pengambilan contoh berikutnya dilakukan secara teratur setiap 4 jam sekali selama 24 jam
3. Untuk memudahkan pemeriksaan selanjutnya sebelum contoh ikan disimpan di dalam lemari pembeku terlebih dahulu dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberi kode.
4. Lakukan pembedahan ikan-ikan contoh, isi perut dikeluarkan dan ditimbang dengan ketelitian 0,1 mg

5. Laju pencernaan dapat dihitung dengan rumus :
Y = Ao.e-kt

dengan :
Y = Jumlah makanan dalam perut pada waktu t
A0= Jumlah makanan yang dikonsumsi pada waktu nol (t=0)
e = 2,7183
k = Laju pencernaan
t = waktu
6. Waktu pengosongan lambung dapat dicari yaitu pada waktu Y = 0

Jumat, 06 Agustus 2010

teknologi pemulia biakan

TEKNOLOGI PEMULIABIAKAN IKAN

I. PEMULIABIAKAN IKAN DAN RUANGLINGKUPNYA
A. DAHULUAN
Pengadaan benih ikan berasal dari dua sumber yaitu dari unit usaha pembenihan seperti BBI, UPR, UPS, dan penangkapan/pengumpulan dari alam.
Benih ikan dari hasil pembenihan terutama ikan mas, Tawes, Gurami, Lele, Nila, dan Mujair. Benih dari alam yang potensial a.l. Jelawat, Betutu. Kakap, beronang, Kerapu, Bandeng dan Nener yang dilakukan oleh nelayan penangkap, pdgng pengumpul, dan pedgng perantara. Ketergantungan pada benih dari alam akan tetap berlangsung, jika usaha pembenihan secara terkontrol dan massal masih sangat terbatas

Budidaya ikan air tawar dewasa ini didominasi oleh ikan mas, terdiri dari banyak varietas , namun pengadaan benihnya sulit diperoleh varietas unggul dan murni, karena sudah banyak terjadi campuran.
Dari segi produksi, tahun 2004 produksi ikan Indonesia baru mencapai 6 juta ton atau 9 % dari potensi produksi. Hal tersebut berarti potensi produksi dan pengembangan usaha perikanan masih sangar besar.
Dari 6 juta ton itu, 0,5 juta ton diekspor dgn nilai devisa 2 miliar dolar AS, dan sisanya 5,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dengan memberi smbngn sekitar 65 % dari total knsmsi protein hewani setiap orng Indonesia.
Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus meningkat dari 17 kg/org/thn pd thn 1998 menjdi 23 kg/org/thn pada tahun 2003, tetapi masih sangat jauh dibawah dari negara –negara tetangga a.l. Hongkong 80, Singapura 70, Taiwan 65, Korea Selatan, 60, AS 35 dan Malaysia 30 , sementara Jepang 110 dan Maladewa 153,4 kg/org/thn.

Dalam rangka peningkatan produksi perikanan, pengediaan benih menjadi salah satu faktor yang cukup menentukan keberhasilan di bidang budidaya. Oleh karena itu, BBI menjadi sarana pemerintah untuk menghasilkan benih ikan dan untuk membina usaha pembenihan ikan rakyat yang tersebar di hampir seluruh Indonesia.
Penyediaan BBI, dengan maksud untuk memantapkan:
1. Penerapan teknologi pembenihan ikan yang lebih maju
2. Menekan mortalitas terutama pada stadia kritis ( tetasan larva dan dederan muda )
3. Sistem ppendederan benih yang mapu menampung hasil pemijahan ikan pada frekuensi tinggi dan dapat menghasilkan benih ikan sesuai dengan jumlah dan ukuran yang diperlukan
4. Penyediaan benih ikan yang sehat dan bebas hama
5. Penyebaran jenis ikan yang produktivitasnya tinggi.
6. Peningkatan produktivitas melalui metode pemupukan dan pemberian pakan yang lebih menguntungkan.

B. DEFINISI PEMULIABIAKAN IKAN
Pemuliabiakan ikan adalah campur tangan manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan baik secara alami maupun secara buatan berdasarkan golongan /jenis dan sifat-sifat ikan dengan cara yang lebih sempurna dalam rangka mempercepat dan mempertinggi produktivitas serta menekan mortalitas sekecil mungkin, guna pemenuhan kebutuhan konsumen secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas/berkesinambungan
c. PEMIJAJAHN ALAMI /TRADISIONAL
1. Pengertian Pemijahan
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan.
Pemijahan sebagai salah satu aspek dari reproduksi merupakan mata rantai dari siklus hidup yang menentukan kelangsungan hidup species.
Penambahan populasi ikan tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan yang kelak akan berkembang.
Oleh karena itu pemijahan menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup larva/benih ikan, tempat yang cocok, waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.

Pemijahan setiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda , tergantung pada habitat dari pemijahan itu untuk melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu siKlus hidupnya
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMIJAHAN
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi curah hujan, cahaya mathari, suhu ,tumbuh-tumbuhan, ikan jantan, kualitas air, waktu menijah, dsb.
Pada prinsipnya, pemijahan ikan dalam kolam dengan cara meniru pemijahan ikan di perairan alami.
Umumnya ikan-ikan diperairan alami akan memijah pada awal atau akhir musim hujan, karena pada waktu tersebut akan terjadi suatu perubahan kondisi perairan yang dapat merangsang ikan berpijah.


Pemijahan ikan di kolam, harus disediakan sarana dan prasrana pendukukung yang memadai untuk membentuk kondisi lingkungan yang selalu merangsang ikan untuk berpijah agar pemijahan dapat dilakukan dgn tidak tergantung pada musim
b. Faktor Internal
Faktor yang berperan : kematangan gonad, ketersediaan hormon kelamin, dan hormon gonadotopin.
Pemijahan terjadi ketika adanya stimuli (rangsangan lingkungan) yang ditangkap oleh alat indera ( kulit, mata, dan alat olfactory), lalu diteruskan ke hipothalmus malalui sarabut saraf. Hipothalmus memporoduksi releasing hormon gonadotropin yang dapat mmerangsang kelenjar hipofisa untuk memproduksi hormon gonadotropin melalui serabut saraf lalu melalui aliran darah akan menuju ke testis dan ovarium dan merangsang gonad untuk memproduksi Hormon Steroid yang menjadi mediator langsung untuk pemijahan.

c. Habitat Pemijahan
Habitat pemijahan harus dipenuhi sesuai dengan yang dikehendaki oleh ikan, jika tidak maka ikan tak akan melakukan pemijahan.
Secara garis besar, habitat/subsrat yang dibutuhan oleh setiap jenis ikan dalam berpijah, dibedakan atas 5 kelompok sbb;
1. Phytophils
Yaitu ikan ikan yang membutuhkan vegetasi ( tumbuhan ) untuk menempelkan telurnya (Adhesive ). Contoh : Ikan mas, Lele, dll.
2. Lithophils
yaitu ikan-ikan yang cara pmijahannya membutuhkan dasar perairan yang berbatu –batu. Contoh : Ikan Trout ( Salvelinus )
3. Psamophils
yaitu ikan-ikan yang pemijahannya memerlukan dasar perairan berpasir atau kadang-kadang pada akar tumbuh-tumbuhan. Contoh : Ikan Tawes ( Puntius javanicus )
4. Pelagophils
Yaitu ikan-ikan yang pemijahannya di perairan terbuka atau dikolam dan telur hasil pemijahannya akan melayang-layang. Contoh : Ikan Bandeng.
5. Ostracophils
Yaitu ikan-ikan yang pemijahannya di terumbu-terumbu karang. Contoh :
Ikan ekor kuning.

2.. Biologi Reproduksi
a. Umur Kematangan Gonad( Kelamin ).
Umur kematangan kelamin pada ikan berbeda – beda tergantung jenis ikannya. Umur kematangan pertama pada ikan jantan lebih awal dpd ikan betina. Pada ikan mas, jelawat, mola, koan, dan jambal siam, perbedaan kematangan pertama dapat mencapai 6 bulan.
Cepat lambatnya kematangan kelamin dipengaruhi oleh faktor genetis, jumlah dan kualitas pakan, oksigen, dan padat tebar.. Induk betina ikan mas , siap dipijahkan pada umur 1,5 – 2 thn dgn berat kl. 2kg, dgn ciri perutnya lunak dan membesar ke arah
Anus serta urogenital berwarna kemerahan. Sedangkan induk jantan, sudah siap dipijahkan pd umur kl. 8 bulan, dgn ciri keluarnya sperma apabila bagian perut diurut ke arah anus.
3. Kebutuhan pakan buatan
Selain pakan alami, perlu pula disediakan pakan buatan untuk lebih memacu pertumbuhan dgn catatan jenis, bentuk dan ukuran harus dapat diterima oleh larva. Bahannya harus digiling sehalus mungkin (lebih kecil dari 20 mikron). Penyiapan pakan khususnya untuk larva /benih ikan mas, nila, tawes,dan ikan gurami sbb :
a. Umur 3 – 7 hari
Pada hari ke 3 setelah menetas , larva diberi makan kuning telur dalam bentuk suspensi yang dilarutkan dalam air 2,5 liter dan 1 % premix /25 cc larutan. Cara mmemberikannya adalah disemprot dengan suprayer pada ppermukaan air sebanyak 5 x dalam sehari s/d hari ke 7. Untuk 100.000 larva, membutuhkan 1 butir telur/hari.
b. Umur 8 – 30 hari
Untuk keperluan pakan alami, 10 hari sebelum hari ke 8, kolam disiapkan dgn cara dikeringkan, dipupuk dan diberi air., agar makanan alami dapat dgn subur. Padat ppenebaran 250 – 500 ekor/mbs. Aselain pakan alami, juga diberikan pakan tambahan. Pada umur 8 – 15 hari, benih diberi pakan tambahan dlm bentuk tepung dan remah, Umur 16 – 30 hari diberi pakan berupa pellet berdiameter kl. 1 mm, dgn frekuensi 3 – 5 x sehari.
D. PERKEMBANGAN SEKSUAL PADA IKAN.
Perkembangan seksual pada ikan dibbedakan menjadi 3 macam yaitu Ovipharous, Ovovivipharous dan Vivipharous.
Ovipharous adalah perkembangbiakan seksual yang ditandai dgn pelepasan sel telur oleh betina dan sprematozoa oleh jantan secara bersamaan dan fertilisasinya terjadi diluar tubuh. Contoh : Pisces dan Amphibia.
Ovovivipharous adalah perkembangbiakan seksual yang ditandai dgn pelepasan sel telur oleh betina dari ovarium ke dalam saluran reproduksi dan jantan memasukan spermatozoa ke dalam alat kelamin betina dgn cara kopulasi. Fertilisasi terjadi di dalam alat kelamin betina dan individu yang terbentuk berkmbang selama kl.24 jam di dlm alat kelamin betina, pertumbuhan embrio selanjutnya, terjadi di luar tubuh. Contoh : Unggas dan Reptilia.
Vivipharous, adalah perkembanganbiakan seksual yang ditandai sama dengan ovovivipharous, tetapi individu yang terbentuk berkembang terus di dalam saluran reproduksi betina sampai dilahirkan . Conto : Mamalia.
Gonad ika (kelenjar biak) ikan jantan disebut testis dan gonad ikan betina disebut Ovarium, yang masing-masing terdapat pada individu yang terpisah, kecuali pd bbp jenis ikan terdpt pd satu individu dan disebut berkelamin hermaprodit.


1. Testis
Kedua testis tergantung pada meserchium , yg terletak di dlm rongga perut di depan gelembung renang. Struktur testis terdiri dari tubulus longitudinalis yang tidak teratur dan sangat banyak. Pada didnding tubulus terdapat cyste seminiferus . Pada dinding syste terdapat sel – sel penghasil sprematogonium yang disbt tak lebih ke arah lumen cyste dibndngkan dgn primodial germ cell.
Disekeliling sel-sel spermatozoa terdapat sel-sel sertoli, dgn fungsi memberi makan (nutrisi) sel bakal spermatzoa, pemakan spermatozoa yang mati, memberi cairan tubulus dan diduga berfungsi sebagai kelenjar endokrin
Di luar tubulus terdapat sel leydig sebagai penghasil hormon androgen. Hormon androgen yang paling kuat pengaruhnya adalah hormon testosteron yang berfungsi mennentukan : tanda-tanda kelamin jantan, tingkah laku kelamin jantan ( seksualbehavior jantan) dan merangsang spermatogenesis.
Spermatogonia (jamak = Spermatogonium) selanjutnya berkembang menjadi spermatozoa dan proses perkembangannya disebut Spermatogenesis. Spermatogenesis ini terjadi dalam dua fase sbb :
a. Spermatocytogenesis
Spermatogonia (2n) membelah secara mitosis menjadi spermatosit primer lalu membelah lagi dgn cara yang sama menjadi sprematosit sekunder, dan selqnjutnya spermatosit membelah secara meiosis menjadi sprematid (n). Dalam perkembangannya, sebuah spermatogonium akan menghasilkan 4 buah spermatid . Spermatogenesis terjadi ketika adanya rangsangan oleh Follicle Stimulating Hormon ( FSH ) yang dihasilkan dari hipofisa bagian anterior.
Kelenjar hipofisa anterior juga menghasilkan Luteinizing Hormon ( LH ) sama dengan Inter Stitiee Stimulating Hormon ( ICSH ) yang berfungsi merangsang sel leydig untuk menghasilkan testosteron. Testosteron inilah yang merangsang proses spermatogenesis. Spermatozoa dikeluarkan dari testis melalui vas deferens dan saluran ini muncul dari bagian dorsal testis. Pada spermatozoa saluran ini muncul dari tubuh yang sebelumnya memperoleh cairan Seminal Plasma. Seminal plasma dihasilkan oleh kelenjar kelamin tambahan ( Accesory sex organ = ASO). Campuran antara spermatozoa dgn seminal plasma disebut Milt dan setiap tetes milt, terdapat jutaan spermatozoa.
b. Spermiogenesis ( Transformasi )
Spermatid bermetamorfose menjadi gamet yang bergerak aktif disebut spermatozoa. Sppermmatozoa yang terbentuk, mempunyai bagian kepala, leher, dan ekor ( flagella). Flagella ini berfungsi sebagai alat penggerak. Inti spermatozoa terdapat pada pd bagian kepala dan bagian penghubung antara leher dgn ekor disebut Midle Plese .
Fase perkembangan kematanmgan testis secara mikroskopis menurut Kesteven:
1. Remaja, testis sangat kecil berwarna transparan sampai kelabu.
2. Remaja berkembang, testis trlhat jernih, abu-abu sampai kemerahan.
3. Perkembangan I, testis berbentuk bulat telur , warna kemerahan, dgn ukuran hampir mengisi setengah rongga perut bagian bawah.
4. Perkembangan II, testis berwarna kemerahan sampai putih, tidak keluar tetesan milt bila perutnya diurut.
5. Dewasa , testis berwarna putih dan keluar milt bila perutnya diurut.
6. Mijah , Milt keluar ( menetes) bila pperutnya sedikit ditekan.
7. Salin, Testis sudah kosong sama sekali
8. Salin, testis sudah kosong dan berwarna kemerahan
9. Pulih Salin, testis nampak jernih dan berwarna abu-abu sampai kemerahan

2. Ovarium
Ovarium terdapat pd ikan berkelamin betina, terletak memanjang di dlm rongga perut yang tergantung di bagian atas rongga perut oleh jaringan pengikat disebut Mesovarium. Ovarium umumnya sepasang yang masing-masing berada di kiri dan kanan antara gelembung renang dan usus.
Umumnya, bentuk ovarium pd ikan sidat (Anguilla sp) memanjang dan agak bulat atau pipih dgn model ovariumnya seperti pipa berliku-liku. Ikan mas (Cyprinus carpio ) tidak mempunyai mesovarium, sehingga ovarium langsung melekat pada dinding dorsal rongga perut.
Struktur ovarium ikan banyak mengandung bentukan semacam kantong yang disebut foliclle, yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin berupa sel-sel granulosa dan sel-sel theca. Sel-sel granulosa berfungsi menghasilkan hormon progestron dan sel-sel theca berfungsi menghasilkan hormon estrogen. Kedua hormon tersebut sangat berperan dalam menentukan tingkah laku ikan betina.

Perlu diketahui terlenih dulu bahwa sel telur ikan banyak mengadung kuning telur ( egg yolk) dan butiran minyak ( oil globule ) yang berfungsi sebagai makanan bagi embrio. Menurut Welsen, telur ikan terdiri dari golongan Polytelecithal yaitu sel telur yang banyak mengandung kuning telur dan golongan Climolessithal yaitu sel telur yang hanya sedikit mengandung kuning telur.
Bersamaan dgn proses terjadinya pemasakkan telur, pada sitoplasma akan terbentuk lapisan pembungkus telur yg disbt Chorion, yg diduga tumbuh dari sitoplasma. Di dlm chorion terdapat macrophyle , yaitu lubang tempat masuknya sperma ke dlm sel telur. Di dlm proses pembuahan spermatozoa masuk ke dlm sel telur melalui mikrophyle. Oleh karena ruang tempat bertemunya sperma dgn telur sangat kecil, maka sprema yang dikeluarkan sangat banyak dibandingkan dengan telur yang dibuahi.
Ov ulasi terjadi karena adanya rangsang LH dan telur yang diovulasikan itu dikeluarkan melalui oviduct. Perjalanan telur melalui oviduct dpt terjadi karena adanya ppengaruh kontraksi jaringan oviduct. Kontraksi tesbut terjadi karena rangsangan hormon oxytocin. Oxytocin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa posterior.

2.
2. Ruang Lingkup Pemijahan Buatan
a. Tujuan pemijahan hypofisasi
1. Untuk memijahkan ikan-ikan yang tidak dapat memeijah secara alami di kolam.
2. Untuk mempercepat tingkat kedewasaan kelamin ikan atau mempercepat tingkat kematangan gonad serta mempercepat terjadinya ovulasi
3. Untuk intensifikasi pembenihan ikan dalam rangka meningkatkan Survival Rate yang bermutu, karena dengan cara htypofisasi akan lebihtercontrol.
b. Letak kelenjar hypofisa
Kelenjar hipofisa terletak di bawah otak sebeelah depan pd lekukan tulang yang disebut sella tursica. Kelenjar hipofisa terdiri dari 3 bagia yaitu pars anterior( asenchipofisa) intermedia dan pars porterior ( pars nervosa). Hormon penting yang dihasilan oleh kelenjar hipofisa adalah pars anterior yang terdiri atas Growth Hormon atau somatropin Hormon Gonadotropin, Adreno Corticotropic Hormon atau korticotropin dan Thyroid Stimulating Hormon, atau Terotropin. Pars intermedia menghasilkn hormon intermedin, sedangkan pars nervosa menghasilkan oxitocin.


Fungsi dari Growth Hormon adalah merangsang pertumbuhan badan melalui proses sintesis protein. Hormon Gonadptropin berfungsi untu pematangan gonad, mengatur sekresi hormon kemanin, dan mengatur ppemijahan
Thyroid Stimulating Hormon, mengatur sekresi hormon tiroid , sedangkan MSH mmpengaruhi pigmentasi kulit. Oxitocin menyebabkan kontraksi otot polos misalnya oviduct dan duktus deferens, sehingga ovum dan spermatzoa dapat dikeluarkan dari tubuh.
C, Teknik Hipofisasi
Metode hipofisasi mmerlukan peralatan, ketrampilan, ketekunan, dan pengetahuan praktis.
a. Pengambilan Kelenjar Hypofisa
* Alat : talenan, jarum pentul /ppensit, kapas atau tisu, pisau dan gunting.
* Bahan : Ikan donor, yang memenuhi syarat sbb :
- Minimal satu famili, mislnya ikan tawes dgn ikan nilem.
- Telah mencapai tingkat kematangan gonad yang maksimal
- Bila ikan donor sudah mati, tidak boleh melebihi dari 2 jam
- Ikan yang dijadikan donor tidak boleh dari ikan yang baru selesai memijah

Lanjutan……….
* Urutan Kerja Pengambilan Kelenjar Hypofisa sbb :
- Ikan donor diptng pd bgn blkng overklon/operkulum/sperkulum (tutup insang)
- Pada bagian yang dipotong tersebut kemudian dipotong lagi di bagian atas kepala/otak.
- Kemudian otak diangkat dan jaringan-jaringan serta darah yang ada disekitarnya dibersihkan.
- Setelah dibersihkan, akan tampak butiran berwarna putih – susu pada bagian lekukan tulang, tepatnya di bawah otak tersebut.
- Ambillah butiran/kelenjar hypofisa itu dengan pinset atau jarum pentol, dan bersihkan
b. Pembuatan Ekstrak Kelenjar Hypofisa
• Alat – alat yang diperlukan
Terdiri dari : penggerus jaringan (tissio gandu), spuit 2 ml, jarum no. 17 dan 22, serta sentrifugasi dan tabung reaksi.
• Bahan – bahan yang diperlukan
Terdiri dari : kelenjar hypofisa dan aquades


• Langkah Kerja Pembuatan Ekstrak Kelenjar Hypofisa
- Masukkan kelenjar hipofisa yang sudah dibersihkan ke dalam wadah, kemudian hancurkan dengan penggerus dan tambahkan aquades 1 – 2 ml.
- Setelah hancur tambahkan lagi aquades kl. 1 ml, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi.
- Masukkan dalam centrifugal dan putar selama kl’ 10 menit.
- Hentikan pemutaran, ambil cairan yang berwarna jernih pada bagian atas dengan spuit.
- Cairan hypofisa siap disuntikan pada ikan recipient.
c. Teknik Penyuntikan
Dibedakan atas cara yaitu intra muscular (melalui otot), intra peritonial ( melalui rongga perut), dan intra cranial (pada rongga otak melalui melalui tulang ocipital bagian yang tipis)
Dari ketiganya, yang paling umum dan lebih mudah digunakan adalah intra muscular, yaitu penyuntikan pada punggung, yakni di bagian otot yang paling tebal.


Pada ikan lele, penyuntikan dilakukan pada ujung depan sirip pnggung
1 cm ke samping kiri atau kanan. Dan bila pada ikan bersisik seperti tawes, ikan mas, dsb, disuntik pada 3 – 4 sisik ke bawah
Teknik penyuntikan dilakukan dengan arah jarum suntik membuat sudut 60 derajat ekor dan jarum dimasukkan sedalam kl. 1,5 cm.
Pada saat penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan karung jala, agar ikan tidak mudah terlepas. Untuk ikan yang berukuran basar, biasanya dilakukan oleh dua oramg yaitu orang pertama memegang
Kepala dan ekor sedangkan orang kedua menyuntik.
Ikan yang telah disuntik segera dimasukkan ke dalam bak berisi air yang sedang mengalir agar ikan cukup mendapat oksigen.
Dosis penyuntikan disesuaikan dengan ukuran dan species ikan, sedangkan syarat induk, jantan harus matang sperma dan betina harus matang telur.

Kamis, 05 Agustus 2010

TEHNOLOGI PEMENIHAN

Teknik Pemijahan
1. Pemijahan Alami
Pemijahan ikan yang terjadi secara alami.
2. Pemijahan Buatan
Pemijahan yang terjadi dengan bantuan rangsangan hormonal.

Perkembangan telur
1. Pertumbuhan
Pelepasan hormon gonadotropin ditandai dengan bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah nukleolus
2. Pembentukan kantung kuning telur Pembentukan vesikel, kortikal alveoli berisi, zona radiata, dan bakal korion.
3. Vitelogenesis
Bertambahnya volume sitoplasma oleh vitelogenin yang berasal dari hati. Terjadi penebalan zona radiata, sel-sel granulosa, dan theka.
4. Pematangan
Yaitu setiap tahap pergerakan germinal vesicle ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle breakdown) yang selanjutnya membentuk pronuklei dan polar body II.
Perkembangan Embrio Ikan
Tahap perkembangan embrio ikan terjadi sebagaimana berikut ini:
1. Fertilization
2. Cleavage (Blastulation)
Terdapat blastomer, yaitu kumpulan sel yang membentuk bola padat
3. Gastrulation
Peristiwa kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi.
4. Organogenesis

• Ektoderm : lapisan yang akan memberi bentuk luar hewan keseluruhan dan merupakan prekursor epidermis dan sistem saraf, dibentuk dari sebagian besar kutub animal.
• Endoderm : lapisan yang dibuat dari kutub vegetal dan merupakan prekursor usus dan organ internal, dibentuk dari sebagian besar kutub vegetal.
• Mesoderm : merupakan lapisan prekursor otot, jaringan penghubung, dan komponen lainnya yang akan menghubungkan antara ektoderm dan endoderm, dibentuk dari sebagian kutub animal dan kutub vegetal.

PEMILIHAN LOKASI DAN KUALITAS AIR

PEMILIHAN LOKASI PEMBENIHAN
Kriteria Teknis :
 Topografi : yaitu daerah yang datar untuk memudahkan dalam pembangunan konstruksi dan mengatur pembuangan.
 Tanah : jenis tanah liat untuk menjaga stabilitas bangunan
 Klimatologi : arus, musim, angin
 Sumber air : air laut bersih dan jernih sepanjang tahun, ketersediaan air tawar
 Prasarana : Tersedia sarana jalan dan listrik
 Status Tanah : status yang jelas menjamin kesinambungan usaha pembenihan dan investasi, serta perencanaan kota

Kriteria non teknis :
 Sosial ekonomi :
- Lokasi mudah dijangkau
- Bersifat padat karya
- Kemudahan transportasi
 Kebijakan pemerintah (legalitas) :
mengenai lingkungan hidup
sumber daya
pengrusakan lingkungan
pembangunan perikanan
Segi pembangunan perikanan :
- Balai penelitian
- Balai penyuluhan dan pelatihan
- Sarana dan prasaranan
- Kredit
- BUMN
- Peraturan
- Pengawasan

Tujuan pembangunan perikanan:
- Meningkatkan devisa non migas
- Meningkatkan produksi dalam negeri
- Memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja
- Meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan
- Mendukung pengembangan agroindustri
- Menunjang pembangunan daerah

Kebijakan pembangunan perikanan :
a. Tujuan pembangunan ekonomi
- meningkatkan pendapatan
- meningkatkan produktifitas
b. Masalah dalam pembangunan
- karakteristik SDI
- ketersediaan kredit
- lemahnya kelembagaan
- mudah rusak
AIR
Air harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas.
 Fungsi air :
- Fisika, tempat hidup dan menyediakan ruang gerak bagi organisme
- Kimia, pembawa unsur hara, mineral, dan gas-gas terlarut di dalamnya
- Biologi, media untuk kegiatan biologis (pembentukan dan penguraian)

 Kualitas air pembenihan
- Suhu
Kisaran (ᵒC) Ket.
25 – 32 masih aman untuk larva
30 optimal
> 32 menyebabkan stress
> 35 menyebabkan kematian
- Salinitas
Kisaran (ppt) Ket.
28 – 32 dapat ditolerir
< 28 isoosmotik udang
< 18 kematian

- pH
Kisaran Ket.
7,5 – 8,5 Normal
4,5 – 6,5 pertumbuhan terhambat
9 – 11
< 5 Mortalitas
Melampaui kisaran normal menyebabkan:
- peningkatan CO2 pH
- plankton melimpah pH
- pertumbuhan larva tidak normal
- kematian meningkat
- berpengaruh terhadap NH3

- DO
Dipengaruhi oleh suhu dan salinitas, pada suhu dan salinitas optimum (± 30ᵒC dan 35 ppt), kelarutan O2 6 ppm.
Pada siang hari 6,7 – 8,3 ppm
Pada malam hari 3,2 – 5,1 ppm
DO < 2 ppm = mortalitas
≥ 3 ppm = baik untuk larva

 Kuantitas air pembenihan
- Suplai air laut, menggunakan teknik penyedotan dari atas dasar laut dan penyediaan bak penampungan (100 ton)
- Suplai air tawar, menggunakan penyedotan pada sumur, dan penyediaan bak penampungan.

 Perbaikan kualitas air
Kualitas air yang buruk dapat diperbaiki dengan jalan menurunkan kadar amoniak, menyaring partikel-partikel organik, mengontrol penyakit, menekan sedikit mungkin perkembangan bakteri, mengontrol temperatur air dan aerasi.
Teknik yang dapat dilakukan :
- Air Stripping
- Filterisasi
- Ozonisasi
- radiasi ultraviolet

Air Stripping (teknik pembuangan gas)
- Teknik : agitasi (pergerakan air di saluran), hingga amonia yang berbentuk gas (N2) terlepas ke udara
- efisiensi : 80 – 95% amonia hilang
- reabsorbsi menggunakan CaCO3 untuk menghasilkan pH yang relatif tinggi

Pertukaran ion
- menggunakan clinoptilolit (ziolit murni) yang memiliki daya afinitas (dapat mengikat) yang cukup besar terhadap ion-ion amonia
- butiran 2,3 – 1 mm/gram mampu membuang 5,37 mg NH4 dan 0,5 -0,3 mm/gram menghilangkan 8,02 mg NH4
- efisiensi clinoptilolit dapat ditingkatkan dengan bantuan hidrolik.

Biofilter
- Teknik : menggunakan bakteri untuk menghilangkan amonia
- Prinsip : nitrifikasi oleh Nitrosomonas sp dan Nitrobakter sp
- Kendala : suhu dan pH, dapat diatasi dengan peningkatan kepadatan (bertahap) dan pengguanaan kerikil/kerang (berkalsium)
- Efisiensi dapat didukung dengan hidrolik

Radiasi ultrafiolet
- Teknik : menggunakan radiasi sinar ultraviolet (panjang gelombang 150 – 4000 A)
0,5 – 1,0 um 3620 uw/detik/cm2 800 um 1,7 – 106 uw/detik/cm2

Ozonisasi
- Fungsi : disinfeksi (patogen) dan oksidator kuat (menurunkan BOD, amonia, dan nitrit).
- faktor yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi dan waktu kontak .

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Merupakan tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah.
Kebutuhan :
- perbandingan ikan matang gonad dengan yang belum dari stok
- ukuran dan umur yang pertama matang gonad
- masa pemijahan ikan
- siklus pemijahan dalam setahun

Menentukan TKG
Dua cara menetukan TKG pada ikan, yaitu:
1. Mikroskopik
2. Morfologik


Pembeda yang digunakan untuk menentukan TKG pada ikan jantan dan betina adalah :
Betina :
- Bentuk ovarium
- Besar kecilnya ovarium
- Pengisian ovarium pada rongga tubuh
- Warna ovarium
- Halus tidaknya ovarium
- Secara umum ukuran telur dalam ovarium
- Kejelasan bentuk dan warna telur
- Diameter telur

Jantan :
- Bentuk testis
- Besar kecilnya testis
- Pengisian testis
- Warna testis
- Keluar tidaknya cairan testis




RUANG LINGKUP PERSYARATAN DAN SARANA PEMBENIHAN IKAN

PENDAHULUAN
Pembenihan merupakan manajemen yang bertujuan untuk mengoptimalkan produksi benih yang unggul kualitas dan kuantitasnya. Teknologi diharapkan dapat mendukung tujuan pembenihan.
Pembenihan memegang posisi kunci dalam usaha budidaya :
- Kurangnya ketersediaan benih di alam persaingan antar pembeli harga melonjak.
- Produksi hatchrey menurunkan lonjakan harga merangsang perkembangan usaha pembesaran yang mantap.
- Hatchrey pada suatu wilayah titik tumbuh kegiatan ekonomi pengembangan wilayah dan penyerapan tenaga kerja pembangunan berwawasan lingkungan.
- Pembenihan upaya untuk menunjang kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.
- Pembenihan dapat mengarahkan kegiatan budidaya mapan berkelanjutan
mendukung kegiatan pelestarian budidaya.

Pemerintah telah melaksanakan program sertifikasi pembenihan meliputi komiditi ikan dan udang sejak tahun 2008 yang berdasar kepada Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan. Hal ini bertujuan menjaga sustainability (produksi budidaya perikanan pada tingkat yang stabil).
Penerapan sertifikasi pembenihan berdasarkan pedoman umum Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Kedua pedoman tersebut berisi standar-standar tata laksana pembenihan yang ideal dan mengacu pada standar yang dipakai secara internasional.
Yang dimaksud dengan CPIB adalah metode pengembangbiakan ikan dengan melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol. Proses tersebut melalui penerapan teknologi sesuai dengan persyaratan biosekuriti, ketelusuran (traceability), dan keamanan pangan (food safety) yang menjadi pijakan penilaian. Berdasarkan pedoman umum CPIB, faktor penentu keberhasilan dan keberlanjutan usaha pembenihan antara lain kondisi unit pembenihan yang memenuhi kelayakan bioteknis. Tingkat kelayakan tersebut meliputi lokasi, sumber air, tenaga kerja, dan fasilitas (sarana filtrasi, pengendapan dan bak tandon), mesin dan peralatan kerja, serta sarana biosekuriti.

PERSYARATAN UMUM BAGI USAHA PEMBENIHAN IKAN
Manajemen pembenihan harus diawali dengan perencanaan, lalu dibentuk unit organisasinya dengan menentukan kapasitas dan kelengkapan. Setelah itu teknologi pada metode pembenihan dioperasikan dengan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi.

Yang perlu dipersiapkan bagi pembangunan usaha pembenihan ikan, yaitu:
1. SDM: kemampuan tenaga kerja, etos kerja, pengaturan kerja (waktu dan jumah tenaga), kesejahteraan (asuransi, dll)
2. SDL: kebijakan pemerintah (POLEKSOSBUD HANKAM), lingkungan yang dieksploitasi
3. SDA: biota yang diusahakan (biologi, siklushidup, pakan,dll) yang menyangkut reproduksi, fase pertumbuhan, makanan, dan kebutuhan lingkungan.

Persyaratan Umum yang diperlukan dalam usaha pembenihan ikan, yaitu:
1. Lokasi, terdiri dari kriteria teknis dan sosial budaya.
Kriteria teknik: ketinggian dan kemiringan tempat, tanah, sifat fisika dan kimia air, sumber air
Kriteria sosial ekonomi: daerah pengembangan yang cukup luas, persyaratan jenis ikan, pemasaran, sarana, perkembangan kota dan industri
2. Sarana dan kelengkapan, yang efektif dan efisien.
- Suplai air yang bersih : bak sedimentasi, bak filter, bak air bersih.
- Sistem perolehan air : melalui pipa; membuat sumur
- Sistem suplay air tawar : Bak sedimentasi, bak air tawar bersih
- Sistem suplai udara
- Sistem drainase
- Fasilitas produksi benih : bak/kolam
- Fasilitas penunjang : generator, pompa udara, pompa air laut, pompa air tawar, penganalisis air.
3. Metode pembenihan, berupa fase tahapan kerja dengan menggunakan aplikasi teknologi berdasarkan jenis biota.

TATA LETAK DAN KONSTRUKSI KOLAM PEMBENIHAN
Tata Letak
Tata letak kolam merupakan syarat penting di dalam usaha pembenihan dan erat hubungannya dengan rencana kapasitas produksi serta jenis teknologi yang diterapkan dalam skala usaha. Untuk kelancaran kegiatan operasional pembenihan, tata letak bangunan, perkakas, dan peralatan harus disesuaikan dengan fungsi dan urutan kerjanya.
Bangunan yang termasuk sebagai sarana pokok harus terpisah dari bangunan sarana penunjang dan pelengkap. Sebagai contoh, kolam pemijahan atau penetasan, pemeliharaan calon induk, pendederan, penampungan benih, dan kolam treatment, harus dikelompokkan dalam satu wilayah agar terhindar dari kemungkinan cemaran kegiatan lain.
Saluran air ke sarana pokok harus dibangun sedemikian rupa agar dapat menyalurkan media langsung dari sumber air yang sudah terjamin kualitasnya dan sesuai dengan persyaratan kesehatan telur, larva, benih, dan induk. Untuk saluran pembuangan dari wilayah saranan pokok harus langsung masuk ke saluran induk pembuangan.
Kolam pengendapan sebaiknya terletak paling depan dari saluran air masuk, kemudian kolam penyaringan, dan diikuti dengan saluran air yang menuju ke sarana pokok.
Letak kolam pemberokan harus terpisah dengan saranan penunjang yang lain, begitu pula dengan saluran air masuk dan keluarnya.
Bangunan gudang-gudang dalam sarana penunjang sebaiknya terletak dalamsatu kesatuan wilayah. Pengaturan letak setiap gudang disesuaikan dengan fungsi dan ururtan kerjanya, sehingga tidak saling mempengaruhi dan menimbulkan akibat buruk. Letak tempat pengepakan dan kolam penampungan hasil harus berdekatan sehingga akan memudahkan penanganan hasil sebelum didistribusikan ke luar.

Konstruksi Kolam
Konstruksi kolam pada unit pembenihan disesuaikan dengan sifat biologi ikan itu sendiri, antara lain:
1. Sifat perkembangbiakan ikan
2. Habitat induk, larva, dan benih
Keberhasilan usaha pembenihan ikan lebih banyak ditentukan oleh konstruksi sarana pokok. Konstruksi sarana pokok pada pembenihan ikan meliputi konstruksi:
1. Kolam pemijahan
2. Kolam penetasan
3. Kolam pendederan
4. Kolam pemeliharaan induk

Dalam pembuatan kolam-kolam tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Bahan yang digunakan
2. Teknik pembuatan
3. Bentuk kolam
4. Kapasitas kolam
5. Persyaratan desain, tata letak, dan segi ekonomisnya

1. KOLAM PEMIJAHAN
Kolam pemijahan harus memenuhi persyaratan fisik dan higienies. Hal yang perlu diperhatikan untuk konstruksi kolam pemijahan adalah:
1. Dasar dan dinding kolam harus kedap air dan kuat menahan air media secara permanen
2. Kolam harus mudah diisi air dan dikeringkan dalam waktu yang relatif singkat, terletak di tempat tertinggi dalam lokasi
3. Luas kolam dapat berukuran 50-1000m2 atau dapat berukuran 7 x 7 m
4. Bentukkolam sebaiknya empat persegi panjang
5. Dasar kolam dibuat miring ke arah pengurasan, berkisar antara 20-30 cm.
6. Kedalaman kolamberkisar 0,5 – 1,2 m
7. Tempat pemasukan dan pengeluaran air dapat berbentuk monik atau pipa sifon
8. Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok
9. Konstruksi kolam baru memungkinkan untuk dibersihkan secara sempurna, agar kolam tetap dalam kondisi higienis

2. KOLAM PENETASAN
Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan, bahkan seringkali kegiatan menggunakan kolam pemijahan. Pada saat digunakan untuk kolam penetasan, kolam penetasan dilengkapi dengan pipa-pipa penyalur air ke seluruh bagian kolam sehingga semua telur dapat terairi.

3. KOLAM PENDEDERAN
Kolam pendederan merupakan unit yang menerima benih dari kolam penetasan. Kolam pendederan ini ada yang disebut pendederan I, II, dan III yang pada prinsipnya sama bentuk dan ukurannya, hanya ukuran dan jumlah ikan yang dipelihara di dalam setiap kolam berbeda. Hal-hal yang peru diperhatikan dalam pembuatan konstruksi kolam pendederan, antara lain adalah :
1. Bentuk kolam disesuaikan dengan keadaan tempat. Apabila memungkinkan sebaiknya berbentuk empat persegi panjang
2. Agar mudah dalam pengelolaan kolam dan pemanenan benih, sebaiknya kolam pendederan pertama berukuran 100-500 m2, dan kolam pendederan lanjutan 500-2000m2 per petak
3. Penampang melintang pematang berbentuk trapesium dengan kemiringan 1 : 1 (tanah lempung). Lebar atas 75-100cm dan ketinggian pematang 1,00-1,30 m
4. Tempat pemasukan air perupa pipa yang dilengkapi dengan saringan dan pengatur debit air
5. Tempat pengeluaran air berbentuk monik atau bentuk lain yang memungkinkan kecepatan dan volume air yang dikeluarkan dapat diatur terutama pada saat pemanenan.
6. Dasar kolam dilengkapi dengan kubangan merupakan bagian dari saluran dasar di depan tempat pengurasan, yang bentuknya melebar dan berfungsi sebagai petak penangkapan benih. Dasar kolam dibuat miring ke arah saluran dasar dan tempat pengurasan.
7. Kedalaman kolam 1-1,5 meter dan kedalaman air 40-60cm
8. Permukaaan kolam harus mendapat sinar matahari sepanjang hari
9. Dasar kolam harus berupa tanah gembur, berlumpur subur yang cukup tebal (5-20cm) dan tidak porous
10. Selisih ketinggian tanah dasar kolam antara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran berkisar anatar 20-30 cm

4. KOLAMPENAMPUNGAN BENIH
Kolam ini harus memenuhi syarat biologis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konstrukai kolam penampungan benih, antara lain adalah:
1. Bahan yang digunakan harus tidak mencemari air kolam dan mudah dibersihkan dari zat kimia yang diberikan pada saat treatment
2. Luas kolam 500-2000m2, kedalaman air 50-70cm, dan debit air 10-15 lt/detik
3. Bentuk kolam empat persegi panjang atau bentuk lain yang dengan kondisi dan efisiensi tempat
4. Bentuk penampang pematang adalah trapesium sama kaki dengan kemiringan 1:1. Ukuran sisi atas 1-1,5 m dengan tinggi 1-1,5 meter; sedangkan dasar pematang disesuaikan dengan kemiringannya
5. Pematang yang tingginya lebih dari 1 m, sebaiknya diberi anak pematang (berm) sebagai penguat
6. Bagian pematang yang tidak terkena air ditandai rumput untuk menghindari erosi
7. Tempat pemasukan air dan pengeluaran air dapat mengaur ketinggian perkukaan air kolam
8. Pintu air masuk dan pengeluaran sebaiknya tidak berhadapan tetapi diagonal
9. Dasar kolam berupa tanah gembur, berlumpur subur yang cukup tebal, dan tidak porous.
10. Selisih antara ketinggian tanah dasar kolam pada pintu masuk dan pintu keluar antara 20-30 cm.


5. KOLAM PEMELIHARAAN
Terdiri dari kolam induk betina dan kolam indukjantan. Luas tiap petakan 500-1000m2. Lebih besar dari itu biasanya akan menyulitkan penangkapan pada saat akan menyeleksi induk.
Jumlah kolam induk atau luasan keseluruhan kolam induk ditentukan oleh banyaknya induk yang dipelihara dan intensitas pengelolaan budidaya. Jika kolam itu hanya tergantung dari hasil pemupukan dan makanan tambahan berupa dedak, maka untuk setiap 100kg induk memerlukan luas 150-200m2.
Bentuk kolam sebaiknya empat persegi panjang tetapi jika bentuk lain maka harus diusahakan agar menggunakan tanah secara efisien dan ikan-ikan mudah ditangkap. Penampang melintang kolam berbentuk trapesium dengan ukuran lebar atas 1-1,5 m, ketinggian 1-1,5 m, dan kemiringan 1:1 (tanah lempung). Aktivitas ikan ketika mencari makanan seringkali merusak pematang. Oleh karena itu, bagian dalam pematang harus dilapisi dengan bambu, papan, tembok, atau bahan lainnya yang dapat memperkuat pematang.
Dasar kolamdibuat miring ke arah pembuangan air. Tempat pemasukan air berupa pipa yang dilengkapi dengan tempat pemasangan saringan dan panen-panen pengatur debit air. Tempat pembuangan air berbentuk kotak yang terdiri dari pipa penyalur air dan bangunan berbentuk kotak tempat saringan dan panen-paenn pengatur ketinggian air. Untukkolam seluas 1000m2 memerlukan sebuah monik dengan ukuran lebar mulut 75 dan pipa penyalur berdiameter 6 inc.


PENYEDIAAN DAN SELEKSI INDUK UNTUK PEMBENIHAN
Penyediaan Induk
A. Pewarisan sifat :
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat yang diwariskan, cara sifat diwariskan, dan variasinya yang terjadi pada keturunannya.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam pewarisan sifat induk kepada turunannya,adalah:
1. Kromosom
Di dalam inti sel, terdapat jalinan benang halus yang disebut kromosom. Kromosom adalah struktur makromolekul besar yang memuat DNA yang membawa informasi genetik dalam sel.

Gambar kromosom

Tipe kromosom terbagi dua, yaitu kromosom tubuh (autosom) dan kromosom kelamin (gonosom).
2. Gen adalah ruas-ruas DNA yang menentukan sifat. Terdiri atas asam-asam deoksiribonukleat yang menjadi cetakan untuk mensintesis enzime (protein). Selama pembentukan sel gamet,bahan genetik ini mengalami replikasi sebelum memisah ke sel-sel anaknya. Dalam hal ini, sel anak hanya memiliki bahan genetik setengah dari sel induknya melalui proses meiosis.
3. Jumlah kromosom yang diturunkan
Pada ikan, jumlah kromosom pada umumnya adalah 48, seperti yang terdapat pada ciprinid.
4. Sel diploid dan haploid
Sel diploid yaitu sel yang memiliki kromosom dalam keadaan berpasangan atau sel yang memiliki dua set atau dua perangkat kromosom (diploid= 2n).
Sel haploid yaitu sel yang memiliki satu perangkat kromosom.
5. Sifat genotip homozigot dan heterozigot
Genotip yang memiliki alel yang sama disebut homozigot.
Genotif yang memilki alel yang berbeda disebut heterozigot.
6. Sifat fenotip adalah sifat spesies yang tampak oleh panca indra. Dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan.
1. Fenotif kualitatif meliputi sifat sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan
- Warna, pola sisik, type sisik
2. Kuantitatif fenotif adalah suatu yang terukur bukan sesuatu yang bersifat deskriptif - pertumbuhan, panjang sirip dorsal, fekunditas, dll
Fenotip jenis ikan yang sama dapat tampak berbeda pada lingkungan yang berbeda.
7. Dominan adalah suatu alel yang berpengaruh besar terhadap alel lain ketika bersama dengan alel lain.
8. Resesif
Resesif adalah ketika bersama alel lain, sifatnya tidak muncul kecuali pada saat bersama alel sejenisnya.
9. Kodominan
Adalah perpaduan alel dominan dan resesif yang muncul sama kuat.
B. Pengadaan induk :
1. Penangkapan, berasal dari perairan umum atau dari tambak.
(1) Seleksi induk di perairan umum
(a) Ukuran induk
(b) Telah matang telur
(2) Seleksi induk di tambak
(a) Usia pemeliharaan dan ukuran morfologi
(b) Secara fenotip mempunyai pertumbuhan yang baik
(c) Bukan dari inbreeding
(d) Matang gonad
(e) Fekunditas
(3) Teknik penggunaan alat tangkap yang pasif (trap)
2. Pengangkutan
(1) Peralatan angkut, seperti kantong plastik, bak fiber, tandu, dll
(2) Suhu, oksigen, dan salinitas media air
(3) Waktu angkut
(4) Teknik pengangkutan
(a) Pengangkutan sistem terbuka
(b) Pengangkutan dengan obat penenang
3. Aklimatisasi
(1) Suhu dan salinitas yang sesuai dengan induk
(2) Treatment anti jamur
C. Seleksi dan Persilangan induk (hibridisasi)
Seleksi adalah program breding yang dilakukan secara individu atau famili induk diseleksi berdasarkan keunggulannya untuk memperoleh perubahan rata-rata fenotif kuantitatif suatu populasi pada generasi berikutnya (berat, panjang, warna).
Hibridisasi bertujuan untuk memperbaiki laju pertumbuhan, meningkatkan pertahanan terhadap penyakit demi memperoleh benih unggul.
1. Penentuan galur murni
2. Persilangan monohibrid, yaitu persilangan individu yang memiliki satu sifat beda.
3. Persilangan dihibrid, yaitu persilangan dua sifat beda.


Pemilihan dan perbaikan mutu beberapa jenis induk

Rabu, 04 Agustus 2010

ikan kerapu

KERAPU
1. KERAPU BEBEK
kerapu bebek ini ketika masih berukuran kecil merupakan ikan hias dengan nama Panther fish. Setelah ikan ini menjadi besar, ikan ini menjadi ikan konsumsi yang bergengsi sehingga mahal harganya.

Beberapa negera yang mengembangkan budidaya ikan kerapu bebek sebagai pesaing Indonesia antara lain :
- Australia
- Thailand
- Filifina
- Vietnam
- Dan Taiwan
-
Di Thailand penggunaan benih sebagian besar dari hasil tangkapan di alam. Produksi budi daya kerapu bebek umumnya di ekspor ke malaysia, Singapura, Taiwan dan Hongkong
Sistimatika
Family : Serranidae
Spesies : Chromileptes altivelis
Nama dagang : Humpback Grouper, Mero jorobado, Mero Bassu,
Baramundi cod, Sarasa hata, Polka dot grouper, Lo su pan
Nama Lokal : Kerapu Tikus

Ciri-Ciri Umum
1. Badan kerapu bebek pipih,
2. dengan bentuk kepala bagian atas cekung,
3. Tubuh agak pucat berwarna coklat kehijauan
4. Terdapat bintik-bintik hitam disekujur tubuhnya
5. Ujung semua sirip berbentuk bundar/busur
6. Pertumbuhan kerapu bebek sangat lambat dibanding dengan jenis kerapu yang lainnya. Kedewasaan pertama terjadi setelah mencapai ukuran 1,5 kg.
7. Ikan ini memiliki sifat protogony hermaphrodite. Perubahan ini terjadi pada ikan berukuran 2,5-3,0 kg

KERAPU MACAN
Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar diberbagai perairan berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia daerah penyebaran kerapu macan meliputi : perairan di wilayah INDO-PASIFIK.
Sistimatika
Family : Serranidae
Spesies : Epinephelus fuscoguttatus
Nama dagang : Brown Marble Grouper, Flowery cod, Blotchy Rock cod, Carpet
Cod, Aka Madaharata, Lo Fu Pan
Nama Lokal : Garopa

Ciri-Ciri Umum
1. Bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur berupa busur
2. Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecoklatan
3. Badan dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap
4. Di alam dapat mencapaipanjang total 95 cm dgn bobot 11 kg

KERAPU LUMPUR

Jenis ikan ini telah dibudidayakan didaerah kepulauan Riau dan Sumatra Utara, khususnya kabupaten/ kota Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga Langkat, Deliserdam dan Medan.
Sistimatika
Family : Serranidae
Spesies : Epinephelus coioides
Nama dagang : Estuary Grouper, Fah Paan, Chairomaruhata, Chi hou
Nama Lokal : Kerapu Minyak
Ciri-Ciri Umum
1. Bagian kepala dan punggung berwarna gelap kehitaman
2. Sedangkan perut berwarna keputihan
3. Seluruh tubuhnya dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecoklatan atau kemerahan
4. Bersifat protogony hermaphrodite, ketika berumur 3 thn berkelamin betina dan setelah berumur 4 thn berkelamin jantan tanpa mengalami perubahan morfologi yg jelas.
5. Kedewasaan terjadi ketika berumur 25-30 cm atau 2-3 tahun

KERAPU SUNU
Merupakan komoditas ekspor yang harganya cukup tinggi. Dua jenis kerapu sunu yang memiliki harga tinggi dan terdapat di Indinesia yaitu
1. P. leopardus (Leopard corral trout )
2. P. maculatus (Barred cheek corral trout)

Harga jenis leopardus hidup diketahui sebesar US S30/kg pd thn 2006
Kerapu sunu merupakan ikan konsumsi laut yang memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah karena teknologi pembenihan massalnya telah dikuasai . Permintaan pasarnya dalam keaadan hidup sangat tinggi baik di dalam maupun di luar negeri.

Sistimatika
Famili : Serranidae
Spesies : Plectropomus leopardus, P. maculatus
Nama dagang : Spotted Coral grouper, Spotted coral trout, Viele saintsilac,
mero con pintas, Mero de coral, Coral cod, Jin hou, Sai sing
Nama Lokal : Kerapu Bara

Ciri-ciri Umum
1. Badan ikan memanjang tegak
2. Kepala, badan, dan bagian tengah dari sirip berwarna abu-abu kehijau-hijauan, coklat, merah, atau jingga kemerahan dengan bintik2 biru yang berwarna gelap pada pinggirnya .
3. Bintik-bintik pada kepala dan bagian depan badan sebesar diameter bolamatanya atau lebih besar.
4. Bentuk ujung sirip ekor adalah rata
5. Ujung sirip caudal terdapat garis putih
6. Laju pertumbuhan kerapu sunu berlangsung cepat yaitu 0,81 mm/hari dlm waktu 6 bln sudah mencapai 14 cm
7. Perubahan kelamin terjadi pd saat panjang total antara 23-62 cm atau panjang total rata-rata 42 cm

KERAPU BATIK
Sebagaimana halnya dengan kerapu lainnya kerapu batik merupakan ikan karang yang bernilai ekonoms tinggi, banyak terdapat didaerah kepulauan khususnya diwilayah perairan atol. Karena harganya yg tinggi maka minat untuk membudidayakan sangat besar.
Sistimatika
Famili : Serrinidae
Spesies : Epinephelus microdon
Nama Dagang : Small tooth rock-cod, camouflage grouper, marble
grouper
Nama lokal ; -
Ciri-ciri Umum
1. kepala badan dan sirip berwarna coklat pucat dan tertutup bintik-bintik berwarna coklat gelap
2. Pada kepala dan badan trdapat bercak berwarna hitam tumpang tindih dengan bintik hitam tersebut
3. Pada bagian pangkal tampak jelas sebuah bercak hitam
4. Terdapat banyak bintik2 putih pd sirip dan beberapa dibagian kepala dan badan
5. Ujung sirip ekor membulat berbentuk busur
Ukuran terbesar yang pernah dilaporkan sebesar 61 cm panjang standar dan bobotnya 4 kg, ikan kerapu batik betina mencapai matang kelamin dengan ukuran bobot antara 0,5-1,8 kg dan panjang total antara 32,0-43 cm.
Jantan mengalami matang gonad pada ukuran bobot lebih dari 1,9 kg dan panjang total 44 cm.
Pemilihan Lokasi Budidaya
1. lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt,
2. dan bersuhu 27-32 0C
3. adapun syarat lainnya kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m
4. Dapat dibudidayakan pada KJA

Wadah Budidaya
Pada umumnya KJA terdiri atas rangka yang terbuat dari kayuan . Kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5mx5m dengan ukuran jaring 2mx2m sehingga dalam 1 unit rakit terdapat 4 unit jaring. Mata jaring disesuaikan dengan besar ukuran ikan yang ditebar. Semakin besar ukuran benih maka semakin besar ukuran mata jaring yang digunakan. Selain itu harus disediakan jaring pengganti dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Pelampung dan jaring berbentuk kelabu terbalik yg diikatkan pada kerangka kayu, pelampung tersebut dapat berupa Plastic foam maupun drum bekas (drum plastik atau drum besi)
Pengelolaan Budidaya
1.Penyediaan benih
Benih berukuran panjang 4 – 10 cm dari hatchery tersedia hampir sepanjang tahun, benih yang diperlukan dapat diperlukan dapat di peroleh dari alam atau dari HSRT atau HL di gondol, Sitobondo atau Lampung.
2.Penebaran Benih
benih yang ditebar adalah benih yang sehat. Penebaran benih yang terlalu padat dapat menyebabkan pertumbuhan lambat dan terjadi kematian yang tinggi selama pemeliharaan. Kepadatan benih diusahakan kurang dari 2kg/m3 sebelum berat mencapai 10 gr. Selanjutnya kepadatan benih dipertahankan 7 kg/m3
3. Pendederan
pendederan dapat dilakukan di dalam bak beton, semen, fiber glass ataupun dalam KJA. Bak beton/fiber glass yang digunakan berbentuk selinder ataupun empat segi panjang. Volume beragam antara 4 – 20 m3 dengan ketinggian air 80-100cm. Bak ini dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pembuangan air serta pipa udara (aerator).
usaha pendederan yg menggunakan KJA harus memiliki 2 jenis keramba yang berbeda ukuran dan mata jaringnya. Jenis pertama berukuran kecil 1mx1mx1,5m terbuat dari waring bermata jaring 4 mm. sebulan kemudian ukuran karamba yg digunakan lebih besar yaitu 2x2x2m dgn jaring terbuat dari polietilen bermata jaring 0,5 inci.
Padat tebar dalam bak dan KJA pendederan disesuaikan dengan ukuran benih yang ditebar. Benih yang ditebar sedapat mungkin harus seragam ukurannya. Apabila digunakan benih berukuran 3-4 cm, padat tebar yang digunakan sekitar 300-500 ekor /m3 air.
4. Pembesaran
Usaha pembesaran adalah usaha membesarkan ikan dari benih berukuran sekitar 8 cm menjadi ikan konsumsi berukuran 250-500 g/ekor. Usaha ini dilakukan di dalam KJA di laut
5.Pemberian pakan
Ikan kerapu bebek merupakan ikan karnivora dan tanggap terhadap pakan buatan asalkan dilatih terlebih dahulu. Untuk pembesaran jenis ikan kerapu bebek , diperlukan pelet terapung dengan kadar protein 47,5 %.

Tabel 1. Metode Pemberian Pakan Ikan Kerapu Bebek Dengan Ikan
Rucah Dalam KJA di Laut

Ukuran Ikan
(g/ekor) Dosis Pakan
(% Bobot Tubuh) Frekuensi Pemberian Pakan (Kali/hari)
5 – 10 12-20 3-4
10 – 50 10-15 2-3
50-150 8-10 1-2
150-300 6-8 1
300-600 4-6 1
Ukuran Ikan
(g/ekor) Bentuk atau Ukuran Diameter Pakan
(mm) Dosis Pakan
(% Bobot Tubuh) Frekuensi Pemberian Pakan
(Kali/Hari)
5-20 Pelet-3 2,0-4,0 2-3
20-100 Pelet-5 1,5-2,0 2
100-200 Pelet-7 1,2-1,5 1-2
200-300 Pelet-10 1,0-1,2 1
>300 Pelet-12 0,8-1,0 1









Pengendalian Hama dan Penyakit
Di dalam tempat pemeliharaan seperti KJA, tangki atau bak jenis ikan ini sering menjadi sasaran menjadi parasit, baktri dan virus. Parasit yang paling sering dijumpai adalah benedenia dan neobedenia yang hidup di kulit maupun di insang. Serangan parasit ini dapat di atasi dengan cara ikan direndam dalam air tawar selama beberapa menit. Sementara itu jenis bakteri yang suka menyerang sirip dan kulit kerapu adalah flexibacter dan vibrio. Penyakit bakteri tersebut dapat diatasi dengan pemberian antibiotik oxytetracycline (50 mg) atau Oxolinic acid (10-30 mg) per kg bobot badan ikan secara oral. Penyakit lain yang hingga sekarang yang belum dapat diatasi adalah penyakit yang disebabkan oleh virus VNN dan Iridovirus. Golongan penyakit ini sangat merugikan oleh karena itu pemilihan benih yang sehat sebelum ditebar dalam karamba sangat penting untuk dilakukan.
Panen
Ikan kerapu bebek dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi yaitu 500-600 g/ekor. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran tersebut sekitar 16-20 bulan untuk kerapu bebek dengan sintasan rata-rata 80 %. Pemanenan ikan kerapu bebek di dalam KJA mudah di lakukan seperti panen ikan di KJA pada umumnya.
Sistem pemanenan dapat dilakukan secara total atau selektif tergantung kebutuhan.



PROBIOTIK
Definisi prebiotik
Menurut Fuller (1987), Probiotik merupakan makanan tambahan (suplemen) dari sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya.
Defenisi ini ditujukan pada hewan terestrial dan manusia dengan menekankan bahwa probiotik merupakan mikroba hidup yang diberikan melalui makanan
Gatesoupe (2000), probiotik sebagai sel-sel mikroba yang diberikan dengan cara tertentu agar masuk kedalam saluran gastrointestinal dan tetap hidup dengan tujuan memperbaiki kesehatan.
Gram et al (1999), Probiotik adalah segala bentuk pakan tambahan berupa sel mikroba hidup yang menguntungkan bagi hewan inangnya dengan cara menyeimbangkan kondisi mikrobiologis inang.
Penggunaan probiotik dapat dikategorikan sebagai pengendalian biologis (biological control, biocontrol) karena peranannya dalam membatasi atau membunuh penyakit.
Probiotik bukan hanya berfungsi sebagai egen pengendali penyakit akan tetapi juga berfungsi untuk :
1. Mekanisme pertahan tubuh atau imunitas
2. Dan memperbaiki kualitas air
Pada akuakultur, probiotik telah berhasil digunakan sebagai agensia pengendali flora mikroba tangki-tangki pemeliharaan udang melalui penebaran mikroba hidup pada tangki-tangki . Perbaikan kualitas perairan dan menekan vibrio luminesens melalui penebaran mikroba ke tambak
Penelitian penggunaan probiotik dalam akuakultur difokuskan pada hewan-hewan akuatik pada stadia larva, juvenil dan dewasa, serta pakan hidup .
Hewan darat mengalami kolonisasi awal oleh mikroba melalui induknya. Sedangkan hewan akuatik umumnya menetaskan telurnya di air tanpa kontak lanjut dengan induknya, sehingga kolonisasi awal dilakukan oleh mikroba perairan. Begitu telur dibebaskan dari tubuh induk dan dibuahi, mikroba lingkungan air akan segera mengkoloni permukaan telur.
Hewan yang baru menetas saluran pencernaannya belum berkembang penuh dan tanpa komunitas mikroba, begitu pula pada insang dan pada bagian eksternalnya, begitu kontak dengan lingkungan, hewan akan segera akan mengalami kolonisasi mikroba. Dengan demikian mikroba primer pada stadium awal hewan larva akuatik tergantung pada komposisi mikroba perairan.
Interaksi antara mikroba dengan inang tidak terbatas pada saluran pencernaan saja, bakteri probiotik juga dapat aktif pada insang, kulit tubuh inang atau lingkungan disekelilingnya.
interaksi yang intensif antara mikroba dan inang dalam akuakultur menjadikan sejumlah probion berasal dari lingkungan bukan dari pakan atau saluran pencernaan. Sebagaimana penggunaan hewan terestrial atau manusia (Fuller, 1987)
Syarat-syarat untuk probiotik :
1. Mengntungkan inangnya
2. Mampu hidup (tidak harus tumbuh) di intestinum,
3. Dapat disiapkan sebagai produk sel hidup pada skala rumah industri
4. Dapat terjaga stabilitas dan sintasan untuk waktu yang lama pada penyimpanan maupun di lapangan

Hewan akuatik dapat diasumsikan sama dengan hewan darat dan manusia, yaitu mikroba intestinal tidak eksis dengan sendirinya tetapi merupakan hasil interaksi konstan dengan lingkungannya dan fungsi-fungsi inangnya.
5. Ada bukti-bukti bahwa bakteri yang ada pada lingkungan perairan mempengaruhi komposisi mikroba pada intestinum dan sebaliknya (Cahill, 1990; Ring et al., 1995).
6. Genera yang dijumpai pada saluran pencernaan ikan mirip dengan genera yang dijumpai pada lingkungan akuatik dan pakannya. Sebagian dari mikroba tersebut dapat hidup dan berkembang didalam saluran pencernaan inang (Chill, 1990)

Pengendalian penyakit pada manusia dan ternak (hewan terestrial) menggunakan probiotik telah dilakukan sejak lama dan terekomendasi dengan baik (Fuller, 1987).
Pada dasarnya ada 3 model kerja probiotik :
1. Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa anti mikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum
2. Merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan aktivitas enzim
3. Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas makrofag

Probiotik dianggap menguntungkan karena mampu menghambat kolonisasi intestinum oleh mikroba yang merugikan, produksi senyawa-senyawa antimikroba, serta kompetisi terhadap nutrien dan ruang.
Probiotik menguntungkan inangnya antara lain karena memperbaiki nutrisi seperti produksi vitamin-vitamin, detoksikasi pangan, serta melalui aktivitas enzim.
Seleksi probiotik cenderung didsarkan pada kemampuan melekat pada epitel intestinum, melalui kolonisasi , memperbaiki aktivitas metabolik dan menstimulasi imunitas inang.
Probiotik digunakan pula untuk menjaga keseimbangan mikroba dan pengendalian patogen dalam saluran pencernaan, air serta perbaikan kualitas lingkungan perairan melalui biodegradasi

Sejumlah bakteri akuatik mampu memproduksi senyawa antimikroba. Kemampuan ini sebagai salah satu bentuk kompetisi untuk memperoleh nutrien atau energi. Mekanisme tersebut dipercaya mampu menghambat pertumbuhan patogen dalam intestinum dan pada permukaan tubuh inang atau lingkungan.
senyawa-senyawa penghambat tersebut sangat beragam diantaranya berupa :
1. Siderofor
2. Bakteriosin
3. Lisozim
4. Protease
5. Hidrogen perioksidase
6. Dan asam-asam organik (Nair et al; 1985., Lemos et al; 1991)

Tetapi aktivitas penghambatan seperti itu umumnya hanya dipelajari secara in-vitro. Dalam hal lizosim telah terbukti bahwa dengan pemberian probiotik A3-51 (A. Sobria) untuk suplemen pakan rainbow trout selama 3 minggu terbukti meningkatkan aktivitas lizosim menjadi 1,7 x 103 unit per menit adapun kontrol hanya 0,2x103 unit per menit (Irianto, 2002)
Banyak senyawa-senyawa kimiawi yang berasal dari mikroba memiliki aktivitas imunostimulan pada hewan akuatik misalnya:
LPS
Peptidoglikan dan
Glukan
Penggunaan probiotik sebagai suplemen pakan hewan akuatik jug menunjukkan aktifitas imunostimulasi. Penelanan bakteri dan dilanjutkan dengan endositosisnya dalam tubuh larva ikan dapat menstimulasi sistem imun.
Pengaruh imunostimulan dapat ditunjukkan oleh meningkatnya imunoglobulin (IgA), meningkatnya aktifitas fagositosis, meningkatnya jumlah sel T dan meningkatnya aktifitas makrofag (Foller, 1987).
Stimulasi sistem imun tidak selalu harus ditunjukkan dengan meningkatnya IgA. Meski dilakukan suplementasi probiotik pada pakan tetapi antibodi pada serum dan mukus tidak terdeteksi, suplementasi tersebut menguntungkan inang dengan meningkatkan jumlah leukosit dan persentase limposit darah, meningkatkan jumlah dan aktifitas makrofag ginjal, dan aktifitas lisosim serum (Irianto, 2002).
Keuntungan dengan penggunaan Probiotik
1. Menghambat kolonisasi intestinum oleh mikroba yang merugikan
2. Memproduksi senyawa-senyawa antimikroba
3. Kompetisi terhadap nutrien dan ruang
4. Memproduksi vitamin-vitamin
5. Beragam mikroba mampu mensintesa biotin

Seleksi bakteri Probiotik antara lain :
1. Kemampun melekat pada epitel intestinum
2. Mampu berkolonisasi
3. Memperbaiki aktivitas metabolik
4. Dan menstimulasi imunitas inang
5. Memproduksi senyawa antimikroba

Sejumlah bakteri mampu menghasilkan senyawa-senyawa antimikroba antara lain :
1. Siderofor
2. Bakteriosin
3. Lisozim
4. Protease
5. Hidrogen peroksidase
6. Asam-asam organik

Pengaruh probiotik terhadap imunitas ikan

1. Meningkatnya Imunoglobulin (IgA)
2. Meningkatkan aktivitas Fagositosis
3. Meningkatkan jumlah sel T
4. Meningkatkan aktivitas magrofag






PERSYARATAN LOKASI
Dalam budidaya ikan patin baik sistem karamba maupun fence terdapat 3 sub sistem pemeliharaan, yaitu pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pembenihan adalah kegiatan pemeliharaan induk untuk menghasilkan telur sampai dengan larva. Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil pembenihan sebagai transito sebelum dipelihara di tempat pembesaran. Pembesaran adalah pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil pendederan sampai menghasilkan ikan ukuran konsumsi.
Dalam usaha budidaya ikan patin persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk mencapai produksi yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan tanah serta kuantitas air. Kriteria persyaratan tersebut berbeda tergantung daripada sistem budidaya yang digunakan. Sebelum menetapkan lokasi usaha, selain harus memenuhi persyaratan tersebut perlu pula dipastikan kelayakan lokasi budidaya ditinjau dari segi gangguan alam, gangguan pencemaran, gangguan predator, gangguan keamanan dan gangguan lalu lintas angkutan air. Uraian berikut adalah persyaratan lokasi yang perlu diperhatikan menurut Khairuman, Amd dan Ir. Dodi Sudenda (Budidaya Patin Secara Intensif, 2002)
a. Persyaratan lokasi budidaya di kolam
Sumber air :
Sumber air dapat berasal dari saluran irigasi teknis, sungai atau air tanah yang berasal dari sumur biasa atau pompa. Pembesaran ikan patin tidak memerlukan sumber air yang senantiasa mengalir sepanjang waktu, namun untuk pembenihan kondisi airnya harus bersih.
Kualitas air :
Kualitas air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Kualitas air meliputi sifat kimia air dan sifat fisika air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O2), karbondioksida (CO2), pH, zat-zat beracun dan kekeruhan air. Sedangkan sifat fisika air adalah suhu, kekeruhan dan warna. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen di dalam air dan apabila air kekurangan oksigen ikan patin dapat mengambil oksigen dari udara. Pada usaha budidaya intensif kandungan oksigen yang diperlukan adalah minimal 4 mg/liter air, sedangkan kandungan karbondioksida kurang dari 5 mg/liter air. Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan oksigen dan karbondioksida adalah water quality test kit atau alat pengukur kualitas air. Nilai pH (puisanche of the H) yang normal bagi kehidupan ikan patin adalah 7 (skala pH 1-14), namun karena pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari akibat berlangsungnya fotosintesa maka derajat keasaman yang baik untuk ikan patin adalah antara 5-9.
Alat yang digunakan untuk mengukur keasaman air adalah kertas lakmus. Zat beracun yang berbahaya bagi kehidupan ikan patin adalah amoniak, yaitu amoniak bukan ion (NH3) dan amonium (NH4) yang biasanya muncul apabila fitoplankton banyak yang mati yang diikuti dengan penurunan pH karena kandungan karbondioksida meningkat. Batas konsentrasi kandungan amoniak yang dapat mematikan kehidupan ikan patin adalah antara 0,1-0,3 mg/liter air. Kekeruhan dapat mempengaruhi cahaya matahari yang masuk ke dalam air. Kekeruhan disebabkan karena berbagai partikel seperti lumpur, bahan organik, sampah atau plankton. Kekeruhan yang baik adalah disebabkan oleh plankton. Alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan air adalah sechi disk. Kategori kekeruhan air adalah sebagai berikut :
Kedalaman air (cm) Kesimpulan
1. 1 – 25 Air keruh, dapat disebabkan oleh plankton dan partikel tanah
>
2. 25 – 50 Optimal (plankton cukup)
3. 50 Jernih (plankton sedikit)
Kuantitas air :
Debit air yang dibutuhkan untuk pemeliharaan ikan patin berbeda-beda untuk budidaya pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pengetahuan tentang debit air akan memberikan keuntungan karena dapat mengoptimalkan penggunaan air. Ada 2 cara pengukuran debit air, yaitu secara langsung dengan meletakkan ember di pintu air yang masuk dan secara tidak langsung pada saluran air yang masuk ke kompleks perkolaman. Rumus pengukuran debit air secara langsung adalah volume air dibagi waktu (menit/detik), sedangkan secara tidak langsung adalah (lebar saluran x kedalaman air x panjang saluran) dibagi waktu.
Tanah
Tanah yang cocok untuk budidaya ikan patin adalah tanah liat atau lempung berpasir dan tidak poreus. Jenis tanah ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat dinding kolam atau pematang. Jenis tanah lain yang juga cocok untuk pemeliharaan ikan patin adalah tanah terapan, tanah berfraksi kasar dan tanah berpasir.
b. Persyaratan lokasi budidaya karamba dan fence
Budidaya ikan patin sistem karamba dapat dilakukan di danau, situ, atau sungai dengan mempertimbangkan faktor teknis dan sosial ekonomi. Penempatan karamba di perairan umum dianjurkan di jalur arus horizontal, di daerah muara, karena pasokan air cukup dan kandungan oksigen terlarut juga tinggi. Selain itu pergerakan air dapat membantu menghanyutkan sisa-sisa kotoran dan bahan organik. Penempatan fence sebaiknya di rawa-rawa atau pinggir sungai. Penempatan karamba dan fence di perairan luas dan terbuka sebaiknya dihindari, karena pengaruh gelombang dan tiupan angin kencang dapat mengancam keamanannya. Kedalaman karamba atau fence pada air yang mengalir minimal 3 meter dan pada air yang tidak mengalir minimal 5 meter. Kriteria kualitas air budidaya ikan patin di jaring apung adalah sebagai berikut :
Kriteria Nilai Batas
a. Fisika
- Suhu 20-30oC
- Total padatan terlarut Maksimum 2000 mg/l
- Kecerahan Lebih dari 45 cm
b. Kimia
- PH 6-9
- Oksigen terlarut Maksimum 8 jam/hari, minimal 3 mg/l
- Karbondioksida bebas Maksimum 15 mg/l
- Amoniak Maksimum 0,016 mg/l
- Nitrit Maksimum 0,2 mg/l
- Tembaga(Cu) Maksimum 0,02 mg/l
- Seng (Zn) Maksimum 0,02 mg/l
- Mercuri (Hg) Maksimum 0,002 mg/l
- Timbal (Pb) Maksimum 0,3 mg/l
- Klorin bebas (Cl2) Maksimum 0,003 mg/l
- Fenol Maksimum 0,001 mg/l
- Sulfida Maksimum 0,002 mg/l
- Kadmium (Cd) Maksimum 0,01 mg/l
- Fluorida Maksimum 1,5 mg/l
- Arsenikum (As) Maksimum 1 mg/l
- Selenium (Se) Maksimum 0,05 mg/l
- Krom heksavalen (Cr + 6) Maksimum 0,05 mg/l
- Sianida (Cn) Maksimum 0,02 mg/l
- Minyak dan lemak Maksimum 1 mg/l
c. Gangguan alam
Masalah yang mengancam budidaya ikan patin di karamba jaring apung dan fence adalah terjadinya umbalan air, berupa naiknya massa air dari dasar ke permukaan secara tiba-tiba. Hal ini terjadi pada awal musim hujan saat terjadi penurunan suhu secara mendadak pada lapisan permukaan akibat hujan deras yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini tidak berpengaruh terlalu buruk pada air yang jernih, sedangkan pada perairan yang dasarnya kotor tercemar limbah (termasuk limbah pakan ikan) dapat mengancam kehidupan ikan. Massa air yang naik ke permukaan akan membawa senyawa-senyawa beracun yang membahayakan kehidupan ikan, misalnya yang terjadi di waduk Cirata dan Saguling beberapa tahun yang lalu. Gangguan alam lainnya adalah berkurangnya debit air pada musim kemarau yang biasanya terjadi setiap tahun pada bulan Juli sampai dengan Oktober. Penyimpangan musim kemarau biasanya terjadi setiap 5 tahun sekali.
d. Gangguan pencemaran
Lokasi budidaya ikan patin di sungai dan rawa sangat rawan terhadap pencemaran air yang terutama muncul pada puncak musim kemarau dan awal musim penghujan. Pencemaran dapat terjadi karena :
• Proses pembusukan akar-akar/tumbuhan yang menyebabkan air cenderung bersifat asam dan biasanya terjadi di daerah rawa pada awal musim hujan.
• Pencemaran bahan-bahan kimia dan energi dari limbah pabrik serta lahan pertanian.
• Pencemaran oleh limbah domestik/rumah tangga.
e. Gangguan predator
Oleh karena pembesaran ikan patin dilakukan di alam terbuka maka kemungkinan besar terjadi serangan hama atau predator. Hama atau predator yang sering menyerang ikan patin adalah linsang (sero), biawak, ular air, kura-kura dan burung. Cara pemberantasan yang efektif adalah dengan membunuh, memasang perangkap, memasang umpan beracun dan membersihkan areal pemeliharaan dari rumput atau semak yang menjadi sarang predator.
f. Gangguan keamanan
Gangguan keamanan pada lokasi perlu di perhitungkan dengan menempatkan penjaga, terutama pada malam hari. Untuk itu maka di lokasi budidaya sistem fence perlu dibuat pondok-pondok untuk tempat berlindung bagi penjaga, sedangkan pada budidaya sistem karamba perlu dibuat pintu-pintu penutup dengan gembok pada bagian atas sekaligus juga berfungsi sebagai lobang tempat pemberian pakan.
g. Gangguan lalu lintas angkutan air
Jika lokasi karamba dan fence adalah di sungai yang merupakan jalur angkutan air maka karamba atau fence harus ditempatkan di pinggir sungai, sehingga tidak mengganggu jalur transportasi. Konstruksi karamba atau fence harus dibuat cukup kuat agar tidak terganggu oleh ombak dan arus yang ditimbulkan oleh lalu lintas transportasi air.
KONSTRUKSI KERAMBA
Karamba yang siap digunakan belum tersedia di pasaran, namun bahan-bahan pembuatan karamba cukup banyak tersedia di sekitar lokasi. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan karamba terdiri dari balok kayu dan bambu. Balok kayu berfungsi sebagai rangka dan bambu sebagai dinding dan penutup yang diikatkan dengan tali nilon pada rangka kayu. Bentuk karamba adalah kotak segi empat yang pada bagian bawahnya terbuka dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,5 meter. Penempatan karamba adalah 2/3 di dalam air dan 1/3 diatas permukaan air. Pada bagian tengah penutup karamba dibuat lubang terbuka berukuran 0,5 x 0,5 meter yang berfungsi sebagai tempat pemberian pakan dan pengontrolan ikan.
Di bagian dalam karamba dimasukkan jaring yang diikat pada dinding karamba, sebagai wadah penampung ikan patin yang dipelihara. Ukuran mata jaringnya lebih kecil dari ukuran benih ikan patin yang ditebar. Jaring ukuran tersebut sudah tersedia dan mudah dibeli di pasaran.
Karamba ditempatkan di pinggir sungai secara berkelompok dan setiap kelompok terdapat 20 – 40 karamba. Penempatannya secara berpasangan dan diantara pasangan karamba ditempatkan bambu bulat yang berfungsi sebagai tempat pengikat, sekaligus sebagai pelampung karamba. Di antara tiap karamba dibuat jalan penghubung dari papan kayu. Kedua ujung bambu tersebut di ikat pada tiang yang ditancapkan kedasar sungai sebagai penahan agar karamba tidak terbawa arus air sungai. Untuk setiap kelompok, diatas bambu pelampung dibuat pondok ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 meter sebagai tempat berteduh bagi petugas yang jaga di malam hari. Rangka pondok terbuat dari bambu dan kayu, lantai dari bambu dan atap dari daun rumbia atau nipah.

Foto 1. Karamba di tepi sungai Komering desa Tanjung Lubuk, kecamatan Kayu Agung, kabupaten OKI
Sumber : Solider, Bank Indonesia
KONSTRUKSI FENCE
Fence dalam bahasa Inggris berarti pagar; jadi sistem fence adalah budidaya ikan patin dalam suatu tempat yang sekelilingnya di batasi dengan pagar. Ukuran luas satu unit adalah lebar 5 meter, panjang 10 – 12 meter dan tinggi 5 meter. Konstruksi fence terdiri dari pagar keliling, pondok (rumah jaga) dan perahu. Sistem fence yang telah siap pakai belum tersedia di pasaran, sehingga harus dirancang dan dibuat sendiri, kecuali anyaman bambu untuk pagar dan perahu.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pagar biasanya tersedia di sekitar lokasi, yaitu bambu bulat ukuran panjang 11 meter; bambu anyaman yang terdiri dari 2 macam ukuran yaitu ukuran panjang 5 meter dan tinggi 3 – 4 meter dan ukuran panjang 5 meter dan tinggi 1,5 – 2 meter; kayu pelawan ukuran panjang 6 – 7 meter dan tali nilon ukuran 4 mm atau tali plastik (trapping band). Kayu pelawan berfungsi sebagai tiang yang ditancapkan ke dalam dasar sungai dengan jarak antara 30 – 50 cm, bambu anyaman ukuran 5 x 3 meter berfungsi sebagai pagar bagian bawah (dalam air) dan bambu ukuran 5 x 2 meter berfungsi sebagai pagar bagian atas yang diikat dengan nilon atau tali plastik pada masing-masing tiang pancang. Rancangan tinggi pagar harus memperhitungkan tinggi air pada musim hujan, untuk menghindari kemungkinan air di dalam fence melebihi tinggi pagar. Apabila banjir, bambu anyaman bagian atas dapat ditambah lagi.
Untuk setiap unit fence, di atasnya dibuat pondok (rumah jaga) berukuran 1,5 x 1,5 meter, tempat berlindung orang atau petugas pada waktu jaga di malam hari. Rangka pondok terbuat dari bambu dan kayu, lantai dan dindingnya terbuat dari bambu atau papan dan atap dari rumbia atau daun nipah. Selain pondok, dibuatkan jembatan dari bambu sebagai jalan penghubung untuk mengontrol atau memberi makan ikan. Setiap unit fence dilengkapi perahu terbuat dari kayu sebagai alat transportasi orang dan pakan.

Foto 2. Fence di desa Tanjung Dayung, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OKI Foto 3. Perahu, alat transportasi pada budidaya sistem fence, kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OKI
Sumber: Solider, Bank Indonesia
PENYEDIAAN BENIH
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit dipijahkan secara alami, karena sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang sesuai dengan habitat aslinya. Karena itu untuk produksi benih dilakukan pemijahan buatan atau induce breeding (kawin suntik) dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan mas atau hormon gonadotropin yang di impor dengan nama dagang Ovaprim. Jenis ikan patin yang dipijahkan secara kawin suntik adalah Pangasius hypopthalmus, dan ikan patin lokal (Pangasius djambal) baru dimulai pada tahun 2000. Menurut informasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Sumsel, direncanakan pada tahun 2004 benih ikan patin lokal mulai dikembangkan di unit-unit percontohan, dan untuk selanjutnya disebarkan kepada Unit Pembenihan Rakyat untuk diproduksi secara massal.
Masalah utama dalam pasokan benih ikan patin di kabupaten OKI adalah kurangnya unit pembenihan (hatchery) ikan patin. Berdasarkan data DPKP kabupaten OKI tahun 2002, hanya ada 1 unit pembenihan ikan patin di kabupaten ini, yaitu di desa Lubuk Seberuk, kecamatan Lempuing seluas 40 m2 yang belum mampu memenuhi kebutuhan lokal. Pembudidaya ikan patin di daerah OKI memperoleh benih dari Palembang dan daerah lain yaitu Bogor (Darmaga, Jasinga dan Leuwiliang). Pengadaan benih dilakukan oleh para distributor benih yang tersebar di 4 kecamatan di kabupaten OKI sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.
Distributor Benih Ikan Patin di Kabupaten OKI
No Kecamatan Luas (m2) Kapasitas produksi (ekor/thn)
1 Inderalaya 198 230.000
2 Tanjung Batu 250 400.000
3 Sirah Pulau Padang 100 470.000
4 Tanjung Lubuk 150 60.000
Jumlah 698 1.160.000
Sumber: DPKP Kabupaten OKI, 2003
Para distributor benih, rata-rata 3 – 5 kali sebulan membeli benih dari Bogor dan setiap pembelian sekitar 50.000 – 60.000 ekor. Mortalitas atau tingkat kematian benih yang berasal dari Bogor relatif rendah, yaitu sekitar 10 ekor per 50.000 ekor benih atau kurang dari 0,02%. Ukuran benih yang dibeli adalah 1,5 – 2 inci, namun apabila benih yang diperlukan lebih banyak maka ukuran benih yang dibeli adalah 1 – 2 inci. Pembudidaya ikan patin pola karamba membeli benih dari distributor, sedangkan pembudidaya sistem fence membeli langsung dari tempat pembenihan
PEMELIHARAAN
Sebagaimana telah dijelaskan pada awal Bab ini, tahapan kegiatan dalam budidaya ikan patin meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pada sistem karamba lazimnya hanya dilakukan pembesaran, sementara pada sistem fence pembudidaya juga melakukan pendederan.
Sistem Fence.
(1). Pendederan
Pendederan dilakukan di dalam fence dengan menggunakan jaring hapa yang berukuran halus atau yang biasa digunakan sebagai tempat penetasan telur pada pembenihan ikan mas. Keuntungan yang diperoleh jika penebaran benih dilakukan dalam jaring antara lain dapat menghindari serangan hama sehingga mortalitasnya rendah; mudah mengontrol dan memberi pakan; dan mudah memanen hasilnya. Ukuran mata jaring harus disesuaikan dengan ukuran benih patin yang ditebarkan untuk menghindari lolosnya benih patin dari dalam jaring. Ukuran mata jaring yang umum digunakan adalah 3 x 3,5 x 0,75 cm.
Jaring harus bersih dan tidak sobek. Jaring dipasang di pinggir fence dan setiap sudut jaring diikatkan ke bambu atau kayu sebagai penahan sehingga posisi jaring tetap. Ketinggian air didalam jaring berkisar antara 50 – 75 cm. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Agar benih yang ditebar tidak mengalami stres, penebaran dilakukan dengan aklimatisasi, yaitu melakukan penyesuaian suhu air di wadah pengangkutan terhadap suhu air di dalam jaring dengan cara menambahkan atau mencampur air di dalam wadah pengangkutan dengan air dalam jaring sedikit demi sedikit. Benih-benih patin yang ditebar dibiarkan keluar dengan sendirinya. Padat penebaran adalah antara 75 – 100 ekor/m3 air.
Selama pendederan benih diberi pakan tambahan karena benih patin berada dalam wadah yang terbatas sehingga tidak mungkin mendapat makanan alami. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk tepung sebanyak 3 – 5% dari berat total patin yang didederkan. Pemberian pakan diberikan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Lama pendederan sekitar satu bulan atau disesuaikan dengan kebutuhan atau ukuran untuk pembesaran. Mortalitas selama pendederan adalah sekitar 15%- 20% dari total benih yang didederkan.
Benih sudah dapat dilepaskan ke tempat pembesaran setelah mencapai ukuran untuk pembesaran atau berumur satu bulan. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat ketiga sudut bagian bawah jaring secara perlahan-lahan. Benih akan terkumpul di sudut yang lain, kemudian benih di tangkap dengan menggunakan alat tangkap halus berupa scop net dan selanjutnya ditampung sementara di tempat penampungan atau langsung ditebar ke tempat pembesaran.
(2). Penebaran benih untuk pembesaran
Padat penebaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan pada saat menebarkan benih. Jika padat penebaran tinggi, dikhawatirkan terjadi kanibalisme terhadap ikan-ikan yang lebih lemah. Selain itu, ikan menjadi rentan terhadap penyakit akibat luka yang disebabkan oleh senggolan antar ikan atau senggolan dengan dinding karamba. Padat penebaran juga harus memperhatikan keterkaitan antara jumlah ikan yang ditebar dengan daya tampung optimal dari tempat pembesaran. Sebagai pedoman, jumlah ikan yang akan ditebar dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
PPI = (BTP) : (BRP x BRT), dimana
PPI = Padat penebaran ikan (kg/m3)
BTP = Berat total panen (kg/m3)
BRP = Berat rata-rata produksi akhir (kg/ekor)
BRT = Berat rata-rata penebaran (kg/ekor)
Penebaran benih ikan patin di sistem fence dapat dilakukan secara langsung dengan membiarkan benih keluar dari jaring apung dengan sendirinya, tanpa aklimatisasi karena jaring pendederan di tempatkan dalam fence. Padat penebaran benih menggunakan rumus sebagaimana dijelaskan di atas.
Sistem Karamba
Pada budidaya sistem karamba hanya dilakukan pembesaran, tanpa pendederan. Oleh karena itu pada buku ini tidak dijelaskan mengenai cara pendederan pada sistem karamba.
Pada tahap pembesaran, ukuran benih yang ditebar di karamba minimal telah mencapai berat 50 gr per ekor atau panjang 2,5 – 3,5 inci. Benih yang ditebar sebaiknya memiliki ukuran yang sama dan seumur. Jika ada yang lebih besar atau lebih tua umurnya dikhawatirkan akan mendominasi benih lainnya, baik dalam persaingan hidup maupun persaingan mendapat makanan. Padat penebaran benih yang disarankan adalah sekitar 5 kg/m2. Padat penebaran sebanyak itu akan menghasilkan panen sekitar 30 – 40 kg/m2.
Agar ikan patin yang ditebar di karamba jaring apung tidak mengalami stress, penebaran benih patin sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Penebaran dilakukan dengan aklimatisasi yaitu benih patin yang berada dalam kantong plastik pengangkutan di biarkan mengapung diatas air selama 5 – 10 menit. Selanjutnya kantong plastik dibuka dan ditambahkan air dari karamba jaring apung sedikit demi sedikit kedalam kantong sampai kondisi air di dalam kantong sama dengan kondisi air di dalam karamba jaring apung. Proses aklimatisasi ini selesai jika ikan patin di dalam kantong plastik keluar dengan sendirinya ke karamba.
PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN
Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian para ahli perikanan, untuk mempercepat pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan tambahan berupa pelet sebanyak 3 – 5% dari berat total tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari. Porsi pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak daripada pagi, siang dan sore hari, karena ikan patin lebih aktif pada malam hari.
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya ikan patin di kabupaten OKI, terdapat perbedaan antara hasil penelitian tersebut dengan pemberian pakan yang dilakukan baik dalam hal jenis, jumlah dan saat pemberian pakan selama pembesaran. Pemberian pakan pada sistem karamba dan fence yang dilakukan di kabupaten OKI adalah sebagai berikut :
- Sistem Karamba :
Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem karamba dilakukan sejak benih ditebar sampai saat ikan dipanen dengan jumlah pakan disesuaikan dengan umur ikan. Pemberian pakan dilakukan hanya satu kali pada sore hari. Dengan padat penebaran 1.250 ekor per karamba, pakan yang diberikan pada benih berumur 1-2 bulan adalah sebanyak 30 kg per bulan dan pada umur 3-6 bulan sebanyak 300 kg per bulan.
- Sistem fence :
Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem fence dilakukan sejak benih ditebar di transito sampai benih berumur 2 bulan. Pada umur ikan 3 bulan pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik ditambah dengan pakan ramuan sendiri. Dosis pakan per 12.500 ekor penebaran pada bulan pertama adalah 50 kg, pada bulan kedua 150 kg dan pada bulan ketiga 300 kg. Setelah umur ikan lebih dari 3 bulan pakan yang diberikan hanya pakan ramuan sendiri. Bahan baku untuk pembuatan pakan ramuan sendiri mudah diperoleh dan banyak terdapat di sekitar lokasi pembesaran ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri dilakukan setiap pagi dan pemberian pakan dilakukan sekali sehari pada sore hari. Ada dua cara pembuatan pakan ramuan sendiri, yaitu :
(a). Pakan rebus :
Bahan baku pembuatan pakan rebus terdiri atas ikan asin kualitas rendah (below standard = BS), tepung katul dan dedak halus dengan komposisi sebagaimana terdapat pada Tabel 3. Jumlah bahan baku yang disediakan adalah untuk pemberian pakan bagi 10 ribu ekor ikan.
Tabel 3.
Komposisi Bahan Baku Pakan Rebus Buatan Sendiri
Bahan Baku Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)
4 bulan 5 bulan 6-7 bulan 8-10 bulan
a. Ikan asin BS 14 21 42 49
b. Tepung katul 30 45 90 105
c. Dedak halus 40 60 120 140
Jumlah 84 126 252 294
Sumber : Data primer
Adapun peralatan yang digunakan untuk pembuatan pakan adalah wadah dari tong (ukuran setengah drum), kompor pompa minyak tanah dan tungku masak. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Campuran bahan diramu di dalam tong dan ditambah air bersih, diaduk sampai rata dan direbus selama 2 jam, kemudian didinginkan. Setelah dingin, pakan yang masih diwadahi dalam tong atau dimasukkan kedalam karung plastik diangkut dengan perahu ke lokasi fence. Pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari pada sore hari dengan cara pakan dikepalkan dalam genggaman kemudian disebarkan di seluruh permukaan air. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini, hanya 75% pakan yang dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya 25% tidak termakan dan terbuang oleh arus air sungai yang mengalir.


Foto 4 : Pembuatan pakan rebus Foto 5 : Hasil olahan pakan rebus
Sumber: Solider, Bank Indonesia
(b). Pakan tidak dimasak :
Bahan baku untuk pembuatan pakan tidak dimasak terdiri dari dedak, ikan asin BS, ampas singkong, bekatul dan ampas tahu. Komposisi dan jenis bahan baku pembuatan pakan tidak dimasak buatan sendiri adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Jumlah bahan baku pada tabel dipergunakan untuk memberikan pakan bagi 12,5 ribu ekor ikan.
Tabel 4.
Komposisi Bahan Baku Pakan Tidak Dimasak Buatan Sendiri
Bahan Baku Komposisi menurut umur ikan di pembesaran (kg/hari)
3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7-10 bulan
a. Ikan asin BS 12 24 30 40 60
b. Tepung katul 12 24 30 40 60
c. Dedak halus 5 10 30 40 60
d. Ampas ubi kayu 10 20 30 40 60
e. Ampas tahu 11 22 30 40 60
Jumlah 50 100 150 200 300
Sumber : Data primer


Foto 6. Pengolahan pakan menggunakan mesin Foto 7. Hasil pakan menggunakan mesin
Sumber: Solider, Bank Indonesia
Pengolahan pakan menggunakan seperangkat alat-alat mekanis yang dirancang sendiri. Peralatannya terdiri dari generator diesel berkekuatan 15.000 watt, mesin cincang daging (molen) ukuran besar 4 buah dan dinamo sebagai tenaga penggerak. Cara pembuatan pakan adalah sebagai berikut: Masing-masing bahan baku pakan ditimbang sesuai kebutuhan dan dicampur di dalam wadah ukuran persegi empat yang terbuat dari papan serta diaduk sampai rata, kemudian dimasukkan kedalam molen untuk diproses menjadi pelet. Kemudian pelet di tampung dalam wadah plastik, dijemur beberapa jam di sinar matahari dan siap untuk diberikan kepada ikan. Hasil pakan olahan hampir sama dengan pakan buatan pabrik yaitu pelet berbentuk silindris ukuran diameter 5 mm dan panjang 4 – 5 cm. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini lebih efektif karena sebanyak 99% pakan dapat dimakan oleh ikan, sedangkan sisanya sebanyak 1% terbuang bersama arus air sungai yang mengalir.
PENGENDALIAN HAMA
Serangan hama pada umumnya lebih banyak terjadi pada pendederan dan pembesaran karena kegiatan tersebut dilakukan di alam terbuka, sedangkan pembenihan dilakukan di ruangan tertutup. Hama ikan patin berukuran lebih besar dari pada ikan patin dan bersifat memangsa (predator), sehingga secara fisik mudah dikenali. Jenis-jenis hama tersebut dan cara pemberantasannya telah dijelaskan dimuka.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.
Penyakit akibat infeksi :
• Parasit adalah penyakit bintik putih (white spot), yang terjadi akibat infeksi Ichtyophthirius multifiliis yang biasanya menyerang benih berumur 1 – 6 minggu. Gejala serangan dicirikan dengan adanya bintik-bintik putih di lapisan lendir kulit, sirip dan lapisan insang dan berenangnya tidak normal. Penanggulangannya dengan menggunakan formalin yang mengandung Malachite Green Oxalate (FMGO) sebanyak 4 gram/liter air. Pencegahan pada ikan yang berukuran lebih besar adalah dengan perendaman selama 24 jam dalam FMGO dengan dosis 10 ml/m3 air seminggu sekali.
• Bakteri yang menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Serangan terjadi pada bagian perut, dada dan pangkal sirip disertai perdarahan. Gejalanya lendir di tubuh ikan berkurang dan tubuhnya terasa kasar saat diraba. Pencegahannya adalah dengan memusnahkan ikan yang mendapat serangan cukup parah agar tidak menulari ikan yang lain. Jika serangan belum parah dapat dilakukan pengobatan dengan cara perendaman menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK) sebanyak 10-20 ppm selama 30-60 menit. Cara pengobatan lain adalah perendaman dalam larutan Nitrofuran sebanyak 5-10 ppm selama 12-24 jam atau dalam larutan Oksitetrasiklin sebanyak 5 ppm selama 24 jam. Selain perendaman, pengobatan dapat dilakukan dengan mencampurkan obat-obatan ke dalam makanan seperti Chloromycetin sebanyak 1-2 gram per kg makanan.
• Jamur dapat menyerang ikan patin karena adanya luka-luka di badan ikan. Jamur yang sering menyerang adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Ciri-ciri ikan patin yang terserang jamur adalah adanya luka di bagian tubuh terutama di tutup insang, sirip dan bagian punggung. Bagian-bagian tersebut ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan. Pencegahannya adalah dengan menjaga kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan menjaga agar tubuh ikan tidak terluka. Cara pengobatannya adalah dengan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate dengan dosis 2-3 gram/m3 air selama 30 menit, diulang sampai tiga hari berturut-turut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya di kabupaten OKI, serangan hama dan penyakit terhadap ikan patin yang dipelihara relatif sedikit. Gejala penyakit yang sering timbul adalah kurangnya nafsu makan ikan, terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya digunakan multivitamin Previta Fish P yang dicampur dalam makanan buatan sendiri atau pemberian makanan berupa pelet buatan pabrik yang sudah mengandung vitamin. Untuk serangan penyakit tertentu yang mengakibatkan kematian ikan digunakan obat Khemy dengan dosis pengobatan 1,5 sendok teh yang dicampur dalam pakan buatan sendiri.
PANEN
Pada umumnya panen pada pembesaran ikan patin dapat dilakukan setelah 6 – 12 bulan pada saat ikan mencapai ukuran berat satu kilogram. Ikan patin yang dipelihara di karamba jaring apung dengan ukuran awal 5 inci membutuhkan waktu selama 6 – 8 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Sedangkan ikan patin yang dipelihara dengan sistem fence dengan ukuran awal 1,5 – 2 inci membutuhkan waktu selama 8 – 12 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Pemanenan dilakukan secara selektif karena pertumbuhan ikan tidak seragam.
Cara panen ikan patin adalah dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya. Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan. Penangkapan langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan. Untuk menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap hidup dan tidak stress.
KENDALA PRODUKSI
Pada saat ini di daerah OKI belum ada UPR ikan patin dan produksi benih oleh UPR di Palembang belum mencukupi permintaan masyarakat Sumsel. Oleh karena itu benih ikan patin didatangkan dari Bogor dan daerah lain di Pulau Jawa. Walaupun keadaan transportasi cukup baik, namun keadaan ini dapat menjadi kendala di masa yang akan datang, yaitu harga benih menjadi lebih mahal dan jumlah pasokan benih sulit diprediksi, sehingga akan mempengaruhi usaha budidaya pembesaran ikan patin di daerah ini. Kendala lain yang dihadapi adalah usaha pembenihan ikan patin memerlukan biaya cukup tinggi karena usaha pembenihan memerlukan persyaratan teknologi budidaya tertentu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah Pemerintah Daerah setempat bekerjasama dengan Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di kecamatan Mariana dan dinas terkait, membantu pengadaan unit-unit pembenihan ikan patin.
Dalam budidaya ikan air tawar, pakan merupakan kebutuhan primer untuk mempercepat pertumbuhaan ikan. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang lahap dalam konsumsi pakan. Pakan buatan pabrik relatif mahal, sehingga masyarakat berusaha mengganti pakan pabrik dengan pakan buatan sendiri yang bahan bakunya diperoleh dari daerah sekitarnya. Masalahnya adalah dosis pakan buatan sendiri belum dapat dipastikan sesuai dengan kebutuhan ikan, sehingga efisiensi penggunaannya belum diketahui. Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dilakukannya penelitian, penyuluhan dan pelatihan oleh pihak yang berkepentingan kepada para pembudidaya dalam pembuatan pakan buatan yang memenuhi syarat teknis budidaya dan secara ekonomis menguntungkan.
Oleh karena sistem fence baru berkembang dalam tiga tahun terakhir, maka kendala utama yang dihadapi oleh calon pembudidaya ikan patin yang akan memakai sistem ini adalah dalam hal : penguasaan teknik konstruksi fence; penguasaan manajemen pemeliharaan ikan patin; dan belum adanya informasi mengenai rencana lokasi lahan budidaya. Kendala teknik konstruksi dan manajemen pemeliharaan dapat diatasi apabila lembaga terkait aktif memberikan penyuluhan dan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat calon pembudidaya. Lembaga terkait saat ini telah memberikan penyuluhan dan pelatihan, namun masih perlu ditingkatkan. Sedangkan kendala informasi dapat diatasi dengan keaktifan dua belah pihak yaitu Pemerintah dan calon pembudidaya untuk saling mencari dan menyebarluaskan informasi mengenai rencana peruntukan lokasi budidaya ikan patin. Ketepatan lokasi penting agar tidak merugikan seluruh pihak baik pembudidaya, pemerintah daerah maupun bank apabila proyek dibiayai oleh bank. Kerugian perlu dicegah karena budidaya ikan patin adalah usaha yang terkait erat dengan usaha pada sektor-sektor lain baik usaha-usaha disektor hulu maupun sektor hilir. Usaha ini mempunyai kaitan dengan sektor hulu karena:
• dapat menghidupkan usaha penyediaan bahan baku lokal untuk pembuatan karamba dan fence serta peralatan perikanan
• memanfaatkan limbah produk ikan olahan dan hasil sampingan industri kecil pengolahan hasil pertanian sebagai bahan baku untuk pakan ikan
• menghidupkan usaha produksi dan jasa penyediaan benih dan saprokan lainnya.
Sedangkan di sektor hilir usaha ini dapat menghidupkan kegiatan ekonomi yang mencakup usaha sektor pedagangan ikan, usaha rumah makan/restoran, usaha transportasi dan pelayanan kredit perbankan. Sektor usaha budidaya ikan patin juga memberikan sumbangan bagi pemerintah daerah berupa Pajak Bumi dan Bangunan dan retribusi usaha budidaya ikan.

http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/22/aspek-produksi-budidaya-pembesaran-ikan-patin/